Perkenalkan Jin Ifrit Yang Suka Menipu dan Banyak Rupa

Perkenalkan Jin Ifrit Yang Suka Menipu dan Banyak Rupa

Stylesphere – Dalam Al-Qur’an, Jin Ifrit disebut secara jelas, menjadikannya salah satu makhluk gaib yang memiliki posisi khusus. Keberadaannya dijelaskan dalam Surah An-Naml ayat 39–40, yang memberikan gambaran tentang kekuatan dan kemampuan luar biasa yang dimiliki Jin Ifrit. Ia dikenal sebagai salah satu golongan jin terkuat dan kerap dianggap sebagai pemimpin di antara kaumnya.

Jin Ifrit bukanlah satu kelompok yang seragam. Dalam pandangan Islam, mereka terbagi menjadi dua jenis: Jin Ifrit yang beriman (Muslim) dan yang ingkar (kafir). Perbedaan ini menunjukkan bahwa, seperti halnya manusia, bangsa jin juga memiliki pilihan dalam hal keimanan. Ini sekaligus mencerminkan keragaman dan kompleksitas dunia jin dalam perspektif Islam.

Melalui Surah An-Naml, Al-Qur’an memberi kita wawasan tentang peran Jin Ifrit dalam skenario besar kehidupan, serta mengingatkan bahwa keberadaan mereka bukan sekadar mitos, melainkan bagian dari ciptaan Allah yang nyata dan memiliki fungsi dalam alam semesta. Memahami ini membantu umat Islam untuk bersikap lebih hati-hati dan proporsional dalam memandang makhluk halus sesuai dengan tuntunan agama.

Fakta Tentang jin Ifrit

Dalam buku Rahsia Jin: Tak Terhitung karya Luth Movazil, diungkap berbagai fakta menarik seputar jin ifrit, salah satu golongan jin paling berpengaruh dalam hierarki dunia gaib. Jin ifrit dianggap sebagai pemimpin tertinggi di antara bangsa jin, dengan kekuatan dan otoritas yang sangat besar.

Terdapat dua jenis jin ifrit: muslim dan kafir. Menurut informasi dalam buku tersebut, jumlah jin ifrit kafir lebih banyak dibandingkan yang muslim. Namun, dari segi kekuatan, jin ifrit muslim disebut memiliki kemampuan yang lebih unggul, menunjukkan bahwa jumlah bukan satu-satunya faktor dominan dalam dunia jin.

Jin ifrit dikenal menguasai wilayah tertentu dalam dimensi mereka, menunjukkan adanya struktur pemerintahan atau sistem penguasaan wilayah di antara para jin. Selain itu, sebagian dari mereka digambarkan memiliki sayap, meskipun tidak semua. Mereka juga dikenal memiliki singgasana megah, menambah kesan agung dan kuat dalam citra mereka.

Yang paling mencolok, satu jin ifrit dikatakan memiliki kekuatan setara dengan seribu jin biasa. Fakta ini menegaskan posisi mereka sebagai makhluk gaib yang tidak hanya berpengaruh, tetapi juga sangat ditakuti dalam tatanan dunia jin.

Jin Ifrid Apakah Jin Yang Baik?

Persepsi masyarakat terhadap jin ifrit sering kali bersifat hitam-putih, dengan anggapan dominan bahwa mereka adalah makhluk jahat. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya mutlak. Dalam buku Di Surga, Kita Dilarang Bersedih karya Umar Raffiq, disampaikan bahwa jin ifrit tidak harus selalu diasosiasikan dengan kejahatan.

Penulis mengangkat sudut pandang alternatif bahwa jin ifrit juga bisa memiliki sisi kebaikan. Seperti halnya manusia, mereka pun terdiri dari individu-individu dengan karakter yang beragam—ada yang jahat, ada pula yang baik. Pendekatan ini memberi gambaran yang lebih kompleks dan berimbang tentang keberadaan mereka.

Pemahaman semacam ini menekankan bahwa jin ifrit tidak bisa disamaratakan. Interaksi manusia dengan makhluk halus ini pun beragam, tergantung konteks dan pengalaman masing-masing. Ada yang melaporkan pengalaman positif, sementara yang lain mengalami hal yang menakutkan atau merugikan. Ini menunjukkan bahwa jin ifrit, seperti makhluk ciptaan lainnya, memiliki spektrum sifat dan perilaku yang luas.

