Niat Sholat Qobliyah Isya: Makna, Pentingnya, dan Tata Caranya

StylesphereSholat qobliyah Isya merupakan salah satu ibadah sunnah yang dikerjakan sebelum pelaksanaan sholat fardhu Isya. Meskipun hukumnya tidak wajib, sholat ini sangat dianjurkan bagi umat Islam karena berfungsi sebagai pelengkap dan penyempurna ibadah harian. Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan sholat sunnah ini adalah niat, yang menjadi penentu sah atau tidaknya suatu ibadah.

Pentingnya Niat dalam Sholat Qobliyah Isya

Niat adalah inti dari setiap ibadah. Dalam konteks sholat sunnah qobliyah Isya, niat menjadi penanda bahwa ibadah yang akan dilakukan adalah ibadah sunnah dua rakaat sebelum Isya, bukan ibadah lainnya. Hal ini sejalan dengan penjelasan dalam jurnal Konsep Niat dalam Ibadah: Studi Fikih dan Psikologi Islam oleh Dedi Sutardi yang dimuat dalam Jurnal Al-Adyan (Vol. 13, No. 2, 2018). Dalam kajian tersebut, niat memiliki dua dimensi penting: aspek syar‘i dan aspek psikologis.

  • Secara syar‘i, niat berfungsi untuk membedakan jenis-jenis ibadah, termasuk sholat wajib dan sunnah.
  • Secara psikologis, niat merupakan bentuk kesadaran dan kesiapan jiwa seseorang dalam melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan.

Dengan kata lain, niat bukan hanya sekadar ucapan, tetapi juga refleksi dari kesungguhan hati dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Berikut Anugerahslot islamic ulas selengkapnya niat sholat qobliyah isya melansir dari berbagai sumber, Sabtu (19/7/2025).

Tata Cara Sholat Qobliyah Isya

Sholat qobliyah Isya dilakukan sebanyak dua rakaat dan dikerjakan secara munfarid (sendirian), bukan berjamaah. Waktu pelaksanaannya adalah setelah adzan Isya berkumandang, tetapi sebelum sholat fardhu Isya didirikan. Berikut adalah contoh lafaz niat yang dapat dibaca dalam hati sebelum memulai sholat:

Ushalli sunnatal Isya qabliyatan rak‘ataini lillahi ta‘ala
Artinya: Aku niat sholat sunnah qobliyah Isya dua rakaat karena Allah Ta‘ala.

Penting untuk diingat bahwa niat cukup dilafazkan di dalam hati, dan tidak harus diucapkan dengan lisan. Namun, sebagian ulama membolehkan pengucapan lisan sebagai bentuk membantu konsentrasi dan penguatan niat di dalam hati.

Keutamaan dan Manfaat Sholat Qobliyah Isya

Walaupun tidak sepopuler sholat sunnah rawatib lainnya seperti qobliyah Subuh atau ba’diyah Maghrib, sholat sunnah sebelum Isya tetap memiliki nilai keutamaan. Di antara manfaatnya:

Melatih kedisiplinan dan keikhlasan dalam menjalankan ibadah tanpa pamrih atau paksaan.

Menambah pahala dan memperbanyak amalan sunnah.

Menyempurnakan kekurangan dalam sholat wajib, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits bahwa sholat sunnah berfungsi sebagai pelengkap jika ada kekurangan dalam sholat fardhu.

Dengan memahami makna dan tata cara sholat qobliyah Isya, seorang Muslim diharapkan dapat lebih khusyuk dan istiqamah dalam memperbanyak amal ibadah sunnah. Meskipun tidak diwajibkan, pelaksanaan sholat sunnah ini menjadi salah satu bentuk kecintaan seorang hamba kepada Rabb-nya.

Memahami Status Sholat Qobliyah Isya: Sunnah Ghairu Muakkadah yang Tetap Bermakna

Sholat qobliyah Isya merupakan salah satu bentuk ibadah sunnah yang dilakukan sebelum pelaksanaan sholat fardhu Isya. Meskipun termasuk dalam kelompok sholat sunnah rawatib, statusnya berbeda dengan rawatib yang sangat dianjurkan (muakkadah). Ibadah ini tetap memiliki nilai dan keutamaan tersendiri meskipun tidak termasuk kebiasaan rutin Rasulullah ﷺ.

