Amalan Bernilai Besar di Bulan Syawal

Stylesphere – Bulan Syawal menjadi momen yang dinanti umat Islam setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan. Bulan ini dikenal sebagai bulan kemenangan yang penuh kebahagiaan, sekaligus kesempatan untuk meningkatkan ibadah.

Selain menjadi simbol kemenangan bagi umat Islam di seluruh dunia, Syawal juga disebut sebagai bulan ibadah karena terdapat amalan sunah dengan pahala yang besar.

Berikut beberapa ibadah yang bisa dilakukan di bulan Syawal untuk memperoleh pahala yang melimpah:

  1. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
    Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang berpuasa enam hari di bulan ini setelah Ramadhan, pahalanya seperti berpuasa sepanjang tahun.
  2. Menjalin Silaturahmi
    Momen Lebaran sering dimanfaatkan untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan. Ini adalah amalan yang dianjurkan dalam Islam karena mempererat hubungan antarsesama dan mendatangkan keberkahan.
  3. Bersedekah
    Berbagi rezeki dengan sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan, menjadi salah satu cara untuk menambah pahala di bulan Syawal.
  4. Memperbanyak Ibadah Sunnah
    Selain puasa, umat Islam dapat meningkatkan amalan sunnah lainnya seperti shalat Dhuha, Tahajud, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir.

Bulan Syawal memberikan kesempatan untuk memperbanyak amal kebaikan. Dengan menjalankan ibadah-ibadah tersebut, seorang Muslim dapat meraih keberkahan dan pahala yang melimpah.

Amalan Bernilai Besar di Bulan Syawal

Bulan Syawal adalah momen istimewa bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa Ramadhan. Selain menjadi bulan kemenangan, Syawal juga merupakan kesempatan untuk meningkatkan ibadah dan memperoleh pahala yang melimpah. Berikut beberapa amalan yang dianjurkan di bulan Syawal:

1. Puasa Syawal Enam Hari

Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan besar. Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Ayub Al Anshari, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa berpuasa Ramadan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun.” (HR Muslim, Imam Ahmad juga meriwayatkan dari hadits Jabir).

2. Puasa Senin-Kamis

Puasa Senin dan Kamis merupakan salah satu ibadah sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Aisyah RA, disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat bersemangat dalam menjalankan puasa di hari-hari tersebut (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Imam Ahmad).

Makna Mendalam Raya Idul Fitri Versi Gus Baha

Hari Senin dan Kamis juga merupakan waktu di mana amal manusia diajukan kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda:

“Amal-amal perbuatan itu diajukan (diaudit) pada hari Senin dan Kamis, oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan (diaudit) pada saat aku sedang puasa.” (HR Tirmidzi).

Para ulama juga menjelaskan bahwa menggabungkan niat puasa Senin-Kamis dengan puasa Syawal diperbolehkan dan tetap mendapatkan pahala dari kedua ibadah tersebut.

3. Puasa Ayyamul Bidh

Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriah. Keutamaan puasa ini disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash RA:

“Puasa tiga hari di setiap bulannya adalah seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Bukhari).

Dalam hadis lain, Rasulullah SAW memberikan tiga wasiat kepada Abu Darda:

“Rasulullah SAW berpesan kepadaku tiga hal yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa setiap tiga hari pada setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat salat duha, serta salat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari dan Muslim).

4. Menjalin Silaturahmi

Syawal menjadi waktu yang tepat untuk menyambung tali silaturahmi. Rasulullah SAW pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan seseorang ke dalam surga, lalu beliau menjawab:

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR Bukhari no. 5983).

Silaturahmi juga berkaitan dengan kelapangan rezeki dan umur yang diberkahi. Dalam hadis lain, Rasulullah SAW memperingatkan bahaya memutus tali silaturahmi:

“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia ini -berikut dosa yang disimpan untuknya di akhirat- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Kesimpulan

Bulan Syawal memberikan banyak peluang untuk meningkatkan amal ibadah. Dengan menjalankan puasa Syawal, puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, serta menjaga tali silaturahmi, seorang Muslim dapat memperoleh keberkahan dan pahala yang melimpah. Memanfaatkan bulan ini dengan baik akan mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat hubungan sosial dengan sesama.

5. Bersedekah

Sedekah adalah amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dilakukan kapan saja sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah SWT. Sedekah dicintai oleh Allah SWT dan akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda. Dengan bersedekah, seorang Muslim akan lebih berempati, terhindar dari sifat kikir, selalu bersyukur, serta mendapatkan keberkahan rezeki.

Nabi SAW bersabda:

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah).

Dalam riwayat lain, Asma’ binti Abi Bakr meriwayatkan sabda Rasulullah SAW:

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

6. Menikah di Bulan Syawal

Menikah di bulan Syawal merupakan salah satu sunnah Rasulullah SAW. Dahulu, orang-orang jahiliyah menganggap bahwa menikah di bulan Syawal akan mendatangkan kesialan. Rasulullah SAW membantah kepercayaan ini dengan menikahi Aisyah RA pada bulan Syawal. Dalam hadis, Aisyah RA berkata:

“Rasulullah SAW menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR Muslim).

Hadis ini menunjukkan bahwa menikah di bulan Syawal bukan sekadar tradisi, melainkan termasuk dalam sunnah Nabi.

7. I’tikaf

I’tikaf adalah amalan berdiam diri di masjid dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah seperti salat, membaca Al-Qur’an, dan berzikir. Kebiasaan i’tikaf yang dilakukan di bulan Ramadhan juga dianjurkan untuk dilanjutkan di bulan Syawal.