Ingin Panjang Umur? Ikuti Cara Bersedekah Buya Yahya Berikut Ini

Stylesphere – Keinginan untuk hidup panjang dan memberi manfaat adalah harapan banyak orang. Dalam Islam, ada panduan spiritual yang diyakini dapat memperpanjang umur, salah satunya adalah sedekah.

KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) menyampaikan bahwa sedekah yang dilakukan dengan ikhlas memiliki keutamaan besar, termasuk dalam hal memperpanjang usia seseorang. Pernyataan ini disampaikannya dalam salah satu ceramah di kanal YouTube @albahjah-tv, dikutip pada Rabu (16/04/2025).

Buya Yahya menjelaskan bahwa para ulama memiliki perbedaan pandangan soal makna “panjang umur” dalam hadis Nabi. Salah satu pendapat menyatakan bahwa umur seseorang memang benar-benar bisa ditambah oleh Allah karena kebiasaan bersedekah. Pendapat ini didasarkan pada pemahaman tekstual dari sabda Rasulullah.

Dengan kata lain, dalam pandangan sebagian ulama, sedekah yang ikhlas tak hanya mendatangkan berkah dalam hidup, tapi juga dapat memperpanjang jangka waktu kehidupan seseorang sesuai dengan kehendak Allah.

Pengertian Umur Panjang

Pendapat kedua terkait makna “panjang umur” dalam hadis menyebut bahwa yang dimaksud bukan penambahan usia secara fisik, melainkan keberkahan dalam hidup itu sendiri. Artinya, meskipun seseorang hidup dalam waktu yang singkat, amal dan manfaatnya tetap terasa panjang dan terus berlanjut.

Buya Yahya memberi contoh, seseorang yang membangun pondok pesantren atau lembaga pendidikan akan tetap menuai pahala meski telah meninggal dunia. Selama tempat itu digunakan untuk kebaikan, amalnya terus mengalir. Inilah yang disebut sebagai umur yang panjang—kisah hidup dan kebaikannya terus dibicarakan dan memberi manfaat bagi banyak orang.

Selain itu, sedekah juga diyakini sebagai penangkal maksiat. Orang yang rajin bersedekah biasanya memiliki hati yang lebih lembut dan penuh kasih sayang. Sifat ini membuatnya lebih dekat dengan sesama dan lebih dekat pula kepada rahmat Allah.

Menurut Buya Yahya, hati yang lembut karena kebiasaan bersedekah akan mendatangkan kasih sayang Allah, bahkan di saat-saat sulit seperti sakaratul maut.

Sedekah Untuk Bahagia di Akhirat

Bagi orang yang ikhlas dalam bersedekah, Allah akan memudahkan jalan menuju husnul khatimah, atau akhir hidup yang baik.

Sedekah yang diberikan dengan tulus kepada sesama makhluk akan membuat seseorang lebih rendah hati dan terhindar dari sifat sombong.

Orang yang ikhlas memberi tidak akan mudah membanggakan diri atas apa yang dimilikinya, karena ia sadar bahwa semua itu hanya titipan dari Allah.

Buya Yahya menekankan pentingnya menjadikan sedekah sebagai amalan rutin, tidak hanya ketika sedang lapang, tetapi juga saat sempit.

Hal ini karena manfaat sedekah tidak hanya dirasakan oleh penerima, tetapi jauh lebih besar dirasakan oleh yang memberi.

Panjang umur tidak hanya dimaknai dari sisi biologis, tetapi juga dari sisi spiritual dan sosial yang memberikan dampak luas kepada kehidupan orang lain.

Oleh karena itu, siapa pun yang ingin memiliki umur yang panjang dan bermanfaat, sebaiknya memulai kebiasaan bersedekah sejak hari ini.

Kisah hidup yang panjang dan penuh berkah dapat dibentuk dari tindakan-tindakan sederhana yang dilakukan dengan niat yang lurus kepada Allah.

Buya Yahya pun mengajak umat Islam untuk menjadikan sedekah sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat yang hakiki.

Dengan sedekah, tidak hanya panjang umur yang diraih, tetapi juga ketenangan jiwa, keberkahan harta, serta kemuliaan saat kembali kepada Sang Pencipta.

Doa Belajar Islam Lengkap Dengan Bahasa Arab dan Latin

Stylesphere – Belajar adalah bagian penting dalam kehidupan seorang muslim. Islam memandang menuntut ilmu sebagai kewajiban, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” Namun, keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh usaha, tetapi juga oleh doa dan keberkahan dari Allah SWT.