Klasifikasi Sholat Sunnah Rawatib

Dalam karya besar Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab karya Imam Nawawi, dijelaskan bahwa sholat rawatib terbagi menjadi dua kategori utama:

  • Muakkadah (sangat dianjurkan): sholat sunnah yang secara konsisten dilakukan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan memiliki dasar yang kuat dalam hadits shahih.
  • Ghairu muakkadah (tidak terlalu ditekankan): sholat sunnah yang terkadang dilakukan Nabi, namun tidak secara rutin, atau tidak ada riwayat yang kuat menyatakan bahwa beliau selalu mengerjakannya.

Sholat qobliyah Isya masuk dalam kategori yang kedua. Menurut Imam Nawawi, tidak terdapat dalil yang shahih dan tegas yang menyatakan bahwa Nabi ﷺ senantiasa melaksanakan sholat sunnah sebelum Isya. Oleh karena itu, ibadah ini tidak tergolong sunnah muakkadah.

Hadis Tentang Sholat Rawatib

Dasar klasifikasi ini merujuk pada hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim. Dalam hadis tersebut, Nabi ﷺ menyebutkan sholat rawatib muakkadah sebagai berikut:

  • Dua rakaat sebelum Subuh.
  • Dua rakaat sebelum dan dua sesudah Zuhur.
  • Dua rakaat setelah Maghrib.
  • Dua rakaat setelah Isya.

Tidak disebutkan adanya sholat sunnah sebelum Isya dalam daftar tersebut, sehingga ulama menyimpulkan bahwa qobliyah Isya bukan termasuk dalam sunnah yang ditekankan.

Bolehkah Melaksanakan Sholat Qobliyah Isya?

Meskipun tidak tergolong sunnah muakkadah, bukan berarti sholat qobliyah Isya tidak boleh dilakukan. Dalam Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, disebutkan bahwa meskipun Nabi ﷺ tidak menjadikannya kebiasaan tetap, tidak ada larangan untuk melakukannya. Seorang Muslim yang ingin melaksanakan sholat sunnah dua rakaat sebelum Isya tetap boleh melakukannya, selama diniatkan sebagai bentuk pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Ini sejalan dengan prinsip umum dalam ibadah: selama tidak ada larangan, amalan sunnah yang dilakukan dengan niat yang ikhlas tetap memiliki nilai pahala dan mendekatkan diri kepada Allah.

Kesimpulan

Sholat qobliyah Isya memang tidak termasuk dalam kategori sunnah rawatib muakkadah karena tidak ada dalil kuat yang menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ rutin mengerjakannya. Namun, sholat ini tetap bisa dilakukan sebagai bentuk amalan sunnah yang bernilai taqarrub kepada Allah SWT. Bagi siapa saja yang ingin menambah pahala dan memperkuat hubungan spiritualnya, melaksanakan dua rakaat sebelum Isya bisa menjadi salah satu upaya ibadah yang bermanfaat.

Niat Sholat Qobliyah Isya: Pentingnya dan Contoh Bacaan

Sholat qobliyah Isya adalah ibadah sunnah yang dikerjakan sebelum sholat fardhu Isya. Meskipun tidak wajib, pelaksanaannya sangat dianjurkan bagi mereka yang ingin memperbanyak amalan sunnah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salah satu rukun utama yang tidak boleh ditinggalkan dalam sholat ini—seperti halnya pada sholat lainnya—adalah niat.

Pentingnya Niat dalam Sholat

Niat merupakan elemen esensial dalam setiap ibadah, termasuk dalam sholat sunnah seperti qobliyah Isya. Fungsi utama niat adalah untuk membedakan antara satu jenis ibadah dengan ibadah lainnya serta memastikan bahwa ibadah dilakukan dengan kesadaran dan tujuan yang jelas.

Tanpa niat, sholat dianggap tidak sah menurut mayoritas ulama fikih. Oleh karena itu, memahami dan menghadirkan niat dalam hati sebelum memulai sholat menjadi hal yang sangat penting.

Bacaan Niat Sholat Qobliyah Isya

Berikut adalah contoh bacaan niat sholat qobliyah Isya yang biasa digunakan:

  • Arab:
    أُصَلِّي سُنَّةَ الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
  • Latin:
    Ushalli sunnatal ‘isya’i rak‘ataini qabliyyatan lillahi ta‘ala.
  • Artinya:
    Aku niat sholat sunnah sebelum Isya dua rakaat karena Allah Ta‘ala.