Syekh Ibnu Baz rahimahullah dalam Majmu’ Al-Fatawa (15/437) menyatakan:

“Tidak diragukan lagi bahwa i’tikaf di masjid merupakan salah satu bentuk ibadah. Baik di bulan Ramadan maupun selain Ramadan. Dan ia dianjurkan di bulan Ramadan dan selain Ramadan.”

I’tikaf bisa dilakukan dalam durasi waktu yang bervariasi, baik beberapa jam maupun sehari semalam (24 jam). Dengan melaksanakan i’tikaf, seorang Muslim dapat lebih fokus dalam beribadah dan memperkuat hubungan spiritualnya dengan Allah SWT.

Kesimpulan

Bulan Syawal adalah kesempatan emas untuk meningkatkan ibadah dan memperoleh pahala yang melimpah. Dengan menjalankan puasa Syawal, memperbanyak sedekah, menjaga silaturahmi, menikah sesuai sunnah, serta melaksanakan i’tikaf, seorang Muslim dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah dan meraih keberkahan dalam kehidupannya.

Manchester City Mengucapkan Selamat Idul Fitri Dengan Pantun

Stylesphere – Klub-klub besar Eropa memang sering memberikan perhatian khusus kepada para penggemarnya di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang memiliki basis fans sepak bola yang besar. Manchester City tidak ketinggalan dengan mengunggah ucapan selamat Idul Fitri 2025 menggunakan gaya yang akrab dengan warganet Indonesia.

Ucapan yang dibawakan oleh Abdukodir Khusanov dalam bahasa Indonesia, lengkap dengan pantun “Ubur-ubur Ikan Lele, Selamat Lebaran Le!” jelas menjadi daya tarik tersendiri. Ini menunjukkan bagaimana klub-klub besar memahami budaya dan tren yang sedang berkembang di kalangan penggemarnya.

Selain apresiasi terhadap Manchester City dan Khusanov, momen ini juga membuka obrolan tentang kemungkinan pemain Indonesia, seperti Rizky Ridho, untuk bisa bermain di Eropa. Komentar-komentar warganet yang mengaitkan hal ini menunjukkan harapan besar terhadap kemajuan sepak bola Indonesia.

Ucapan selamat Lebaran dari klub-klub Eropa memang selalu menarik perhatian. Biasanya, klub-klub lain seperti Manchester United, Barcelona, Liverpool, atau Arsenal juga memberikan ucapan serupa.

Sepak Terjang Khusanov

Manchester City mendatangkan Abdukodir Khusanov pada bursa transfer Januari 2025 dari klub Prancis, Lens, dengan nilai transfer 40 juta euro. Perekrutan bek asal Uzbekistan ini dilakukan untuk memperkuat lini pertahanan The Citizens yang mengalami banyak masalah sepanjang musim 2024/2025.

City memang menghadapi tantangan berat di Liga Inggris musim ini. Performa mereka menurun dibandingkan musim-musim sebelumnya, membuat peluang mempertahankan gelar juara semakin sulit. Cedera dan inkonsistensi para bek utama menjadi salah satu faktor utama mengapa City membutuhkan tambahan pemain di sektor belakang.

Khusanov diharapkan bisa memberikan stabilitas dalam pertahanan City. Meski masih muda, ia telah menunjukkan potensi besar saat bermain di Lens dan timnas Uzbekistan. Kini, tantangannya adalah beradaptasi dengan intensitas tinggi Premier League dan skema permainan Pep Guardiola.

Khusanov Ikut Tanding di Idul Fitri

Pada 30 Maret 2025, saat perayaan Idul Fitri di Inggris, Abdukodir Khusanov harus tetap melanjutkan tugasnya di lapangan bersama Manchester City di babak perempat final Piala FA melawan Bournemouth. Meski hari itu adalah hari kemenangan bagi umat Islam, Khusanov tidak bisa merayakan Idul Fitri secara tradisional karena harus bertanding.

City berhasil melaju ke semifinal setelah menang 2-1 lewat comeback dramatis di babak kedua. Namun, Khusanov tampil mengecewakan di pertandingan tersebut. Performanya kurang memuaskan, dan manajer Pep Guardiola memutuskan untuk menariknya keluar pada jeda pertandingan, menggantinya dengan Nico O’Reilly.

Meskipun begitu, kemenangan City tetap diraih, dan mereka melangkah ke semifinal Piala FA, meskipun Khusanov harus mencerna kekecewaan setelah penampilan kurang maksimal di laga tersebut.

Mengenal Tradisi Halal Bihalal Idul Fitri

Stylesphere – Tradisi halal bihalal di Indonesia menjadi momen penting setelah Idul Fitri untuk mempererat silaturahmi dan saling memaafkan. Dalam acara ini, doa halal bihalal memiliki makna mendalam sebagai bentuk permohonan kepada Allah SWT agar diterima amal ibadah selama Ramadhan serta diberikan keberkahan dan ampunan.

Menurut KBBI, halal bihalal adalah tradisi maaf-memaafkan setelah menjalankan ibadah puasa, biasanya dilakukan dalam pertemuan di suatu tempat seperti aula atau auditorium oleh sekelompok orang.