Doa belajar dalam Islam bukan sekadar bacaan, tetapi bentuk tawakal dan pengakuan bahwa semua ilmu bersumber dari Allah. Doa ini dapat dibaca sebelum dan sesudah belajar, dengan tujuan agar proses belajar diberi kemudahan, pemahaman yang mendalam, serta ilmu yang bermanfaat.

Doa Sebelum Belajar
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
Allahumma infa’nii bimaa ‘allamtanii wa ‘allimnii maa yanfa’ unii wa zidnii ‘ilmaa
Artinya: “Ya Allah, berikanlah manfaat dari ilmu yang Engkau ajarkan padaku, ajarkanlah ilmu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah kepadaku ilmu.”

Doa Sesudah Belajar
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
Alhamdulillahil ladzi hadana lihaza wama kunna linahtadiya laula an hadanallah
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada kami atas ini, dan tidaklah kami mendapat petunjuk kalau bukan karena petunjuk Allah.”

Dengan mengiringi ikhtiar belajar dengan doa, seorang muslim tidak hanya mengandalkan kemampuannya, tetapi juga memohon pertolongan dari Zat yang Maha Mengetahui. Ini adalah kunci untuk mendapatkan ilmu yang tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi cahaya di akhirat.

Doa Belajar Lengkap dalam Islam

Sebelum memulai belajar, dianjurkan membaca doa untuk memohon kemudahan, pemahaman, dan keberkahan ilmu. Berikut beberapa doa belajar lengkap dengan Arab, latin, dan artinya:

1. Doa Memohon Ilmu, Pemahaman, dan Kesalehan

Arab:
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ

Latin:
Robbi zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-sholihiin

Artinya:
“Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku, berilah aku pemahaman, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang saleh.”

2. Doa Memohon Keterbukaan dan Cahaya Ilmu

Arab:
اَللّٰهُمَّ اخْرِجْنَا مِنْ ظُلُمَاتِ الْوَهْمِ…

Latin:
Allahumma akhrijnaa min dhulumaatil wahmi…

Artinya:
“Ya Allah, keluarkanlah kami dari gelapnya keraguan, muliakanlah kami dengan cahaya pemahaman, bukakanlah jalan ilmu, dan mudahkanlah karunia-Mu untuk kami.”

3. Doa Nabi Musa AS untuk Kelancaran dan Pemahaman

Arab:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي…

Latin:
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii…

Artinya:
“Ya Rabbku, lapangkan dadaku, mudahkan urusanku, dan lancarkan lisanku agar mereka memahami perkataanku.”

4. Doa Belajar dengan Landasan Iman

Arab:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا…

Latin:
Rodlitu billahi robba, wabi islaamidina…

Artinya:
“Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku. Ya Allah, tambahkanlah ilmuku dan berilah aku pemahaman.”

Doa-doa ini bisa dibaca sebelum belajar sebagai bentuk ikhtiar batin agar ilmu yang dicari bermanfaat dan penuh keberkahan.

Lanjutan Doa Belajar Islam

Doa 5 – Memohon Ilham dan Pemahaman seperti Para Nabi

Arab:
اَللّٰهُمَّ اَلْهِمْنَا عِلْمًا… وَارْزُقْنَا فَهْمًا…
Latin:
Allahumma alhimna ‘ilman nafqahu bihi awamiraka wa nawahi-ka…
Artinya:
“Ya Allah, ilhamkan kepada kami ilmu untuk memahami perintah dan larangan-Mu. Karuniakan pemahaman agar kami tahu bagaimana bermunajat kepada-Mu. Anugerahkan pemahaman seperti Nabi, hafalan seperti Rasul, dan ilham seperti malaikat-Mu yang dekat dengan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih.”

Doa ini menekankan pentingnya memahami ajaran agama secara utuh dan dalam.

Doa 6 – Perlindungan dari Ilmu yang Tidak Bermanfaat

Arab:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ…
Latin:
Allahumma inni a’udzu bika min ‘ilmin la yanfa’u…
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.”

Doa ini mengajarkan pentingnya fokus pada ilmu dan ibadah yang berdampak positif.

Doa 7 – Memohon Ilmu yang Bermanfaat

Arab:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ…
Latin:
Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an wa a’udzu bika min ‘ilmin la yanfa’u.
Artinya:
“Ya Allah, aku memohon ilmu yang bermanfaat dan berlindung dari ilmu yang tidak berguna.”

Doa pendek ini sangat cocok diamalkan setiap memulai belajar.

oa 8 – Memohon Ilmu, Rezeki, dan Amal yang Diterima

Arab:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ…
Latin:
Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an, wa rizqan tayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan.
Artinya:
“Ya Allah, aku mohon ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang Engkau terima.”

