Doa Meluluhkan Hati Orang Tua yang Tidak Merestui Hubungan

Stylesphere – Dalam sebuah hubungan, restu orang tua kerap menjadi fondasi penting bagi kebahagiaan dan kelancaran perjalanan cinta. Namun, ketika restu itu belum didapatkan, salah satu bentuk ikhtiar yang bisa dilakukan adalah memanjatkan doa, memohon agar hati orang tua dilunakkan dan diberi pemahaman.

Doa merupakan wujud penghambaan dan permohonan seorang hamba kepada Allah SWT. Umat Islam meyakini bahwa doa memiliki kekuatan luar biasa untuk mengubah hati dan keadaan. Dengan bersungguh-sungguh memohon kepada-Nya, diharapkan hati orang tua yang semula belum merestui dapat dipenuhi kelembutan dan kebijaksanaan.

Seperti dijelaskan dalam buku Menurut Al-Qur’an dan Sunnah: Panduan Doa dalam Islam karya Dr. Ahmad Al-Muzammil (2018), doa adalah ibadah yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Melalui doa, seorang hamba meminta pertolongan Allah dalam setiap urusan, termasuk dalam urusan hati dan hubungan dengan orang-orang yang dicintai.

Berikut ulasan lengkap yang dirangkum Anugerahslot Islamic dari berbagai sumber, Senin (11/08/2025).

Doa Meluluhkan Hati Orang Tua

Dalam Islam, doa menjadi senjata utama seorang hamba dalam menghadapi segala persoalan hidup, termasuk saat berusaha mendapatkan restu orang tua. Bagi pasangan yang hubungannya belum direstui, memohon kepada Allah SWT agar hati orang tua dilunakkan adalah salah satu ikhtiar spiritual yang dianjurkan.

Berikut adalah salah satu doa yang dapat diamalkan, lengkap dengan bacaan Arab, latin, dan artinya:

Bacaan Arab:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْكَبِيْرُ وَأَنَا عَبْدُكَ الضَّعِيْفُ الذَّلِيْلُ الَّذِيْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِكَ، اللَّهُمَّ سَخِّرْ لِي ….(sebut nama orang yang dituju)…. كَمَا سَخَّرْتَ فِرْعَوْنَ لِمُوْسَى، وَلَيِّنْ لِيْ قَلْبَهُ كَمَا لَيَّنْتَ الْحَدِيْدَ لِدَاوُدَ، فَإِنَّهُ لَا يَنْطِقُ إِلَّا بِإِذْنِكَ، نَاصِيَتُهُ فِيْ قَبْضَتِكَ، وَقَلْبُهُ فِيْ يَدِكَ، جَلَّ ثَنَاءُ وَجْهِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Bacaan Latin:
Allahumma innaka antal ‘azizul kabir, wa anaa ‘abduka adhdhoiifudzdzaliil, alladzii laa haula wa laa quwwata illaa bika. Allahumma sakhkhir li (sebut nama orang dimaksud) kama sakhkharta firauna li musa, wa layyin li qolbahuu kama layyanta al-hadiida li dawuda, fa innahu la yantiqu illa bi idznika, nashiyatuhuu fii qobdhatika, wa qolbuhuu fii yadika, jalla tsanaa-u wajhik, yaa arhamar raahimiin.

Artinya:
“Ya Allah, Engkau Maha Perkasa lagi Maha Besar, dan aku adalah hamba-Mu yang lemah dan hina. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu. Ya Allah, tundukkanlah (sebut nama) kepadaku sebagaimana Engkau tundukkan Firaun kepada Musa, dan lembutkan hatinya sebagaimana Engkau melembutkan besi kepada Daud. Sesungguhnya ia tidak akan berbicara kecuali dengan izin-Mu. Ubun-ubunnya berada dalam genggaman-Mu, dan hatinya berada di tangan-Mu. Maha Suci wajah-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang.”

Doa ini bisa diamalkan dengan menyebut nama orang tua yang ingin diluluhkan hatinya, sebagai wujud permohonan langsung kepada Allah SWT. Konsistensi dalam membacanya mencerminkan kesungguhan hati dalam mencari ridha Ilahi sekaligus restu orang tua.