Doa dalam halal bihalal umumnya mengandung permohonan ampunan, kesejahteraan dunia dan akhirat, serta ungkapan syukur. Berikut adalah 9 doa halal bihalal yang dapat dibacakan dalam acara tersebut, sebagaimana disusun oleh Stylesphere.com pada Sabtu (22/3):

  1. Doa memohon ampunan dan rahmat
  2. Doa agar silaturahmi tetap terjaga
  3. Doa untuk keberkahan hidup
  4. Doa agar diberikan kesehatan dan keselamatan
  5. Doa memohon kelapangan rezeki
  6. Doa agar diberikan ketenangan hati
  7. Doa untuk para pemimpin dan masyarakat
  8. Doa bagi mereka yang telah wafat
  9. Doa agar diberikan istiqamah dalam kebaikan

Dengan doa-doa ini, acara halal bihalal menjadi lebih bermakna, tidak hanya sebagai ajang silaturahmi tetapi juga sebagai pengingat untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan hubungan antar sesama.

Tradisi halal bihalal tidak hanya sekadar ajang silaturahmi dan saling memaafkan, tetapi juga menjadi momen untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT. Salah satu doa yang sering dibacakan dalam acara ini adalah doa permohonan agar Allah menerima seluruh amal ibadah yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan.

1. Doa Permohonan Penerimaan Ibadah

Doa ini mencerminkan harapan agar Allah menerima segala amal, shalat, dan doa yang telah dipanjatkan, sekaligus memohon penerimaan taubat.

Lafaz doa:
“Rabbanaa taqabbal minna salatanaa wa di’aanaa innaka antas samii’ul aliim. Taqabbal minnaa taubatanaa innaka antat tawwabur rahim.”

Artinya:
“Ya Tuhan kami, terimalah sholat kami dan terimalah permohonan kami. Sungguh Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sungguh Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang.”

Doa ini memiliki makna mendalam dalam konteks halal bihalal, di mana pembersihan diri yang dimulai dari bulan Ramadhan diharapkan terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari.

2. Doa Permohonan Penerimaan Amal

Doa ini juga sering dibacakan dalam acara halal bihalal, menegaskan harapan agar Allah menerima amal ibadah yang telah dilakukan.

Lafaz doa:
“Taqobalallahu minna wa minkum, taqabbalallahu minna wa minkum wa taqabbal ya kariim.”

Artinya:
“Mudah-mudahan Allah menerima amal ibadah kita dan kamu semua, dan terimalah ya (Allah) Yang Maha Mulia.”

Doa ini sering diucapkan saat berjabat tangan dalam halal bihalal, menandakan bahwa selain meminta maaf kepada sesama, umat Islam juga berharap agar hubungan yang telah diperbaiki mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Selain memiliki makna dalam konteks halal bihalal, frasa “Taqobalallahu minna wa minkum” juga umum digunakan sebagai ucapan selamat Idul Fitri di berbagai negara Muslim. Ini menunjukkan bahwa nilai penerimaan amal dan keberkahan ibadah adalah hal yang dijunjung tinggi dalam ajaran Islam.

3. Doa Kebaikan Dunia dan Akhirat

Doa ini sering dibacakan dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam acara halal bihalal, karena mencakup harapan akan kebaikan di dunia dan akhirat.

Lafaz doa:
“Rabbana, atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qina adzaban naar.”

Artinya:
“Ya Allah, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, lindungilah kami dari siksa neraka.”

Doa ini berasal dari QS. Al-Baqarah ayat 201 dan mencerminkan harapan akan kebahagiaan di dunia serta keselamatan di akhirat. Kebaikan di dunia mencakup kesehatan, rezeki yang berkah, keluarga yang harmonis, dan ilmu yang bermanfaat. Sementara kebaikan di akhirat meliputi kemudahan dalam sakaratul maut, pertolongan di hari perhitungan, dan akhirnya masuk ke dalam surga Allah SWT.

Dalam halal bihalal, doa ini menjadi pengingat bahwa tujuan silaturahmi bukan hanya untuk mempererat hubungan sosial, tetapi juga sebagai sarana meraih keberkahan dunia dan akhirat.

4. Doa Permohonan Ampunan untuk Umat Muslim

Doa ini mencerminkan semangat persaudaraan dalam Islam, dengan memohon ampunan bagi semua umat Muslim, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

Lafaz doa:
“Allahummaghfir lil mukminiina wal mukminaat wal muslimiinaa wal muslimaat al-ahyaa-i minhum wal amwaat. Innaka samii’un qariibun mujiibud da’wat yaa wadhiyal hajat.”

Artinya:
“Ya Allah, ampunilah orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, Muslim laki-laki dan perempuan, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Dekat, Maha Mengabulkan doa, wahai Dzat yang memenuhi segala kebutuhan.”

Doa ini memperkuat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) dengan mengajarkan umat untuk selalu mendoakan sesama. Selain menunjukkan rasa kepedulian, doa ini juga mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia ini sementara, dan pada akhirnya semua akan kembali kepada Allah SWT.

Dalam konteks halal bihalal, doa ini menjadi refleksi agar hubungan yang telah diperbaiki tidak hanya berdampak di dunia, tetapi juga membawa keberkahan di akhirat. Selain itu, mendoakan saudara seiman, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, merupakan bentuk amal yang akan terus mengalir pahalanya.

5. Doa Taubat dan Pengakuan Kebesaran Allah

Doa ini berisi pengakuan akan kebesaran Allah SWT sekaligus permohonan ampunan, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Lafaz doa:
“Subhanakallahumma Wabihamdika Lailla Anta Astagfiruka Waatubu Ilaik.”

