Stylesphere – Dalam proses penyampaian wahyu kepada para nabi dan rasul, Allah SWT menurunkan wahyu dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah suhuf. Istilah ini merujuk pada lembaran-lembaran wahyu yang belum dibukukan menjadi sebuah kitab yang utuh seperti Taurat, Injil, Zabur, atau Al-Qur’an.
Secara umum, suhuf adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan dalam bentuk lembaran (ṣaḥīfah), yang berisi pesan-pesan moral, nasihat, dzikir, dan petunjuk hidup. Berbeda dari kitab suci yang bersifat lengkap dan sistematis, suhuf bersifat lebih ringkas dan sederhana, namun tetap memiliki peran penting dalam sejarah pewahyuan Ilahi.
Definisi Menurut Para Ahli
Dalam buku Materi Pendidikan Agama Islam (2019) karya M. Syukri Azwar Lubis, dijelaskan bahwa:
“Suhuf adalah lembaran-lembaran yang berisi kumpulan wahyu Allah SWT yang diberikan kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia.”
Pernyataan ini menekankan bahwa suhuf merupakan wahyu yang memiliki bentuk fisik, berupa helai-helai lembaran, namun belum dihimpun menjadi mushaf atau kitab yang terorganisasi.
Sementara itu, dalam buku Konsep Mayoritas Ahlussunnah Wal Jamaah karya Idik Saeful Bahri, disebutkan bahwa:
“Suhuf adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada nabi dan rasul dalam bentuk lembaran yang tidak sempurna.”
Penjelasan ini memperjelas perbedaan utama antara suhuf dan kitab, di mana suhuf hanya berisi pesan-pesan pokok dan tidak lengkap secara struktur, sedangkan kitab adalah wahyu yang telah tersusun secara menyeluruh dan dijadikan pedoman abadi bagi umat.
Kesimpulan
Suhuf merupakan bentuk awal dari wahyu yang diberikan Allah kepada beberapa nabi, berisi ajaran-ajaran dasar, nilai moral, dan petunjuk singkat. Meskipun tidak sekomprehensif kitab suci, keberadaan suhuf sangat penting dalam sejarah kenabian dan pewahyuan, menjadi bagian dari proses penyampaian risalah Ilahi sebelum disempurnakan dalam bentuk kitab.
Disusun oleh Anugerahslot Islamic, Sabtu (12/7/2025).
Pengertian Suhuf dalam Islam: Lembaran Wahyu yang Menjadi Fondasi Ajaran Ilahi

Dalam ajaran Islam, suhuf merupakan salah satu bentuk wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi dan rasul sebelum adanya kitab suci yang tersusun rapi. Suhuf berfungsi sebagai pedoman hidup awal yang berisi ajaran dasar tentang keimanan, akhlak, dan petunjuk moral.
Definisi Suhuf Menurut KBBI dan Literatur Islam
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suhuf diartikan sebagai lembaran seperti halaman buku, surat, atau dokumen, dan dalam konteks Islam, istilah ini mengacu pada wahyu Ilahi yang disampaikan dalam bentuk lembaran kepada nabi dan rasul, sebelum dihimpun menjadi kitab.
Suhuf bersifat sementara dan tidak memuat hukum syariat secara rinci. Isinya terbatas pada pesan-pesan pokok seperti tauhid, moralitas, dan petunjuk umum kehidupan.
Asal Usul Bahasa dan Isi Suhuf
Dalam Ensiklopedia untuk Anak-Anak Muslim: Al-Mawsu’ah Lil-Attal al-Muslim, dijelaskan bahwa:
“Suhuf berasal dari kata ṣaḥīfah, bentuk jamak dari sahifah, yang berarti helai atau lembaran.”
Suhuf diartikan sebagai semacam kitab kecil yang diturunkan kepada para nabi, tetapi tidak berisi hukum agama secara mendetail, melainkan nasihat dan nilai-nilai dasar keagamaan.
Penjelasan dalam Buku Ajaran Islam
Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VII karya Tatik Pudjiani, dkk., disebutkan bahwa:
“Suhuf adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang ditulis dalam lembaran-lembaran terpisah, misalnya dari kulit binatang, pelepah kurma, atau bahan alam lainnya.”
Karena isinya yang singkat dan tidak sistematis, suhuf tidak dibukukan menjadi kitab. Namun demikian, ia mengandung prinsip dasar kehidupan beragama dan disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu.
Pandangan M. Syukri Azwar Lubis
Dalam Materi Pendidikan Agama Islam, M. Syukri Azwar Lubis menegaskan bahwa:
“Suhuf adalah wahyu Allah dalam bentuk lembaran yang diberikan kepada para rasul sebagai pedoman hidup, berisi ajaran tentang akhlak, tauhid, dan nilai-nilai dasar keimanan.”
Suhuf menjadi fondasi spiritual yang mendahului penyempurnaan wahyu dalam bentuk kitab seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an. Oleh karena itu, peran suhuf sangat penting dalam sejarah kenabian sebagai tonggak awal pembentukan ajaran Islam.
Kesimpulan
Suhuf merupakan bentuk awal dari wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu dalam format lembaran-lembaran terpisah. Meski tidak sekomprehensif kitab suci, isi suhuf sangat bernilai karena mengandung ajaran-ajaran pokok tentang iman, moral, dan tuntunan hidup. Dengan memahami keberadaan suhuf, kita dapat lebih menghayati perjalanan pewahyuan yang membentuk dasar-dasar ajaran Islam.
Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VIII karya Aris Abi Syaifullah dkk., disebutkan bahwa ada empat macam suhuf (lembaran wahyu) yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi-nabi sebelum diturunkannya kitab-kitab suci. Berikut adalah rinciannya:
Empat Macam Suhuf dalam Islam
- Suhuf Nabi Syits A.S
- Jumlah: 50 suhuf
- Nabi Syits adalah putra Nabi Adam A.S, dan beliau menerima sejumlah besar lembaran wahyu untuk membimbing umatnya.
- Suhuf Nabi Idris A.S
- Jumlah: 30 suhuf
- Nabi Idris dikenal sebagai nabi pertama yang pandai menulis dan membaca, dan menerima suhuf yang berisi ajaran moral dan kebijaksanaan.
- Suhuf Nabi Ibrahim A.S
- Jumlah: 50 suhuf
- Disebutkan dalam QS. Al-A’la ayat 18–19, bahwa Nabi Ibrahim menerima suhuf sebagai pedoman keimanan dan kehidupan. Suhuf ini menjadi bagian penting dalam sejarah pewahyuan.
- Suhuf Nabi Musa A.S
- Jumlah: 10 suhuf
- Selain menerima kitab Taurat, Nabi Musa juga menerima sejumlah suhuf berisi prinsip-prinsip ajaran tauhid dan pedoman moral sebelum turunnya kitab secara utuh.
Dalil Al-Qur’an
“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, yaitu suhuf-suhuf yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa.”
(QS. Al-A’la: 18–19)
Kesimpulan
Keempat macam suhuf ini menunjukkan bahwa proses penyampaian wahyu kepada para nabi terjadi secara bertahap, melalui lembaran-lembaran (suhuf) yang berisi nilai-nilai dasar agama, tauhid, dan akhlak mulia sebelum disempurnakan dalam bentuk kitab suci. Suhuf tetap memiliki posisi penting dalam sejarah kenabian dan sebagai bagian dari warisan ajaran Allah SWT kepada umat manusia.
Perbedaan Suhuf dan Kitab dalam Islam: Memahami Dua Bentuk Wahyu Allah SWT

Meskipun suhuf dan kitab sama-sama merupakan wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada para nabi dan rasul, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam berbagai aspek. Pemahaman mengenai perbedaan ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan sejarah pewahyuan dan fungsinya bagi umat manusia.
1. Bentuk Fisik
- Suhuf adalah lembaran-lembaran terpisah (ṣaḥīfah), tidak dijilid atau disusun menjadi kitab yang utuh. Media penulisannya bisa berupa kulit binatang, kayu, atau pelepah kurma. Karena tidak dibukukan, suhuf bersifat fleksibel tetapi mudah hilang atau rusak.
- Kitab, sebaliknya, merupakan wahyu yang telah dibukukan secara sistematis, tersusun rapi menjadi mushaf atau kitab suci yang utuh, seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an.
2. Isi dan Kelengkapan Ajaran
- Suhuf hanya berisi ajaran-ajaran dasar seperti tauhid, nasihat moral, dan nilai kemanusiaan. Ia tidak mencakup hukum syariat secara rinci atau tata cara ibadah yang kompleks.
- Kitab memiliki isi yang lengkap dan komprehensif, mencakup akidah, ibadah, muamalah, hingga hukum-hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
3. Sasaran dan Masa Berlaku
- Suhuf biasanya ditujukan untuk kaum atau masyarakat tertentu dengan masa berlaku yang terbatas sesuai zaman dan kebutuhan mereka.
- Kitab diturunkan untuk umat yang lebih luas dan berlaku untuk jangka waktu panjang. Bahkan, Al-Qur’an berlaku hingga akhir zaman dan menjadi pedoman utama bagi seluruh umat Islam.
4. Contoh Nabi Penerima
- Suhuf diterima oleh:
- Nabi Ibrahim A.S (50 suhuf)
- Nabi Musa A.S (10 suhuf sebelum Taurat)
- Nabi Syits A.S (50 suhuf)
- Nabi Idris A.S (30 suhuf)
- Kitab diturunkan kepada:
- Nabi Musa A.S → Taurat
- Nabi Daud A.S → Zabur
- Nabi Isa A.S → Injil
- Nabi Muhammad SAW → Al-Qur’an
Dalil Al-Qur’an
“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, yaitu suhuf-suhuf Ibrahim dan Musa.”
(QS. Al-A’la: 18–19)
Ayat ini menunjukkan bahwa suhuf memang pernah menjadi bentuk wahyu yang sah, meski kini keberadaannya tidak semua tercatat secara tekstual atau diwariskan seperti kitab.
Kesimpulan
Secara ringkas, perbedaan antara suhuf dan kitab dapat dilihat dari:
Aspek | Suhuf | Kitab |
---|---|---|
Bentuk | Lembaran terpisah | Tersusun rapi dan dibukukan (mushaf) |
Isi | Prinsip dasar agama | Komprehensif: akidah, ibadah, hukum |
Tujuan | Untuk kaum tertentu | Untuk umat yang lebih luas |
Masa Berlaku | Terbatas, sesuai zaman | Jangka panjang, bahkan hingga akhir zaman |
Dengan memahami ini, umat Islam dapat lebih menghayati perkembangan wahyu Ilahi serta peran penting masing-masing bentuk wahyu dalam sejarah kenabian.