Penelitian dari Journal of Islamic Psychology yang diterbitkan International Islamic University Malaysia (2020) menjelaskan bahwa doa untuk meluluhkan hati memiliki dasar yang kuat dalam tradisi Islam. Nabi Muhammad SAW dan para sahabat kerap menjadikan doa sebagai media untuk menyentuh hati manusia, baik dalam urusan pribadi maupun sosial.

Doa-doa Pelengkap untuk Meluluhkan Hati dan Memohon Restu Orang Tua

Selain doa utama, terdapat sejumlah doa lain yang dapat diamalkan untuk memohon kelapangan hati, kemudahan urusan, dan restu dari orang tua. Doa-doa ini melengkapi ikhtiar spiritual dalam menghadapi situasi sulit terkait restu keluarga.

1. Doa Istikharah untuk Jodoh
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ

Allahumma inni astakhiruka bi ‘ilmika, wa astaqdiruka bi qudratika, wa as-aluka min fadhlikal ‘azhim.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta petunjuk kepada-Mu dengan ilmu-Mu, meminta kekuatan kepada-Mu dengan kekuatan-Mu, dan memohon karunia-Mu yang agung.”
Doa ini sangat bermanfaat saat memohon petunjuk terbaik dalam memilih pasangan hidup sekaligus berharap mendapatkan restu orang tua.

2. Doa Nabi Musa untuk Melapangkan Dada
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي، يَفْقَهُوا قَوْلِي

Robbisrohli shodrii, wa yassirli amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.

Artinya: “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, agar mereka memahami perkataanku.”
Doa ini membantu kelancaran komunikasi dengan orang tua agar niat baik tersampaikan dengan jelas.

3. Doa Memohon Cinta Allah
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَالْعَمَلَ الَّذِي يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ

Allahumma inni as’aluka hubbaka, wa hubba man yuhibbuka, wal-‘amalalladzi yuballighuni hubbak.

Artinya: “Ya Allah, aku memohon cinta-Mu, cinta orang yang mencintai-Mu, dan amalan yang mendekatkanku kepada cinta-Mu.”
Dengan memohon cinta Allah, diharapkan hati orang tua juga ikut tergerak untuk memberi restu.

4. Doa Nabi Daud untuk Melembutkan Hati
اللَّهُمَّ لَيِّنْ لِي قَلْبَهُ، لَيِّنْتَ لِدَاوُدَ الْحَدِيدَ

Allahumma laiyin li qolbahu, laiyinta li Dawudal hadid.

Artinya: “Ya Allah, lembutkanlah hatinya sebagaimana Engkau melembutkan besi kepada Daud.”
Doa ini sering diamalkan untuk memohon kelembutan hati seseorang, termasuk orang tua yang bersikap keras.

5. Doa Memohon Restu dan Disenangi Orang Lain
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَوَسِّعْ لِي فِي رِزْقِي، وَبَارِكْ لِي فِيمَا رَزَقْتَنِي، وَاجْعَلْنِي مَحْبُوبًا فِي قُلُوبِ عِبَادِكَ، وَعَزِيزًا فِي عُيُونِهِم، وَاجْعَلْنِي وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ، يَا كَثِيرَ النَّوَالِ، يَا حَسَنَ الْفِعَالِ، يَا قَائِمًا بِلَا زَوَالٍ، يَا مُبْدِئًا بِلَا مِثَالٍ، فَلَكَ الْحَمْدُ، وَالْمِنَّةُ، وَالصَّرْفُ عَلَى كُلِّ حَالٍ

Robbi zidnii ‘ilman, wa wassi‘ lii fii rizqii, wabarik lii fiimaa razaqtanii, waj‘alnii mahbuuban fii quluubi ‘ibaadika, wa ‘aziizzan fii ‘uyuuni him, waj‘alnii wajihan fid-dunyaa wal-aakhirati minal muqorrobiin, yaa kasiiron nawaal, yaa hasanal fi‘aal, yaa qooimman billa zawaal, yaa mubdian bila mitsaal, falakal hamdu, wal minnatu, was-shorfu ‘ala kulli haal.