Artinya:
“Maha Suci Allah dan segala puji bagi Allah SWT. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Aku memohon ampunan dan bertaubat hanya kepada-Mu.”

Doa ini mencakup empat unsur penting:

  1. Tasbih (mensucikan Allah)
  2. Tahmid (memuji Allah)
  3. Tauhid (mengakui keesaan Allah)
  4. Istighfar & Taubat (memohon ampunan dan kembali kepada Allah)

Dalam halal bihalal, doa ini memiliki makna mendalam karena momen tersebut adalah kesempatan untuk membersihkan hati dan meminta maaf atas kesalahan. Meskipun telah saling memaafkan sesama manusia, doa ini mengingatkan bahwa ampunan Allah tetap yang utama.

6. Doa Penerimaan Puasa dan Amal

Doa ini sering diucapkan setelah bulan Ramadhan dan dalam acara halal bihalal sebagai harapan agar ibadah puasa dan amal lainnya diterima oleh Allah SWT.

Lafaz doa:
“Taqabbalallahu minna wa minkum.”

Artinya:
“Semoga Allah menerima (puasa dan amal) dari kita dan (puasa dan amal) dari kalian.”

Doa ini mengandung harapan agar segala amal ibadah yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah SWT. Meskipun ibadah telah dilaksanakan, tidak ada jaminan bahwa semua diterima, sehingga permohonan ini menunjukkan sikap rendah hati dan berharap hanya kepada Allah.

Dalam konteks halal bihalal, doa ini juga mencerminkan semangat kebersamaan, karena tidak hanya memohon penerimaan amal untuk diri sendiri, tetapi juga untuk seluruh umat Muslim.

Kebenaran Islam Akan Bertahan Hingga Kiamat

Stylesphere – Manusia selalu mencari jawaban atas pertanyaan besar dalam hidup. Namun, kebenaran sejati—yang berbasis ilmu, logika, dan kepastian—akan tetap bertahan hingga akhir zaman. Islam menawarkan konsep ketuhanan yang tidak hanya berbasis keyakinan, tetapi juga logika yang kuat.

Sejak kecil, umat Islam diajarkan sifat-sifat Allah, seperti wujud, qidam, dan baqa, yang berkaitan langsung dengan eksistensi alam semesta. Ulama sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA di Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menegaskan bahwa konsep ketuhanan dalam Islam bersifat mutlak dan tidak akan berubah.

“Ketika kita diajari sifat-sifat Allah, itu bukan sekadar teori agama, tapi juga logika yang bertahan hingga hari kiamat. Masa alam raya yang ada ini muncul begitu saja tanpa sebab? Ketiadaan tidak akan pernah menghasilkan sesuatu,” ujar Gus Baha dalam ceramahnya, dikutip dari kanal YouTube @MuhammadNurBinYusuf.

Menurutnya, kebenaran tidak harus disaksikan langsung agar bisa diterima. Logika tetap berlaku di sepanjang zaman. Sebagai contoh, tidak ada angka baru di luar angka satu, yang menunjukkan adanya prinsip dasar kehidupan yang tidak bisa diubah. Islam menawarkan pemahaman yang selaras dengan logika manusia, sehingga ajarannya tetap relevan dari masa ke masa.

Gus Baha Menjelaskan

Gus Baha mengutip perkataan Imam Al-Amudi yang menjelaskan bahwa segala sesuatu di dunia ini berawal dari satu kesatuan. Tidak ada angka dua tanpa angka satu, dan segala sesuatu merupakan cabang dari prinsip dasar yang satu.

Prinsip ini juga berlaku dalam memahami keesaan Allah. Keberadaan-Nya tidak memerlukan pembuktian fisik karena keteraturan alam semesta sudah cukup menjadi bukti. Setiap aspek kehidupan menunjukkan adanya desain yang mustahil muncul secara kebetulan.

“Ketika seseorang berpikir secara logis, dia akan menyadari bahwa segala sesuatu pasti memiliki asal. Jika kita melihat keteraturan di alam semesta, pasti ada yang menciptakannya. Ini adalah hukum yang berlaku hingga kiamat,” ujar Gus Baha.

Sebagai contoh, seseorang tidak perlu melihat langsung mukjizat Nabi Musa untuk mempercayai keagungan Allah. Cukup dengan memahami bahwa alam semesta memiliki keteraturan, maka sudah jelas ada Dzat yang mengaturnya.

Gus Baha juga menyinggung bagaimana pemikiran ateis sering kali bertentangan dengan logika mereka sendiri. Seorang ateis yang menolak keberadaan Tuhan tetap harus menerima bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki asal.

Menurutnya, nihilisme—yang beranggapan bahwa segala sesuatu berasal dari ketiadaan—tidak masuk akal. Ketiadaan tidak mungkin menghasilkan keberadaan. Hanya sesuatu yang wujud yang bisa menyebabkan keberadaan lainnya.

Kebenaran semacam ini tidak membutuhkan nabi atau wali untuk menjaganya, karena logika manusia sendiri akan membimbingnya ke arah yang benar. Inilah yang membuat ajaran Islam tetap relevan di sepanjang zaman.

Teori Ilmiah Gus Baha

Gus Baha menegaskan bahwa sejarah membuktikan teori ilmiah yang didasarkan pada logika yang benar akan bertahan, sedangkan teori tanpa dasar kuat akan hilang seiring waktu.