Doa ini menyeimbangkan aspek spiritual, materi, dan amal dalam kehidupan seorang penuntut ilmu.

Doa-doa ini bisa diamalkan sebelum belajar atau saat menghadapi kesulitan memahami pelajaran. Masing-masing mengajarkan pentingnya ilmu yang berkah, hati yang lapang, dan amal yang diterima oleh Allah SWT.

Syarat Berkurban dan Hukumnya Dalam Islam

Stylesphere – Idul Adha merupakan momen penting dalam Islam, salah satu ibadah utamanya adalah penyembelihan hewan kurban. Meski sudah menjadi tradisi tahunan, banyak umat Islam masih bertanya-tanya: apakah kurban hukumnya wajib atau hanya sunnah?

Perbedaan pandangan ini bukan tanpa dasar. Para ulama dari berbagai mazhab memiliki pendapat berbeda, tergantung pada penafsiran dalil yang digunakan. Bahkan, ada mazhab yang membolehkan seseorang berutang demi bisa berkurban.

Karena itu, memahami hukum kurban secara menyeluruh sangat penting. Artikel ini akan memaparkan penjelasan tentang status hukum kurban, syarat yang harus dipenuhi, serta keutamaannya, berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Tujuannya agar kamu bisa lebih mantap dalam menjalankan ibadah ini.

Penetapan Hukum Kurban Dalam islam

Penetapan hukum kurban dalam Islam merujuk pada sejumlah ayat Al-Qur’an. Salah satu yang paling sering dijadikan acuan adalah Surah Al-Kautsar ayat 2: “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” Ayat ini menjadi dasar bahwa kurban merupakan bagian dari bentuk penghambaan kepada Allah.

Mayoritas ulama, termasuk Imam Malik dan Imam Al-Syafi’i, menyimpulkan bahwa kurban hukumnya sunnah muakkadah—sangat dianjurkan bagi yang mampu, namun tidak berdosa jika ditinggalkan.

Di sisi lain, Surah Al-Maidah ayat 27 menyatakan: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” Ini menekankan pentingnya niat dan ketakwaan sebagai syarat diterimanya ibadah kurban.

Selain sebagai ibadah personal, kurban juga mengandung dimensi sosial. Hal ini tercermin dalam Surah Al-Hajj ayat 28: “Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” Kurban bukan hanya bentuk ketaatan kepada Allah, tetapi juga wujud kepedulian terhadap sesama.

Syarat Berkurban di Idul Adha

Berikut syarat-syarat penting yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan ibadah kurban:

  1. Mampu secara finansial
    Kurban hanya diwajibkan bagi Muslim yang telah mencukupi kebutuhan pokoknya dan memiliki kelebihan harta. Tidak dianjurkan bagi mereka yang harus berutang atau mengorbankan kebutuhan pokok keluarganya.
  2. Hewan yang sah untuk dikurbankan
    Jenis hewan yang diperbolehkan antara lain kambing, domba, sapi, dan unta. Hewan harus sehat, tidak cacat, dan cukup umur: minimal satu tahun untuk kambing dan domba, serta dua tahun untuk sapi.
  3. Niat karena Allah SWT
    Niat berkurban harus murni sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, bukan karena pamer atau sekadar mengikuti tradisi.
  4. Proses penyembelihan sesuai syariat
    Hewan disembelih oleh orang yang paham tata cara penyembelihan dalam Islam, yaitu dengan menyebut nama Allah dan memotong urat leher serta saluran pernapasan dengan pisau yang tajam.
  5. Waktu penyembelihan
    Kurban hanya sah jika dilakukan setelah salat Idul Adha pada 10 Dzulhijjah dan selama tiga hari tasyrik berikutnya, yaitu 11–13 Dzulhijjah.

Dengan memperhatikan kelima syarat ini, ibadah kurban dapat dilakukan secara sah dan bernilai ibadah yang maksimal.