Niat dalam Hati dan Pelafalan Lisan

Dalam buku Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, dijelaskan bahwa niat cukup dilakukan dalam hati tanpa harus dilafalkan. Yang terpenting adalah menghadirkan kesadaran akan jenis sholat, jumlah rakaat, dan waktu pelaksanaannya. Contoh niat dalam hati bisa berbunyi:
“Saya niat sholat sunnah sebelum Isya dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

Namun, jika ingin dilafalkan sebagai bentuk kebiasaan atau upaya untuk membantu menghadirkan kekhusyukan, sebagian ulama memperbolehkannya. Berikut contoh lafaz niat secara lisan yang biasa digunakan:

  • Arab:
    أُصَلِّي سُنَّةَ القَبْلِيَّةِ لِلْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
  • Latin:
    Ushalli sunnatal qabliyyati lil ‘isya’i rak‘ataini lillahi ta‘ala.

Perlu dicatat bahwa pelafalan niat seperti ini tidak pernah diajarkan secara eksplisit oleh Rasulullah ﷺ, namun sejumlah ulama memperbolehkannya sebagai sarana membantu kehadiran hati dalam ibadah.

Kesimpulan

Niat adalah rukun yang sangat penting dalam pelaksanaan sholat qobliyah Isya. Meskipun sholat ini bersifat sunnah, niat tetap harus dihadirkan dengan benar agar ibadah diterima di sisi Allah SWT. Melakukannya dengan kesadaran dan ketulusan hati menjadikan sholat sunnah ini bernilai lebih sebagai bentuk pendekatan diri kepada Sang Pencipta.

Hukum Sholat Qobliyah Isya: Antara Sunnah Ghairu Muakkadah dan Ibadah yang Mubah

Sholat qobliyah Isya menjadi salah satu topik yang menarik dalam pembahasan fikih Islam, khususnya dalam konteks hukum dan status kesunnahannya. Meskipun tidak sepopuler sholat sunnah rawatib lainnya seperti sebelum Subuh atau sebelum dan sesudah Zuhur, sholat ini tetap memiliki tempat dalam khazanah ibadah sunnah umat Islam.

Perbedaan Pandangan Ulama tentang Status Hukum

Secara umum, banyak ulama yang tidak memasukkan sholat qobliyah Isya ke dalam kategori sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan dan rutin dikerjakan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Sebaliknya, sholat ini lebih sering diklasifikasikan sebagai sunnah ghairu muakkadah atau bahkan sebagai ibadah mubah, yakni diperbolehkan namun tidak ditekankan.

Hal ini selaras dengan temuan dalam artikel berjudul “Analisis Sholat Sunnah Rawatib dalam Pandangan Ulama Mazhab” oleh Ahmad Khoirul Umam yang dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin (Volume 17, No. 2, 2018). Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa:

“Tidak ada kesepakatan (ijma’) dari para ulama tentang adanya sholat sunnah khusus sebelum Isya yang dilakukan secara rutin.”

Namun, sebagian ulama dari mazhab Syafi’i dan Hanbali membolehkan pelaksanaan sholat sunnah sebelum Isya berdasarkan dalil umum tentang keutamaan memperbanyak sholat sunnah. Dengan kata lain, meskipun tidak ada riwayat kuat yang menyebut Nabi ﷺ secara konsisten melakukannya, melaksanakan sholat ini tetap diperbolehkan sebagai bentuk pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah.

Pandangan Berbeda: Sholat Qobliyah Isya sebagai Sunnah Muakkadah

Di sisi lain, dalam buku Kumpulan Risalah Bimbingan Sholat Lengkap karya Muhajir dan Abdul Gani Asykur (1989: hlm. 71), sholat qobliyah Isya justru dikategorikan sebagai sunnah muakkadah. Artinya, pelaksanaannya sangat dianjurkan karena dianggap menyempurnakan amalan sholat fardhu. Pandangan ini memperlihatkan adanya keberagaman pendapat di kalangan ulama maupun literatur keislaman klasik dan kontemporer.

Perbedaan pendapat ini menunjukkan bahwa penilaian terhadap hukum ibadah sunnah seperti qobliyah Isya sangat bergantung pada metode istinbath (penggalian hukum) yang digunakan oleh para ulama, serta kekuatan dalil yang dijadikan dasar.