Begitu pula dalam memahami keesaan Allah. Konsep ini tidak berubah sejak dahulu hingga sekarang karena didasarkan pada logika yang tidak bisa disangkal.

“Sehebat apa pun seorang ilmuwan atau filsuf, dia tidak akan bisa menciptakan logika baru yang bertentangan dengan kebenaran dasar ini. Segala sesuatu pasti memiliki asal-usul yang bisa ditelusuri,” ujar Gus Baha.

Karena itu, pemahaman agama yang logis akan tetap bertahan. Orang yang berpikir jernih akan memahami bahwa ajaran Islam tidak hanya bersifat spiritual tetapi juga ilmiah dan rasional.

Konsep ini juga yang membuat banyak ilmuwan terkemuka akhirnya mengakui keberadaan Tuhan. Semakin dalam mereka meneliti alam semesta, semakin jelas keteraturan yang membuktikan adanya pencipta.

Pada akhirnya, kebenaran sejati tidak akan tergoyahkan oleh zaman. Kebenaran itu bersumber dari Allah dan akan tetap bertahan hingga hari kiamat.

Hukuman Bagi Pemalak di Agama Islam Menurut Gubernur Jawa Barat

Stylesphere – Di tengah persoalan ini, video lawas Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi melotot hadapi preman, lantas viral di media sosial.

Beredar di media sosial potongan video ketika Gubernur Dedi Mulyadi emosi menghadapi preman. Potongan video tersebut beredar setelah diunggah oleh beberapa akun di media sosial.

Dalam video itu memperlihatkan wajah Dedi Mulyadi yang sangat emosi. Mata Dedi sampai melotot ketika dia menghadapi permasalahan premanisme yang meresahkan masyarakat.

Ada dua potongan video, potongan video pertama memperlihatkan Dedi sedang mencari preman yang sempat terekam kamera warga melakukan pemalakan. Kemudian potongan video kedua memperlihatkan Dedi berhadapan langsung dengan preman dengan nada penuh amarah.

Potongan video Dedi Mulyadi menghadapi preman yang beredar luas ini tidak dilengkapi penjelasan kapan dan dimana itu terjadi.

Pengertian Preman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), preman adalah seseorang yang melakukan kejahatan seperti penodongan atau pemerasan. Premanisme sendiri merupakan gaya hidup yang mengutamakan kekerasan. Dalam konteks kelompok, preman juga dapat disebut gangster ketika aktivitasnya dilakukan secara terorganisir dalam geng atau organisasi kriminal.

Dalam Islam, istilah yang lebih mendekati makna preman adalah Al-Muntahib, sedangkan perbuatannya disebut Nahab atau Intihab.

Definisi Al-Muntahib Menurut Para Ulama

  1. Ensiklopedi Fikih
    An-Nahab didefinisikan sebagai tindakan mengambil harta orang lain secara paksa dengan menindas korban secara terang-terangan. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah, 41/378)
  2. Mazhab Hanafi
    Intihab adalah mengambil harta orang lain secara terang-terangan dan memaksa, baik di kota maupun di desa. (Tabyin Haqaiq, 9/147)
  3. Mazhab Syafi’i
    Al-Muntahib adalah orang yang merampas harta orang lain dengan kekerasan dan paksaan secara terbuka serta diketahui oleh masyarakat. (An-Nadzm Al-Mustahdzab, 2/277)
  4. Mazhab Hambali
    Al-Muntahib adalah seseorang yang menggunakan kekuatan dan penindasan untuk merampas harta orang lain, menyerupai perampasan dalam peperangan. (Syarh Muntaha Al-Iradat, 11/209)

Dengan demikian, dalam Islam, tindakan premanisme termasuk perbuatan zalim yang dilarang, dan pelakunya dapat dikenai hukuman sesuai dengan ketentuan syariat.

Hukuman Untuk Para Preman

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Muntahib adalah seseorang yang merampas harta orang lain secara terang-terangan, dengan menggunakan kekuatan dan penindasan.

Hukuman bagi Muntahib/Preman

Dalam Islam, tidak ada hukuman khusus bagi Muntahib, karena tindakan Intihab berbeda dengan pencurian. Oleh karena itu, pelakunya tidak dikenai hukuman potong tangan. Hal ini ditegaskan dalam hadis dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Seorang muntahib tidak dihukum dengan potong tangan. Barang siapa yang melakukan intihab secara terang-terangan maka bukan termasuk pengikut jalan kami.” (HR. Abu Daud 4391, dishahihkan oleh Al-Albani)

Karena tidak ada aturan tetap terkait hukuman bagi Muntahib, penindakannya diserahkan kepada pemerintah. Pengadilan memiliki kewenangan untuk menjatuhkan hukuman berdasarkan tingkat kejahatan yang dilakukan, sesuai dengan hukum yang berlaku.

Makna Mendalam Raya Idul Fitri Versi Gus Baha

StylesphereKH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), ulama ahli Al-Qur’an sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3iA Rembang, Jawa Tengah, menjelaskan makna mendalam dari Idul Fitri.

Murid kinasih Mbah Moen ini menerangkan bahwa Idul Fitri bermakna kembali ke fitrah, yakni keadaan manusia yang suci. Kembali di sini berarti kembali seperti asal mula manusia, yaitu ber-KTP surga, sebagaimana Nabi Adam dan istrinya yang awalnya tinggal di surga.

“Di Indonesia, Syawalan identik dengan minta maaf,” ujar Gus Baha dalam tayangan YouTube Short @emrofhak_chanel, Rabu (26/03/2025).