Pahala Ketika Berkuraban Dalam islam

Berkurban memiliki sejumlah keutamaan yang penting, di antaranya:

  • Pahala besar dari Allah SWT
    Ibadah kurban menjadi salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dan mendatangkan pahala yang besar bagi pelakunya.
  • Menghapus dosa
    Kurban menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah sekaligus sebagai penghapus dosa bagi yang melaksanakannya dengan niat ikhlas.
  • Simbol ketaatan dan pengorbanan
    Kurban mencerminkan keteladanan Nabi Ibrahim AS dalam mematuhi perintah Allah tanpa ragu, sebagai simbol ketaatan mutlak.
  • Memberi manfaat kepada sesama
    Daging kurban dibagikan kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan, sehingga membawa manfaat sosial yang nyata.
  • Meningkatkan solidaritas dan empati sosial
    Kurban menjadi momen berbagi dan mempererat hubungan antaranggota masyarakat, terutama dalam suasana Hari Raya.

Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Lebaran Haji, merupakan momen penting dalam Islam dan dirayakan bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Penyembelihan hewan kurban menjadi salah satu amalan utama dalam perayaan tersebut.

Bolehkah Menahan Kentut Disaat Sedang Sholat?

Stylesphere – Sholat adalah ibadah utama dalam Islam yang menuntut kekhusyukan, ketenangan, dan kesucian. Namun, tidak jarang saat sholat, seseorang merasa ingin buang angin dan memilih menahannya demi menyelesaikan ibadah. Lalu, apakah menahan kentut saat sholat diperbolehkan? Apakah ini memengaruhi sah atau tidaknya sholat?

Dalam hukum Islam, wudhu adalah syarat sah sholat. Jika kentut keluar saat sholat, maka wudhu batal dan sholat pun tidak sah, harus diulang. Tapi jika kentut hanya ditahan dan tidak keluar, bagaimana hukumnya?

Menahan kentut saat sholat memang tidak membatalkan sholat selama tidak ada angin yang keluar. Namun, hal ini bisa mengganggu kekhusyukan, padahal khusyuk merupakan ruh dari sholat itu sendiri.

Para ulama menyarankan agar tidak sholat dalam keadaan menahan sesuatu, baik buang air kecil, besar, maupun kentut. Jika merasa ingin buang angin sebelum sholat, sebaiknya batalkan dulu dan perbarui wudhu, agar bisa menjalankan ibadah dengan lebih tenang dan khusyuk.

Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih hati-hati dan nyaman dalam menjalankan sholat, tanpa ragu soal keabsahannya.

Hukum Menahan Kentut Dalam Islam

Menurut NU Online, meski tidak dijelaskan secara langsung dalam hadis Nabi Muhammad SAW mengenai hukum menahan kentut saat sholat, ada hadis-hadis lain yang membahas kondisi serupa—seperti menahan rasa lapar atau buang air saat sedang sholat.

Salah satunya adalah hadis berikut:

لَا صَلَاةَ بِحَضْرَةِ طَعَامٍ وَلَا وَهُوَ يُدَافِعُهُ الْاَخْبَثَانِ
“Tidak ada sholat saat makanan telah tersaji, dan tidak (pula) ketika seseorang menahan buang air kecil maupun besar.” (HR. Muslim)

Makna “tidak ada sholat” dalam konteks ini adalah sholatnya tidak sempurna. Sedangkan “di hadapan makanan” merujuk pada situasi ketika makanan sudah dihidangkan dan seseorang ingin menyantapnya.

Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini menunjukkan hukum makruh bagi seseorang yang melaksanakan sholat dalam keadaan menahan hajat, baik ingin makan maupun buang air. Makruh berarti tidak berdosa jika dilakukan, namun lebih baik jika ditinggalkan.

Alasannya adalah karena keadaan seperti itu dapat mengganggu kekhusyukan dalam sholat. Hilangnya fokus saat ibadah membuat sholat tidak bisa dijalankan dengan sempurna. Maka, disarankan untuk menyelesaikan hajat terlebih dahulu agar bisa sholat dalam kondisi tenang dan khusyuk.

Penjelasan Imam Nawawi

Berdasarkan penjelasan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, tindakan-tindakan yang mengganggu kekhusyukan shalat termasuk dalam kategori makruh. Contohnya adalah melaksanakan shalat dalam keadaan lapar saat makanan sudah terhidang atau saat menahan buang air kecil maupun besar. Hal-hal yang sejenis dan menyebabkan hati tidak tenang saat shalat juga masuk dalam hukum yang sama.

Imam Nawawi menyatakan bahwa mayoritas ulama, khususnya dari mazhab Syafi’i, sepakat bahwa shalat dalam kondisi seperti itu makruh hukumnya, selama waktu shalat masih cukup luas untuk menundanya.

Termasuk dalam hal ini adalah menahan kentut saat shalat. Jika seseorang merasa ingin buang angin dan kondisi itu membuatnya tidak khusyuk, maka lebih baik membatalkan shalat, menuntaskan hajatnya terlebih dahulu, kemudian mengulang shalat selama waktunya masih ada.