Jumlah Rakaat dan Waktu Pelaksanaan

Jika dikerjakan, sholat qobliyah Isya umumnya dilakukan sebanyak dua rakaat. Namun, sebagian pendapat menyebutkan bahwa boleh dikerjakan hingga empat rakaat, terutama jika diniatkan sebagai sholat sunnah mutlak atau sunnah ghairu muakkadah. Waktu pelaksanaannya adalah setelah adzan Isya dan sebelum dimulainya sholat fardhu Isya.

Kesimpulan

Sholat qobliyah Isya tidak termasuk dalam daftar sholat sunnah rawatib muakkadah berdasarkan mayoritas pandangan ulama. Namun, pelaksanaannya tetap diperbolehkan dan bernilai ibadah apabila dilakukan dengan niat yang ikhlas. Perbedaan pandangan dalam hal ini menunjukkan fleksibilitas fikih Islam dalam menyikapi ibadah sunnah berdasarkan dalil yang ada. Bagi umat Muslim yang ingin memperbanyak amal kebaikan, sholat sunnah sebelum Isya dapat menjadi salah satu bentuk ibadah yang mendatangkan pahala dan keberkahan.

Tata Cara Sholat Qobliyah Isya yang Benar

Sholat qobliyah Isya merupakan ibadah sunnah dua rakaat yang dilaksanakan sebelum sholat fardhu Isya. Meski tidak tergolong sunnah muakkadah, sholat ini tetap dianjurkan bagi Muslim yang ingin memperbanyak amal kebaikan. Dari segi pelaksanaan, tata cara sholat qobliyah Isya pada dasarnya sama seperti sholat sunnah dua rakaat lainnya, dengan perbedaan utama terletak pada niat.

Syarat Sebelum Memulai Sholat

Sebelum melaksanakan sholat, pastikan beberapa syarat telah terpenuhi:

  • Berwudhu dan suci dari hadas kecil maupun besar.
  • Pakaian dan tubuh bersih dari najis.
  • Menutup aurat dengan pakaian yang layak.
  • Menghadap kiblat.
  • Mengetahui waktu sholat Isya telah masuk.

Langkah-langkah Pelaksanaan Sholat Qobliyah Isya

Berikut adalah urutan tata cara sholat qobliyah Isya dua rakaat:

  1. Berdiri Tegak Menghadap Kiblat
    Siapkan diri dengan khusyuk, kemudian niatkan sholat di dalam hati. Niat ini dapat pula dilafalkan sebagai bentuk penguatan niat.
  2. Takbiratul Ihram
    Angkat kedua tangan setinggi telinga sambil mengucapkan Allahu Akbar. Ini menandai dimulainya sholat.
  3. Membaca Doa Iftitah (sunnah, boleh dibaca): “Subhanakallahumma wa bihamdika…”
  4. Membaca Surah Al-Fatihah
    Wajib dibaca di setiap rakaat sebagai rukun sholat.
  5. Membaca Surah Pendek
    Pilih salah satu surah pendek dari Al-Qur’an, misalnya Al-Ikhlas, Al-Asr, atau lainnya.
  6. Rukuk dengan Tuma’ninah
    Membungkuk dengan tangan memegang lutut, punggung lurus, dan membaca Subhana rabbiyal ‘azhim (tiga kali).
  7. I’tidal
    Bangkit dari rukuk sambil membaca Sami‘allahu liman hamidah, rabbana lakal hamd.
  8. Sujud Pertama
    Sujud dengan tuma’ninah sambil membaca Subhana rabbiyal a‘la (tiga kali).
  9. Duduk di Antara Dua Sujud
    Duduk dengan tenang sambil membaca Rabbighfirli warhamni…
  10. Sujud Kedua
    Ulangi sujud seperti sebelumnya.
  11. Bangkit ke Rakaat Kedua
    Ulangi seluruh bacaan dan gerakan dari poin 4 sampai 10.
  12. Tasyahud Akhir
    Setelah sujud kedua di rakaat kedua, duduk tasyahud dan membaca doa tasyahud akhir.
  13. Salam
    Akhiri sholat dengan menoleh ke kanan dan kiri sambil mengucapkan Assalamu’alaikum warahmatullah.