Ia juga menambahkan bahwa kata Ied berasal dari kosakata audun, yang berarti kembali.

KTP Surga

Gus Baha menjelaskan bahwa Idul Fitri menandai kembalinya manusia ke fitrah setelah dosa-dosanya dihapus selama bulan Ramadhan melalui puasa dan ibadah lainnya.

“Setelah kita puasa satu bulan, Insyaallah kita ber-KTP surga lagi,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa Idul Fitri berkaitan erat dengan sejarah Nabi Adam AS, yang awalnya tinggal di surga. “Dulu Nabi Adam di surga, beberapa anaknya juga lahir di surga. Jadi, sebenarnya KTP kita itu KTP surga, alamat tetap kita adalah surga,” jelasnya.

Namun, kehidupan dunia yang penuh kekhilafan membuat status itu seolah kabur. “Karena kita di dunia agak kacau, cara Jawa bilang agak bedigasan, status itu jadi samar. Semoga tidak hilang sepenuhnya,” tambahnya.

Menurut Gus Baha, bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk mengembalikan status tersebut. “Banyak ulama mengatakan al-‘ied minal ‘audi, artinya kembali. Kita yang dulu penduduk surga, Insyaallah dengan barokah Ramadhan, status itu bisa kembali,” paparnya.

Ia menutup dengan menegaskan bahwa Idul Fitri adalah momentum kembali ke fitrah dan status kehambaan yang benar. “Disebut minal ‘aidin, kita kembali ke fitrah dan menjadi ahli surga,” tandasnya.

Pendosa Yang Diampuni

Ramadhan dikenal sebagai syahru maghfirah, bulan yang penuh ampunan. Segala amalan seperti shalat, puasa, sedekah, i’tikaf, dan zakat menjadi sarana penghapus dosa.

Allah SWT berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 133:
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”

Puasa bertujuan menjadikan seseorang bertakwa. Orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah mereka yang bersyukur. Dalam hidup, yang terpenting adalah merasa cukup. Sedekah, baik dalam kelapangan maupun kesempitan, adalah ujian sejauh mana kita mengingat Allah SWT.

Ciri-Ciri Orang yang Diampuni Dosanya

  1. Rajin menafkahkan hartanya di jalan Allah.
  2. Mampu mengendalikan amarah.
  3. Suka memaafkan kesalahan orang lain.
  4. Gemar berbuat baik.
  5. Memohon ampun kepada Allah saat berbuat dosa.

Dengan menjalankan amalan-amalan ini, seseorang dapat memperoleh ampunan dan kembali ke fitrah sebagai hamba yang bertakwa.

Benarkah Puasa Batal karena Sikat Gigi Saat Puasa?

Stylesphere – Menjaga kebersihan gigi dan mulut bukan hanya penting dari segi kesehatan, tetapi juga dari sisi agama.

Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, menyampaikan bahwa dalam sebuah hadis Nabi SAW, disebutkan larangan bagi orang yang baru makan bawang untuk masuk ke masjid.

“Artinya, bersihkan dulu mulut sebelum masuk ke masjid. Masjid harus dijaga kebersihannya karena dipadati banyak orang,” ujar Nasaruddin.

Saat bulan Ramadhan, sering muncul pertanyaan tentang hukum menggosok gigi saat berpuasa. Nasaruddin menegaskan bahwa menggosok gigi diperbolehkan, asalkan tidak ada air atau pasta gigi yang masuk ke tenggorokan.

“Kalau mulut kita sangat bau saat mau pergi ke masjid, boleh sikat gigi, tetapi pastikan tidak ada yang masuk ke tenggorokan,” jelasnya dalam acara edukasi dan layanan kesehatan gigi di Masjid Istiqlal, 23 Maret 2025.

Dari segi medis, menjaga kesehatan gigi dan mulut saat berpuasa sangat penting.

Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI), drg. Usman Sumantri, menekankan bahwa sikat gigi dua kali sehari dengan pasta gigi yang tepat sangat dianjurkan.

Menurutnya, waktu terbaik untuk menggosok gigi saat puasa adalah setelah sahur dan sebelum tidur. Hal ini dapat mencegah berbagai masalah pada gigi dan mulut, terutama selama berpuasa.

Gigi Rentan Nyeri Saat Puasa

Saat berpuasa, gigi dan mulut lebih rentan mengalami berbagai masalah, terutama bau mulut.

Menurut Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI), drg. Usman Sumantri, salah satu penyebab utama adalah berkurangnya produksi air liur akibat asupan cairan yang lebih sedikit selama berpuasa.

“Kondisi ini menyebabkan rongga mulut menjadi kering, sehingga bakteri penyebab bau mulut lebih mudah berkembang,” jelas Usman.

Selain itu, sisa makanan yang menumpuk setelah sahur juga bisa menjadi sarang bakteri, yang semakin memperburuk kondisi kesehatan gigi dan mulut.

Selalu Jaga Kebersihan Mulut

Bau mulut dan masalah kesehatan gigi sering menjadi perhatian selama berpuasa. Oleh karena itu, edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan mulut perlu terus digencarkan agar umat Islam dapat beribadah dengan nyaman tanpa rasa khawatir.

Sebagai bagian dari komitmennya dalam mendampingi masyarakat dalam mencegah masalah gigi dan mulut, Pepsodent bekerja sama dengan Masjid Istiqlal mengadakan program “Ramadan Berbagi BerkaHHH, Mulut dan Hati Adem”.