Menahan kentut saat shalat bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga merusak kekhusyukan yang merupakan inti dari ibadah itu sendiri. Karena itu, menunaikan shalat dalam kondisi tenang dan tanpa gangguan menjadi pilihan yang lebih utama.

Kabar Duka Titiek Puspa Meninggal, Ini Doa Untuk Jenazah Perempuan

Stylesphere – Kabar duka menyelimuti dunia hiburan Tanah Air. Penyanyi legendaris Titiek Puspa meninggal dunia di usia 87 tahun. Ia mengembuskan napas terakhir pada Kamis, 10 April 2025, pukul 16.25 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.

Pada hari wafatnya, Titiek Puspa sempat tampil dalam sebuah program televisi swasta. Setelah acara, ia dilaporkan pingsan dan mengalami pendarahan otak. Ia segera dilarikan ke rumah sakit. Putri sulungnya, Pety Tunjungsari, sempat memohon doa dari publik untuk kesembuhan ibundanya.

“Kepada seluruh pecinta ibu Titiek Puspa di Indonesia, saya mohon doanya. Saya juga mohon maaf apabila ibu saya pernah mengucapkan sesuatu yang mungkin tidak berkenan. Semoga semua berjalan sesuai kehendak Allah SWT. Aamiin,” ujar Pety, dikutip dari kanal Showbiz Stylesphere.com.

Kepergian Titiek Puspa meninggalkan duka mendalam. Banyak tokoh publik, selebritas, dan warganet menyampaikan belasungkawa. Salah satunya, akun Instagram @haikaladlin_ menulis, “Eyang, selamat jalan. Semoga Allah menerima dan menempatkanmu di sisi terbaik-Nya.”

Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk mendoakan mereka yang telah berpulang. Berikut adalah doa untuk jenazah perempuan yang dapat dibaca:

Doa Untuk Perempuan Yang Telah Meninggal

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا، وَارْحَمْهَا، وَعَافِهَا، وَاعْفُ عَنْهَا، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَا، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهَا، وَاغْسِلْهَا بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَا مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهَا دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهَا، وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَا، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهَا، وَأَدْخِلْهَا الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهَا مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

Artinya: Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, sehatkanlah dia, dan maafkanlah dia. Muliakanlah tempat tinggalnya, lapangkan kuburnya, bersihkan dia dengan air, salju, dan embun. Bersihkan dia dari dosa sebagaimana kain putih dibersihkan dari noda. Gantikan rumahnya dengan rumah yang lebih baik, keluarganya dengan keluarga yang lebih baik, dan pasangannya dengan pasangan yang lebih baik. Masukkan dia ke dalam surga, lindungi dia dari siksa kubur dan siksa api neraka.

Semoga Allah SWT menerima seluruh amal baik Titiek Puspa dan menempatkannya di sisi-Nya yang paling mulia. Aamiin.

Doa Saat Mendengar Orang Meninggal

Berikut adalah bacaan doa yang dianjurkan saat mendengar kabar duka atau seseorang meninggal dunia, sebagaimana dikutip dari situs PCNU Sumenep:

Doa saat mendengar kabar duka:

إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اَللهُمَّ أَجِرْنِيْ فِي مُصِيْبَتِيْ وَاخْلُفْ لِيْ خَيْرًا مِنْهَا
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami kembali. Ya Allah, berilah aku pahala dari musibah ini dan gantilah dengan yang lebih baik.”

إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنَقَلِبُوْنَ، اللّهمَّ اكْتُبْهُ عِنْدَكَ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ وَاجْعَلْ كِتَابَهُ فِي عِلِّيِّيْنَ وَاخْلُفْهُ فِي أَهْلِهِ فِي الْغَابِرِيْنَ وَلَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, catatkanlah ia sebagai orang yang berbuat baik, tempatkan catatan amalnya di surga yang tinggi, berilah pengganti terbaik untuk keluarganya, karuniakan kami pahala darinya dan jangan timpakan fitnah setelah kepergiannya.”

Doa takziyah (menghibur keluarga yang ditinggal):

أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ
“Semoga Allah melipatgandakan pahala untukmu, memberimu penghiburan yang baik, dan mengampuni dosa orang yang telah meninggal.”

Membaca doa-doa ini adalah bentuk empati dan dukungan spiritual kepada keluarga yang berduka, serta pengingat akan kepulangan kita semua kepada Allah SWT.