Kesimpulan

Sholat qobliyah Isya adalah ibadah ringan namun bernilai yang bisa menjadi penambah pahala sekaligus penyempurna sholat fardhu. Meskipun tidak diwajibkan, melakukannya dengan penuh keikhlasan merupakan bentuk cinta kepada ibadah dan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Keutamaan Sholat Qobliyah Isya: Antara Pahala, Spiritualitas, dan Keseimbangan Jiwa

Sholat qobliyah Isya, meskipun tidak tergolong dalam kategori sunnah rawatib muakkadah, tetap memiliki berbagai keutamaan yang diakui dalam literatur fikih dan kajian keislaman. Ibadah sunnah ini bukan hanya bernilai pahala, tetapi juga memiliki dampak spiritual dan psikologis yang signifikan bagi pelakunya. Berikut beberapa alasan mengapa sholat sunnah sebelum Isya tetap layak untuk diamalkan:

1. Bernilai Ibadah dan Berpahala Berdasarkan Hadis Umum

Dalam Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Imam Nawawi tidak memasukkan sholat qobliyah Isya dalam daftar sholat sunnah rawatib muakkadah. Namun, hal ini tidak meniadakan nilai ibadah dari sholat tersebut. Hadis Nabi Muhammad ﷺ menyatakan:

“Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah sholat malam.”
(HR. Muslim No. 1163)

Hadis ini dipahami oleh para ulama sebagai dalil umum bahwa seluruh sholat sunnah di luar yang bersifat muakkadah tetap berpahala, selama dilakukan bukan pada waktu-waktu yang dilarang. Dengan demikian, sholat qobliyah Isya, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan sebagai kebiasaan Nabi ﷺ, tetap bernilai sebagai ibadah sunnah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Menambah Amal dan Menambal Kekurangan Sholat Wajib

Dalam Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq menyebut bahwa tidak ditemukan riwayat yang kuat menunjukkan Nabi ﷺ secara rutin melaksanakan sholat sunnah sebelum Isya. Namun, beliau menekankan bahwa sholat sunnah secara umum dianjurkan sebagai sarana untuk menambah amal ibadah dan memperbaiki kekurangan yang mungkin terjadi dalam sholat fardhu.

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah ﷺ:

“Amal manusia yang pertama dihisab adalah sholat… Jika terdapat kekurangan, Allah berfirman: ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki sholat sunnah?’ Maka sholat sunnah itu akan menyempurnakan kekurangan sholat wajibnya.”
(HR. Abu Dawud No. 864, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Sholat qobliyah Isya dapat berfungsi sebagai pelengkap dan penambal jika ada kekurangan dalam pelaksanaan sholat fardhu Isya. Ini menegaskan pentingnya menjaga konsistensi dalam mengerjakan sholat sunnah.

3. Memperkuat Karakter Spiritual dan Psikologis

Lebih dari sekadar rutinitas ibadah, sholat sunnah seperti qobliyah Isya memiliki dampak positif pada aspek psikologis dan spiritual seseorang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nurul Hidayati, dimuat dalam Jurnal Ilmiah Islam Fitrah (Vol. 2, No. 1, 2020), ditemukan bahwa mahasiswa yang rutin mengerjakan sholat sunnah sebelum atau sesudah sholat fardhu menunjukkan tingkat ketenangan jiwa dan kedisiplinan yang lebih tinggi.

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sholat sunnah berkontribusi dalam pembentukan karakter yang lebih stabil secara emosional dan lebih dekat secara spiritual kepada Allah. Dengan kata lain, keutamaan sholat qobliyah Isya tidak hanya berkaitan dengan pahala di akhirat, tetapi juga membawa manfaat nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan

Sholat qobliyah Isya meskipun bukan sunnah yang sangat ditekankan, tetap memiliki berbagai keutamaan dari segi pahala, perbaikan amal, hingga pengaruh positif terhadap karakter dan ketenangan jiwa. Melaksanakannya secara rutin adalah bentuk kesungguhan dalam memperbaiki diri dan memperkuat ikatan spiritual kepada Allah SWT.

Di Mana Sebaiknya Sholat Qobliyah Isya Dilaksanakan? Ini Penjelasannya

Pertanyaan tentang tempat terbaik untuk melaksanakan sholat sunnah qobliyah Isya kerap menjadi bahan diskusi di kalangan umat Muslim. Walaupun masjid merupakan tempat yang mulia untuk beribadah, Islam memberikan anjuran khusus terkait lokasi pelaksanaan sholat sunnah, termasuk sholat qobliyah Isya.