“Dalam program ini, kami memberikan edukasi tentang pentingnya menyikat gigi dua kali sehari, terutama saat puasa, agar terhindar dari bau mulut. Kami juga menyediakan layanan perawatan gigi gratis serta santunan,” ujar Direktur Human Resources Unilever Indonesia, Willy Saelan.

Selain itu, selama Ramadhan 2025, 2,5 persen keuntungan dari penjualan Pepsodent Herbal, Pepsodent Siwak, dan Pepsodent Siwak Habbatussauda akan disalurkan kepada 1.500 anak yatim, bekerja sama dengan Masjid Istiqlal.

Kenapa Tarawih Semakin Sepi?

Stylesphere – Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan kesempatan untuk memperbanyak ibadah, salah satunya adalah sholat Tarawih yang sangat dianjurkan di bulan suci ini.

Namun, menjelang akhir Ramadhan, jumlah jamaah Tarawih di masjid cenderung berkurang. Banyak orang mulai sibuk dengan persiapan Lebaran atau memilih melaksanakan Tarawih di rumah karena alasan kenyamanan dan keterbatasan waktu.

Meskipun demikian, sholat Tarawih memiliki banyak keutamaan yang tidak boleh diabaikan. Justru ketika jamaah semakin sedikit, ada keistimewaan luar biasa yang bisa diperoleh.

Lantas, apa saja keutamaan sholat Tarawih? Berikut ulasannya, dikutip dari islami.co.

Utamakan Sholat Tarawih

Sholat Tarawih memiliki banyak keutamaan, terutama jika dilakukan bersama imam. Rasulullah SAW bersabda:

“Siapa yang sholat malam bersama imam hingga selesai, maka akan ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR. at-Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa sholat Tarawih berjamaah sangat dianjurkan, karena memberikan pahala yang setara dengan sholat semalam penuh.

Selain itu, sholat Tarawih juga dapat menghapus dosa-dosa yang telah lalu. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa ibadah (Tarawih) di bulan Ramadhan dengan iman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau.” (HR. al-Bukhari, Muslim, dan lainnya)

Hadis lain dari Abu Hurairah juga menegaskan keutamaan ini:

“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hal ini, qiyam Ramadhan merujuk pada sholat Tarawih.

Menurut Imam An-Nawawi, ampunan ini berlaku untuk dosa-dosa kecil. Namun, beberapa ulama berpendapat bahwa pahala yang besar dari sholat Tarawih juga dapat meringankan dosa-dosa besar, selama dosa-dosa kecil telah terhapus.

Sholat Sunnah Jangan Dilewatkan

Sholat Tarawih di bulan Ramadhan merupakan sholat sunnah yang paling utama.

Menurut ulama madzhab Hambali, sholat yang paling utama adalah sholat sunnah yang dianjurkan dilakukan secara berjamaah, karena menyerupai sholat fardhu. Dalam urutan keutamaannya, sholat kusuf (gerhana) berada di peringkat pertama, diikuti oleh sholat Tarawih. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 2/9633)

Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa sholat Tarawih adalah sunnah mu’akkad, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan. Menurut madzhab Hanafiyah, Hanabilah, dan Malikiyyah, sholat Tarawih menjadi bagian dari syiar Islam, sehingga umat Muslim dianjurkan untuk menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan Tarawih.

Dalam pelaksanaannya, sholat Tarawih lebih utama dilakukan secara berjamaah daripada sendiri-sendiri. Imam Asy-Syafi’i dan mayoritas ulama lainnya menekankan bahwa sholat Tarawih lebih baik dikerjakan di masjid, sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dan para sahabat.

Dengan keutamaan-keutamaan ini, hendaknya umat Islam tidak meninggalkan sholat Tarawih, terutama di penghujung bulan Ramadhan.

Cara I’tikaf Lengkap Bagi Perempuan

Stylesphere – I’tikaf adalah ibadah dengan berdiam diri di masjid untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan memperbanyak doa, dzikir, dan ibadah lainnya.

Ibadah ini sangat dianjurkan, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, untuk meraih keutamaan malam Lailatul Qadar.

Tanda Anda Mendapatkan Lailatul Qadar

Seperti halnya ibadah lain, i’tikaf memiliki syarat sah yang harus dipenuhi. Salah satunya adalah dilakukan di masjid yang menyelenggarakan sholat berjamaah.

Namun, bagaimana dengan i’tikaf bagi wanita? Apakah mereka harus melaksanakannya di masjid atau ada ketentuan lain? Berikut ulasannya, sebagaimana dirangkum dari NU Online.

Tempat Ibadah I’tikaf

Laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menjalankan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim melalui Sayyidatina Aisyah RA, yang berbunyi:

وَعَنْهَا: – أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Artinya: “Dari Aisyah RA, Nabi Muhammad SAW beritikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Aktivitas itu dilakukan hingga beliau wafat. Kemudian, para istrinya mengikuti i’tikaf pada waktu tersebut sepeninggal Rasulullah SAW.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai tempat pelaksanaan i’tikaf.

  • Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa i’tikaf bisa dilakukan di masjid mana saja.
  • Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad berpendapat bahwa i’tikaf hanya sah di masjid yang digunakan untuk sholat berjamaah dan sholat lima waktu secara rutin.