Artinya: “Ya Allah, tambahkanlah ilmuku, luaskan rezekiku, berkahilah apa yang Engkau karuniakan padaku. Jadikan aku dicintai di hati hamba-hamba-Mu, mulia di mata mereka, dan termasuk orang-orang yang dekat kepada-Mu di dunia dan akhirat. Wahai Yang Maha Pemurah, Maha Indah perbuatan-Nya, Yang Kekal tanpa akhir, dan Yang Memulai tanpa contoh sebelumnya. Segala puji, karunia, dan pengaturan hanyalah milik-Mu dalam setiap keadaan.”
Doa ini dapat dimodifikasi dengan menambahkan “wa qalbi ummi” setelah kata “‘ibaadika” untuk secara khusus memohon agar disenangi di hati ibu.

Mengamalkan doa-doa ini secara rutin, disertai kesungguhan hati dan usaha nyata, menjadi bentuk kepasrahan penuh kepada Allah SWT. Setiap permohonan yang tulus akan selalu didengar dan direspon oleh-Nya dengan cara terbaik.

Waktu Mustajab untuk Berdoa Meluluhkan Hati Orang Tua

Menurut Adab al-Du‘a fi al-Islam karya Syaikh Abdullah Al-Fauzan (2019), terdapat waktu-waktu tertentu yang disebut mustajab untuk berdoa. Memanfaatkan momen-momen ini dengan penuh kekhusyukan dapat meningkatkan peluang terkabulnya doa, termasuk doa untuk meluluhkan hati orang tua yang belum merestui hubungan anaknya.

Berikut beberapa waktu yang dianjurkan untuk memanjatkan doa:

  1. Sepertiga Malam Terakhir (Tahajud)
    Waktu antara pukul 00.00–03.00 dini hari adalah saat yang sangat dianjurkan untuk berdoa. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa pada waktu ini Allah SWT “turun” ke langit dunia dan mengabulkan permohonan hamba-Nya yang memohon kepada-Nya.
  2. Antara Azan dan Iqamah
    Berdasarkan hadis riwayat Ahmad, doa yang dipanjatkan di sela-sela azan dan iqamah tidak akan ditolak. Meski singkat, momen ini memiliki keberkahan yang besar.
  3. Ketika Turun Hujan
    Dalam hadis riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa saat hujan turun adalah waktu yang penuh rahmat. Berdoa di bawah rintik hujan membawa keberkahan dan peluang terkabul yang lebih besar.
  4. Hari Jumat
    Rasulullah SAW menjelaskan bahwa di hari Jumat terdapat satu waktu istimewa ketika doa seorang muslim pasti dikabulkan. Waktu ini diyakini berada pada sore hari menjelang magrib, khususnya setelah salat Ashar.
  5. Saat Sujud dalam Shalat
    Momen sujud adalah saat terdekat seorang hamba dengan Tuhannya. Rasulullah SAW menganjurkan untuk memperbanyak doa ketika sujud, karena kedekatan ini menjadikan doa lebih mustajab.
  6. Setelah Shalat Fardhu
    Usai melaksanakan shalat wajib, dianjurkan untuk memanjatkan doa dengan hati yang tenang dan khusyuk. Waktu ini menjadi salah satu kesempatan emas untuk memohon kepada Allah SWT.

Dengan memanfaatkan waktu-waktu mustajab ini, doa untuk meluluhkan hati orang tua dapat disampaikan dalam kondisi spiritual terbaik. Selain menunjukkan kesungguhan, hal ini juga menjadi bentuk kepasrahan total kepada Allah SWT dalam mengharapkan restu dan ridha-Nya.

Adab Berdoa untuk Meluluhkan Hati Orang Tua

Dalam Islam, doa tidak hanya sekadar rangkaian kata permohonan, tetapi juga ibadah yang memiliki tata cara dan etika tertentu. Memperhatikan adab ketika memanjatkan doa, termasuk doa untuk meluluhkan hati orang tua, akan meningkatkan kualitas dan keberkahannya.