Apa itu Puasa Ayyamul Bidh? Disini Jadwal lengkapnya

Stylesphere – Umat Islam tidak hanya diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi juga dianjurkan untuk berpuasa di luar bulan suci tersebut. Selama tidak jatuh pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa—seperti Idulfitri, Iduladha, dan tiga hari tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah)—muslim bebas menjalankan puasa sunnah atau qadha Ramadhan.

Salah satu puasa sunnah yang bisa dilakukan setiap bulan adalah Puasa Ayyamul Bidh, yaitu puasa selama tiga hari di pertengahan bulan Hijriah, tepatnya pada tanggal 13, 14, dan 15.

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Qatadah bin Milhan RA, ia berkata:
“Rasulullah SAW memerintahkan kami untuk berpuasa pada hari-hari yang malamnya terang, yaitu tanggal 13, 14, dan 15.” (HR Abu Dawud)

Puasa Ayyamul Bidh bisa dikerjakan setiap bulan Hijriah kecuali saat Ramadhan. Artinya, umat Islam juga bisa menunaikannya di bulan Syawal ini. Puasa ini termasuk amalan sunnah yang dianjurkan karena pahalanya sangat besar.

Berikut ini panduan lengkap mengenai puasa Ayyamul Bidh di bulan Syawal, mulai dari jadwal pelaksanaan, bacaan niat, hingga keutamaan yang bisa diraih.

Jadwal Puasa Ayyamul Bidh April 2025

Berdasarkan hasil sidang isbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag) untuk penetapan awal Syawal 1446 H, berikut adalah jadwal puasa Ayyamul Bidh di bulan Syawal tahun ini:

  • Sabtu, 12 April 2025 / 13 Syawal 1446 H
  • Ahad, 13 April 2025 / 14 Syawal 1446 H
  • Senin, 14 April 2025 / 15 Syawal 1446 H

Puasa Ayyamul Bidh ini bisa menjadi pelengkap amal ibadah setelah Ramadhan dan puasa enam hari di Syawal. Jika kamu berencana melakukannya, pastikan juga untuk meniatkan puasa sejak malam harinya dan menjaga niat sepanjang hari. Perlu bantuan dengan teks niat atau keutamaan puasanya?

Doa Niat Puasa Ayyamul Bidh

Sebelum menjalankan puasa Ayyamul Bidh, umat Islam wajib melafalkan niat terlebih dahulu. Niat adalah bagian penting dalam setiap ibadah, termasuk puasa sunnah ini. Berikut lafal niat puasa Ayyamul Bidh di bulan Syawal:

نَوَيْتُ صَوْمَ أَيَّامِ الْبِيْضِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ayyâmil bîdl lilâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa Ayyamul Bidh (hari-hari yang malamnya cerah), karena Allah Ta’âlâ.”

Seperti puasa sunnah lainnya, niat puasa Ayyamul Bidh dapat dilakukan sejak malam hari hingga sebelum waktu zawal (saat matahari mulai condong ke barat), selama belum makan atau minum sejak terbit fajar.

Keutamaan Puasa Ayyamul Bidh
Puasa ini memiliki keutamaan besar. Siapa yang melaksanakannya tiga hari setiap bulan akan mendapatkan pahala seperti berpuasa sepanjang tahun. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Bukhari No. 1979:

“Puasa tiga hari setiap bulan adalah seperti puasa sepanjang tahun,” sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash.

Hukum Haji dengan Uang Pinjaman Menurut Buya Yahya

Stylesphere – Haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib bagi umat Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Namun, sebagian orang yang belum mampu secara ekonomi tetap berusaha keras untuk berangkat haji, termasuk dengan cara berutang.

Menanggapi hal ini, KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) menjelaskan bahwa secara fikih, ibadah haji yang dilakukan dengan dana hasil pinjaman tetap sah, asalkan semua syarat dan rukunnya terpenuhi. Artinya, ibadah tersebut tetap diterima secara hukum agama.

Meski begitu, Buya Yahya menegaskan bahwa berutang demi berhaji bukan langkah yang dianjurkan. Haji hanya wajib bagi mereka yang benar-benar mampu. Karena itu, tidak perlu memaksakan diri dengan mengambil utang jika kondisi keuangan belum memungkinkan. Niat baik untuk berhaji memang penting, tetapi harus tetap disesuaikan dengan kemampuan agar tidak menimbulkan beban baru.

