Doa Rasulullah Menurut Gus Baha

Stylesphere – Setiap orang memiliki cara pandang berbeda tentang kehidupan. Ada yang melihatnya sebagai perjalanan penuh tantangan, sementara yang lain menganggapnya sebagai ladang untuk menanam kebaikan. Dalam Islam, kehidupan dan kematian memiliki makna mendalam yang harus dipahami dengan bijak.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha, seorang ulama kharismatik sekaligus tokoh penting di PBNU, menjelaskan bahwa hidup adalah kesempatan untuk memperbanyak kebaikan. Dalam sebuah doa, Rasulullah SAW bersabda:

“Ya Allah, jadikan kehidupan ini sebagai penambahan saya untuk berbuat baik, dan jadikan kematian sebagai akhir dari semua keburukan saya.”

Menurut Gus Baha, doa ini mengajarkan bahwa hidup seharusnya dimanfaatkan untuk menambah amal saleh. Sebaliknya, kematian bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti, melainkan akhir dari segala keburukan yang mungkin dilakukan manusia.

Dalam ceramahnya, yang dirangkum dari kanal YouTube @takmiralmukmin, Gus Baha menekankan bahwa selama hidupnya, manusia memiliki potensi untuk berbuat baik maupun buruk. Islam mengajarkan umatnya untuk menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran dan menjadikan kematian sebagai pengingat untuk selalu memperbaiki diri.

Pertanyaan Terkait meninggalnya Seseorang

Gus Baha mencontohkan bagaimana ulama-ulama Nahdlatul Ulama (NU) menyikapi kematian seseorang, bahkan jika semasa hidupnya dikenal sebagai pelaku maksiat. Mereka tetap berusaha melihat sisi baik dari orang yang telah meninggal.

Dalam sebuah kisah, Gus Baha menyebut bahwa ketika seorang bajingan meninggal, para kiai tetap mencari kebaikan dalam dirinya. Mereka meyakini bahwa kematian telah mengakhiri segala potensi keburukannya, sehingga tidak ada alasan untuk terus menghakimi seseorang yang sudah tiada.

Sikap ini mengajarkan bahwa manusia tidak boleh merasa lebih baik dari orang lain. Setiap individu berpotensi melakukan kesalahan, sehingga yang lebih utama adalah memperbaiki diri selama masih diberi kesempatan hidup.

Islam mengajarkan keseimbangan dalam menghadapi kehidupan dan kematian. Hidup adalah waktu untuk beramal, sementara kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak bisa dihindari.

Menurut Gus Baha, hidup bukanlah tentang siapa yang paling lama bertahan, tetapi siapa yang bisa memanfaatkannya untuk berbuat baik. Oleh karena itu, doa Rasulullah SAW yang menyatakan agar kehidupan menjadi tambahan untuk kebaikan dan kematian sebagai akhir dari keburukan, menjadi pedoman utama dalam menjalani hidup.

Di sisi lain, Islam mengajarkan bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi. Amal baik akan mendapat balasan yang baik, sementara keburukan akan membawa dampak buruk, baik di dunia maupun di akhirat.

Gus Baha menekankan bahwa selama hidup, seseorang harus berusaha menghindari keburukan sejauh mungkin. Jika ajal menjemput, setidaknya ia meninggalkan dunia dalam keadaan yang lebih baik.

Dalam Islam, kematian bukanlah akhir segalanya, melainkan pintu menuju kehidupan yang sesungguhnya di akhirat. Oleh karena itu, manusia harus mempersiapkan bekal yang cukup agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT.

Ini Dia Jadwal Untuk Membaca Qunut Witir

Stylesphere – Banyak Muslim melaksanakan sholat Witir di awal waktu saat bulan Ramadan, yakni setelah sholat Isya dan Tarawih. Hal ini berbeda dengan hari-hari biasa, di mana sholat Witir sering dijadikan sebagai penutup sholat malam.

Menurut Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya), sholat Witir tidak harus selalu dilakukan setelah menunaikan sholat-sholat malam. Witir boleh dikerjakan lebih awal, kemudian seseorang tetap dapat melaksanakan sholat sunnah lagi jika bangun di malam hari.