Anjuran Rasulullah SAW: Sholat Sunnah di Rumah

Dalam Buku Super Lengkap Shalat Sunah karya Ubaidurrahim El-Hamdy, dijelaskan bahwa tempat paling utama (afdhal) untuk melaksanakan sholat rawatib—baik sebelum (qobliyah) maupun setelah (ba’diyah) sholat fardhu—adalah di rumah. Hal ini mengikuti contoh langsung dari Rasulullah ﷺ, yang biasa mengerjakan sholat-sholat sunnah di kediaman beliau, bukan di masjid.

Anjuran ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah ﷺ:

“Jadikanlah sholat (sunnah) kalian di rumah kalian. Janganlah jadikan rumah kalian seperti kuburan.”
(HR. Bukhari)

Hadis ini mengandung peringatan agar rumah tidak kosong dari cahaya ibadah. Menjadikan rumah sebagai tempat sholat sunnah akan menjadikannya penuh berkah dan kehidupan spiritual.

Dalam riwayat lain, Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sebaik-baik sholat seseorang adalah sholat di rumahnya, kecuali sholat wajib.”
(HR. Bukhari dan Ahmad)

Hadis ini memperkuat pemahaman bahwa semua jenis sholat sunnah, termasuk qobliyah Isya, lebih utama dilakukan di rumah—selama tidak ada halangan seperti sempitnya tempat atau gangguan lain.

Keutamaan Melaksanakan Sholat Sunnah di Rumah

Melaksanakan sholat sunnah seperti qobliyah Isya di rumah memiliki beberapa keutamaan:

  1. Menghidupkan suasana spiritual dalam rumah.
    Rumah yang digunakan untuk beribadah akan terasa lebih tenteram dan jauh dari energi negatif.
  2. Menjauhkan diri dari riya’.
    Sholat di rumah lebih tersembunyi dari pandangan orang lain, sehingga meminimalkan potensi munculnya rasa ingin dipuji.
  3. Meneladani sunnah Nabi Muhammad ﷺ.
    Dengan mencontoh kebiasaan Rasul, seorang Muslim menempatkan ibadahnya pada derajat yang lebih utama.

Kesimpulan

Meskipun sah dan boleh dilakukan di masjid, sholat sunnah qobliyah Isya—seperti halnya sholat rawatib lainnya—lebih dianjurkan untuk dilakukan di rumah. Ini sesuai dengan sunnah Rasulullah ﷺ yang menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah di rumah agar tidak menyerupai kuburan yang sunyi dari dzikir. Dengan menghidupkan rumah melalui ibadah sunnah, seorang Muslim tidak hanya mengejar pahala, tetapi juga membangun suasana spiritual yang berkah dalam lingkungan keluarganya.

Tata cara Sholat Fardhu/Ashar Paling Lengkap

Tata cara Sholat Fardhu/Ashar Paling Lengkap

Stylesphere – Sholat fardhu merupakan ibadah wajib yang termasuk dalam rukun Islam, tepatnya rukun Islam kedua setelah syahadat. Dalam sehari semalam, umat Islam diwajibkan menunaikan lima waktu sholat, yaitu Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Meninggalkan salah satu sholat fardhu tanpa alasan yang dibenarkan merupakan dosa besar.

Kewajiban sholat ditegaskan dalam Al-Qur’an, di antaranya dalam Surah An-Nisa ayat 103, yang menyatakan bahwa sholat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya bagi orang-orang beriman. Selain itu, dalam Surah Al-Baqarah ayat 43, Allah SWT juga memerintahkan umat Islam untuk menegakkan sholat bersama dengan kewajiban zakat.

Salah satu sholat fardhu yang harus dikerjakan adalah sholat Ashar. Lalu, berapa rakaat sholat Ashar? Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lebih rinci mengenai jumlah rakaat serta tata cara pelaksanaannya.

Jumlah Rakaat Sholat Ashar

Sholat Ashar merupakan salah satu dari lima sholat fardhu yang wajib dikerjakan oleh umat Islam setiap hari. Berdasarkan penjelasan dalam buku Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq, sholat Ashar terdiri dari empat rakaat.

Dalam pelaksanaannya, terdapat dua kali tasyahud atau at-Tahiyyat, yaitu pada rakaat kedua sebagai tasyahud awal dan pada rakaat keempat sebagai tasyahud akhir. Sholat ini memiliki peran penting dalam menjaga kedisiplinan dan keistiqamahan dalam beribadah, sehingga dianjurkan untuk dilaksanakan tepat waktu.