Berhaji Yang Benar Menurut Buya Yahya

Buya Yahya mengingatkan umat Islam agar tidak memaksakan diri untuk berhaji atau berumrah dengan cara berutang, apalagi jika utangnya mengandung riba.

“Masalahnya jadi lebih berat saat kita belum mampu melunasi utang, sementara kita sudah naik haji. Rasa malu bisa muncul, dan dari situlah kadang seseorang terdorong untuk mencari uang dengan cara yang tidak benar,” ujar Buya Yahya.

Ia menegaskan bahwa tidak semua praktik pinjam-meminjam sesuai syariat Islam. Banyak yang justru melibatkan sistem bunga, yang dalam Islam termasuk riba dan hukumnya haram.

“Kalau berangkat haji dengan pinjaman berbunga, itu bisa menunjukkan ibadah dilakukan bukan karena Allah. Padahal, tidak berhaji karena belum mampu itu tidak berdosa. Tapi kalau haji dengan cara yang haram, justru menambah dosa,” jelasnya.

Buya Yahya juga mengakui bahwa ada pinjaman yang halal, tanpa bunga, dan sesuai syariat. Namun, ia tetap mengimbau agar umat Islam tidak memaksakan diri berutang demi beribadah.

“Haji dan umrah adalah ibadah seumur hidup sekali. Jangan biasakan beribadah dengan berutang, karena utang wajib dibayar,” ujarnya.

Ia menutup pesannya dengan menegaskan bahwa ibadah haji dan umrah tetap sah secara hukum, tetapi jika dilakukan dengan uang haram, yang patut diragukan adalah ketulusannya.

Amalan Setara Naik Haji

1. Salat Subuh Berjamaah

Salat Subuh berjamaah memiliki keutamaan yang sangat besar. Seseorang yang salat Subuh berjamaah, kemudian duduk berzikir kepada Allah Swt. hingga matahari terbit, lalu salat dua rakaat (salat isyraq), akan mendapatkan pahala yang setara dengan haji dan umroh yang sempurna.

Seperti riwayat dari Anas bahwa Rasulullah saw. bersabda:

من صلى الغداة في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس، ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة 

Artinya: “Siapa yang mengerjakan salat subuh berjemaah, kemudian dia tetap duduk sambil zikir sampai terbit matahari dan setelah itu mengerjakan salat dua rakaat, maka akan diberikan pahala haji dan umrah.” (HR. At-Tirmidzi)

2. Berbuat Baik kepada Orang Tua

Berbakti kepada orang tua adalah salah satu amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Pahala berbakti kepada orang tua bisa menyamai pahala haji dan umroh, karena rida Allah Swt. tergantung pada rida orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.

Sebagaimana Anas r.a. berkata:

عَنْ أَنَسٍ قَالَ : أَتَى رَجُلٌ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : إِنِّى أَشْتَهِى الْجِهَادَ وَلَا أَقْدِرُ عَلَيْهِ. قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ؟ قَالَ : أُمِّي. قَالَ : فَأَبْلِ اللهَ فِى بِرِّهَا. فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَأَنْتَ حَاجٌّ وَمُعْتَمِرٌ وَمُجَاهِدٌ. فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ فَاتَّقِ اللهَ وَبِرَّهَا

Artinya: “Dari Anas, ia berkata, ada seorang laki-laki mendatangi Rasulullah saw. kemudian berkata “Sesungguhnya aku ingin berjihad namun aku tidak mampu” 

Rasulullah saw. bersabda: “Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih ada?” Laki-laki itu menjawab: “Ibuku” 

Rasulullah saw. bersabda: “Perbaikilah hubunganmu dengan Allah Swt. dengan berbakti kepada ibumu. Ketika kamu telah melakukannya maka kamu adalah orang yang berhaji, umrah dan jihad. Ketika ibumu rida kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan berbaktilah kepada ibumu”. (Abu Ya’la Al-Maushuli, Musnad Abu Ya’la Al-Maushuli, [Damaskus: Dar al-Ma’mun Lit Turats, 1989], Jilid V, halaman 150).

3. Pergi ke Masjid dengan Niat untuk Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Seseorang yang pergi ke masjid untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah Swt. sampai ia kembali. Pahala menuntut ilmu juga bisa setara dengan pahala haji dan umroh. Seperti dari Abu Umamah bahwa Rasul bersabda:

 من غدا إلى المسجد لايريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه، كان له كأجر حاج تاما حجته 

Artinya, “Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala seperti pahala ibadah haji yang sempurna hajinya” (HR. At-Thabarani)