“Jangan seperti sebagian orang yang salah paham. Dipikir sholat Witir adalah sholat penutup dan kalau bangun malam gak boleh sholat lagi. Itu salah paham,” jelas Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Kamis (13/3/2025).

Buya Yahya menegaskan, jika seseorang sudah sholat Witir sebelum tidur, lalu ia terbangun di malam hari, maka boleh melaksanakan sholat sunnah sebanyak yang diinginkan.

“Jadi, kalau Anda sudah Witir di awal waktu sebelum tidur, kemudian tertidur dan bangun, boleh sholat (sunnah) sebanyak-banyaknya,” lanjutnya.

Qunut Witir di Separuh Akhir Ramadan
Pada separuh terakhir bulan Ramadan, sebagian Muslim membaca doa qunut dalam sholat Witir, mirip seperti qunut dalam sholat Subuh. Doa qunut ini dibaca saat i’tidal pada rakaat terakhir sholat Witir.

Lalu, kapan tepatnya qunut Witir separuh terakhir Ramadan mulai dibaca dan bagaimana hukumnya? Simak penjelasannya berikut ini.

Dalil Qunut Witir di Separuh Akhir Ramadan

Salah satu dalil yang menjadi dasar pembacaan qunut pada rakaat terakhir sholat Witir di bulan Ramadan adalah perkataan sahabat Nabi (atsar) berikut:

أن عمر بن الخطاب جمع الناس على أبي بن كعب فكان يصلي لهم عشرين ليلة ولا يقنت الا في النصف الباقى من رمضان. رواه أبو داود

Artinya: “Sesungguhnya Umar Ibn Khattab mengumpulkan masyarakat untuk sholat Tarawih bersama (dengan imam) Ubay Ibn Ka’b. Maka beliau sholat Tarawih bersama mereka selama 20 malam, dan beliau tidak membaca doa qunut kecuali pada separuh yang kedua (mulai malam ke-16 Ramadan hingga seterusnya).” (HR. Abu Dawud).

Kapan Qunut Witir Ramadan Mulai Dibaca?
Berdasarkan hadis ini, doa qunut Witir mulai dibaca pada malam ke-16 Ramadan. Tahun ini, malam ke-16 Ramadan jatuh pada Sabtu, 15 Maret 2025 malam.

Biasanya, petugas bilal di masjid akan mengumumkan bahwa pada rakaat terakhir sholat Witir, imam akan membaca doa qunut. Praktik ini telah menjadi tradisi di banyak komunitas Muslim, khususnya dalam mazhab Syafi’i.

Hukum Qunut Witir di Separuh Akhir Ramadan

Mengutip NU Online, para ulama mazhab Syafi’i menghukumi sunnah membaca doa qunut pada rakaat terakhir sholat Witir di separuh akhir Ramadan.

Sebagian ulama ada yang membolehkan qunut sepanjang Ramadan, namun pendapat yang paling kuat dalam mazhab Syafi’i adalah qunut hanya dikhususkan pada separuh akhir Ramadan.

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar menuturkan:

ويستحب القنوت عندنا في النصف الأخير من شهر رمضان في الركعة الأخيرة من الوتر، ولنا وجه: أن يقنت فيها في جميع شهر رمضان، ووجه ثالث: في جميع السنة، وهو مذهبُ أبي حنيفة، والمعروف من مذهبنا هو الأوّل

Artinya: “Menurut kami, disunnahkan membaca doa qunut pada rakaat terakhir sholat Witir di separuh akhir Ramadan. Ada pula dari kalangan kami (Syafi’iyyah) yang berpendapat bahwa qunut disunnahkan sepanjang Ramadan. Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa qunut dianjurkan di semua sholat sunnah, sebagaimana dalam mazhab Abu Hanifah. Namun, yang paling kuat dalam mazhab kami adalah pendapat pertama, yaitu membaca qunut hanya pada separuh akhir Ramadan.”

Dengan demikian, qunut Witir mulai dibaca pada malam ke-16 Ramadan, mengikuti pendapat yang lebih kuat dalam mazhab Syafi’i.