Waktu Sholat Ashar

Waktu sholat Ashar dimulai ketika bayangan suatu benda sudah sama panjang dengan benda aslinya. Biasanya, ini terjadi sekitar pukul 15.00 hingga 18.00, tergantung pada lokasi dan perubahan waktu dalam setahun.

Meskipun rentang waktunya cukup panjang, sholat Ashar sebaiknya dilaksanakan di awal waktu, yakni segera setelah adzan berkumandang. Dengan memahami jumlah rakaat serta waktu pelaksanaannya, diharapkan umat Islam dapat menunaikan sholat Ashar dengan tepat waktu dan penuh kekhusyukan.

Tata Cara Lengkap Sholat Ashar

Sholat Ashar merupakan salah satu dari lima sholat fardhu yang wajib dikerjakan oleh umat Islam setiap hari. Sholat ini terdiri dari empat rakaat dengan dua kali tasyahud, yaitu tasyahud awal pada rakaat kedua dan tasyahud akhir pada rakaat keempat. Agar sholat Ashar dapat dilakukan dengan sempurna, berikut adalah tata cara lengkapnya:

1. Membaca Niat

Sebelum memulai sholat, niat harus ditanamkan dalam hati. Beberapa ulama berpendapat bahwa niat cukup di dalam hati, tetapi jika diucapkan untuk membantu kekhusyukan, maka diperbolehkan. Berikut adalah lafadz niat sholat Ashar:

Niat Sholat Ashar Sendiri (Munfarid)
اُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli fardhal ‘ashri arba’a raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an lillahi ta’aala.

Artinya: “Aku niat melaksanakan sholat fardhu Ashar empat rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta’ala.”

Niat Sholat Ashar sebagai Imam
اُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً إِمَامًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli fardhal ‘ashri arba’a raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an imaaman lillahi ta’aala.

Artinya: “Aku niat melaksanakan sholat fardhu Ashar empat rakaat menghadap kiblat sebagai imam karena Allah Ta’ala.”

Niat Sholat Ashar sebagai Makmum
اُصَلِّي فَرْضَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً مَأْمُوْمًا لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli fardhal ‘ashri arba’a raka’aatin mustaqbilal qiblati adaa-an ma’muuman lillahi ta’aala.

Artinya: “Aku niat melaksanakan sholat fardhu Ashar empat rakaat menghadap kiblat sebagai makmum karena Allah Ta’ala.”

2. Rakaat Pertama

  • Takbiratul Ihram (mengangkat tangan sambil mengucapkan Allahu Akbar).
  • Membaca doa iftitah (sunnah).
  • Membaca Surat Al-Fatihah.
  • Membaca surat atau ayat-ayat dari Al-Qur’an.
  • Rukuk (membungkuk sambil membaca bacaan rukuk).
  • I’tidal (kembali berdiri tegak sambil membaca bacaan i’tidal).
  • Sujud pertama (membaca bacaan sujud).
  • Duduk di antara dua sujud (membaca bacaan duduk di antara dua sujud).
  • Sujud kedua (membaca bacaan sujud).

3. Rakaat Kedua

  • Berdiri kembali dan membaca Surat Al-Fatihah.
  • Membaca surat atau ayat dari Al-Qur’an.
  • Melakukan rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua seperti pada rakaat pertama.
  • Setelah sujud kedua, duduk untuk tasyahud awal dan membaca bacaan tasyahud awal.
  • Berdiri kembali untuk melanjutkan rakaat ketiga.

4. Rakaat Ketiga

  • Membaca Surat Al-Fatihah tanpa doa iftitah.
  • Melakukan rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua seperti sebelumnya.

5. Rakaat Keempat

  • Membaca Surat Al-Fatihah.
  • Melakukan rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, dan sujud kedua seperti sebelumnya.
  • Setelah sujud kedua, duduk untuk tasyahud akhir dan membaca bacaan tasyahud akhir.
  • Mengucapkan salam ke kanan dan kiri sebagai tanda akhir sholat.

Dengan memahami dan mengikuti tata cara ini, sholat Ashar dapat dilaksanakan dengan sempurna sesuai tuntunan Islam. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dalam menunaikan ibadah sholat dengan khusyuk dan tepat waktu.