Pendapat ini didasarkan pada teks berikut:

المسجد شرط لصحة الاعتكاف. قال مالك والشافعي يصح في كل مسجد. وقال أبو حنيفة وأحمد يصح في كل مسجد تقام فيه الجماعة وتصلى فيه الصلوات كلها

Artinya: “Masjid adalah syarat sah ibadah i’tikaf. Imam Malik dan As-Syafi’i berpendapat bahwa i’tikaf sah di masjid mana pun. Abu Hanifah dan Imam Ahmad berpendapat bahwa i’tikaf sah di setiap masjid yang digunakan untuk sholat berjamaah dan sholat lima waktu.”

(Lihat Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 340).

Zakat Fitrah dan Kewajiban bagi Orang yang Berutang

Arti I’tikaf Bagi Perempuan

Namun, menurut Imam Abu Hanifah, perempuan dapat melakukan i’tikaf di rumah, tepatnya di mushala atau tempat yang biasa digunakan untuk sholat di dalam rumahnya.

وعند أبي حنيفة إنما يصح اعتكاف المرأة في مسجد بيتها وهو الموضع المهيأ في بيتها لصلاتها

Artinya: “Menurut Abu Hanifah, i’tikaf perempuan sah dilakukan di masjid dalam rumahnya, yaitu tempat yang disediakan untuk sholat di rumahnya.”

(Lihat Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 340).

Sementara itu, Syekh Wahbah Az-Zuhayli menyarankan bahwa jika perempuan beri’tikaf di masjid, sebaiknya ia mengambil tempat di balik tirai yang biasa digunakan untuk menandai area sholat perempuan.

وإذا اعتكفت المرأة في المسجد، استحب لها أن تستتر بشيء؛ لأن أزواج النبي صلّى الله عليه وسلم لما أردن الاعتكاف أمرن بأبنيتهن، فضربن في المسجد، ولأن المسجد يحضره الرجال، وخير لهم وللنساء ألا يرونهن ولا يرينهم

Artinya: “Jika seorang perempuan beri’tikaf di masjid, ia dianjurkan untuk menutup diri dengan tirai, sebagaimana para istri Nabi Muhammad SAW ketika ingin beri’tikaf diperintahkan untuk berada di tempat yang dibangun bagi mereka di dalam masjid. Hal ini karena masjid juga dihadiri oleh pria bukan mahram. Maka, lebih baik bagi mereka dan para pria untuk tidak saling melihat satu sama lain.”

(Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuh, [Beirut, Darul Fikr: 1985 M/1405 H], cetakan kedua, juz II, halaman 696-697).

Apakah Itu Darkil Asfal Minan Naar Neraka

Stylesphere – Setiap manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan hidupnya. Ada yang mengikuti petunjuk Allah, namun ada pula yang justru menjauh dari-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah memberikan banyak peringatan keras bagi mereka yang mengingkari kebenaran, termasuk tentang tempat kembalinya di akhirat.

Neraka bukan hanya tempat siksaan, tetapi juga peringatan atas kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Sebagaimana orang tua melarang anaknya dari sesuatu yang membahayakan, Allah pun memperingatkan manusia agar tidak terjerumus dalam kebinasaan.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bahwa peringatan tentang neraka dalam Al-Qur’an bukanlah bentuk kebencian, melainkan kasih sayang Allah kepada manusia. Allah memberikan kesempatan bagi hamba-Nya untuk bertobat sebelum ajal menjemput.

“Peringatan dari Allah itu bukan karena kebencian, tetapi karena kasih sayang. Allah tidak ingin ada hamba-Nya yang masuk ke dalam kebinasaan,” ujar Ustadz Adi Hidayat dalam tayangan di kanal YouTube @Adi Hidayat Official.

Dalam video tersebut, ia juga membahas bahaya kemunafikan dan bagaimana orang-orang seperti ini dapat menyesatkan orang lain.

“Ada orang yang saat berbicara, kata-katanya menarik, retorikanya indah, logikanya seolah benar, tetapi justru menjauhkan dari Allah,” jelasnya.

Menurutnya, keselamatan di akhirat tidak hanya bergantung pada amal ibadah, tetapi juga pada keimanan yang benar.

Hindari jenis Manusia Ini

“Orang bisa saja sholat, puasa, dan zakat, tetapi tanpa iman, tetap celaka di akhirat,” ujar Ustadz Adi Hidayat (UAH) dalam ceramahnya.

Ia menyinggung kisah ketika Sayyidah Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya kepada Nabi Muhammad SAW mengenai seseorang yang dikenal baik di dunia.

“Ada orang non-Muslim yang dermawan, suka membantu, dan berdonasi. Bagaimana nasibnya di akhirat?” tuturnya.

Nabi menjawab berdasarkan Surah Al-Furqan ayat 23, yang menjelaskan bahwa perbuatan baik tanpa iman hanya akan dibalas di dunia.

“Jika amalnya untuk dunia, maka balasannya diberikan di dunia. Namun di akhirat, semua itu menjadi debu yang berterbangan,” jelasnya.

Karena itu, UAH mengingatkan agar tidak mudah terpengaruh oleh pemikiran menyimpang.

“Jangan coba-coba mengikuti orang yang nyeleneh. Jangan penasaran dengan ajaran yang menyesatkan,” pesannya.

Ia juga menyoroti tipe orang yang sering membawa ayat Al-Qur’an, tetapi dengan pemahaman yang keliru. Mereka memotong ayat dan menggunakannya untuk membenarkan pendapat pribadi.

“Dalam Surah Al-Baqarah ayat 204, disebutkan ada orang yang perkataannya menarik, bahkan membawa ayat Al-Qur’an, tetapi justru berbahaya,” ujarnya.