Berikut beberapa adab penting yang dianjurkan:

  1. Niat yang Ikhlas dan Tujuan yang Baik
    Doa harus dipanjatkan semata-mata karena Allah SWT, bukan untuk tujuan yang merugikan atau menyakiti pihak lain. Niat harus terbebas dari unsur negatif seperti dendam, iri hati, atau keinginan menguasai.
  2. Berada dalam Keadaan Suci
    Sebaiknya berdoa setelah berwudu dan dalam keadaan suci, menghadap kiblat. Hal ini menunjukkan penghormatan kepada Allah SWT sekaligus keseriusan dalam memohon.
  3. Mengawali dengan Pujian dan Shalawat
    Sebelum menyampaikan permohonan, awali doa dengan memuji Allah SWT, membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan menyadari kelemahan diri sebagai hamba.
  4. Bertobat dan Memohon Ampunan
    Sebelum berdoa, hendaknya membersihkan diri dari dosa dengan bertobat dan memohon ampun. Hati yang bersih akan membuat doa lebih tulus dan mudah dikabulkan.

Penelitian yang dimuat dalam International Journal of Islamic Thought oleh Universiti Kebangsaan Malaysia (2021) menegaskan bahwa etika berdoa dalam Islam menekankan aspek spiritual dan moral yang tinggi. Doa adalah dialog suci antara hamba dan Khaliq, sehingga harus disampaikan dengan kesadaran penuh akan kebesaran-Nya.

Dengan mematuhi adab ini, doa untuk meluluhkan hati orang tua akan memiliki makna yang lebih dalam dan peluang terkabul yang lebih besar.

Upaya Nyata untuk Meluluhkan Hati Orang Tua

Selain berdoa, Islam menganjurkan umatnya untuk melakukan ikhtiar lahiriah—langkah-langkah praktis yang dapat membantu meluluhkan hati seseorang, termasuk orang tua yang belum memberikan restu. Usaha nyata ini menjadi pelengkap dari ikhtiar batin yang dilakukan melalui doa.

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:

  1. Berperilaku Santun, Jujur, dan Amanah
    Sikap santun, kejujuran, dan amanah sering kali lebih menyentuh hati dibanding sekadar kata-kata manis. Tunjukkan kematangan pribadi serta rasa tanggung jawab melalui perilaku sehari-hari.
  2. Memberikan Hadiah dan Perhatian
    Rasulullah SAW bersabda: “Saling memberi hadiahlah, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari). Hadiah sederhana namun tulus dapat menumbuhkan kasih sayang dan menunjukkan kepedulian.
  3. Mendengarkan dengan Empati
    Jadilah pendengar yang baik dan tunjukkan empati terhadap perasaan orang tua. Memahami kekhawatiran mereka dengan sabar dapat membuka ruang dialog yang lebih hangat.
  4. Bersabar dan Istiqamah
    Meluluhkan hati membutuhkan waktu. Hindari sikap terburu-buru atau memaksa. Tetaplah konsisten dan sabar dalam menunjukkan niat baik.
  5. Bersikap Rendah Hati
    Kesombongan adalah sikap yang dibenci dalam Islam. Rendah hati akan membuat orang lain merasa lebih nyaman, terbuka, dan mau menerima kehadiran kita.
  6. Menghormati dan Mematuhi Keluarga
    Perhatikan harapan dan nasihat keluarga selama tidak bertentangan dengan syariat. Kepatuhan kepada orang tua dan keluarga adalah bagian dari adab dalam memperjuangkan hubungan.

Menggabungkan doa yang tulus dengan tindakan nyata yang baik akan memberikan hasil yang lebih optimal dalam meraih restu. Dengan kesabaran, konsistensi, dan niat yang ikhlas, insyaAllah hati yang keras pun dapat menjadi lembut.

Kekuatan Doa dalam Meluluhkan Hati Menurut Sejarah Islam

Dalam sejarah Islam, terdapat banyak kisah yang menegaskan bahwa doa adalah senjata ampuh seorang mukmin. Doa tidak hanya menjadi bentuk permohonan kepada Allah SWT, tetapi juga sarana untuk melembutkan hati seseorang—termasuk dalam konteks memohon restu orang tua.

Kisah-Kisah Teladan dalam Meluluhkan Hati

  1. Nabi Sulaiman AS dan Ratu Bilqis
    Dalam surah An-Naml, diceritakan bagaimana Nabi Sulaiman AS mengajak Ratu Bilqis kepada kebenaran melalui hikmah, kelembutan, dan doa. Pendekatan beliau menunjukkan bahwa kelembutan hati sering kali lahir dari kebijaksanaan yang disertai doa.
  2. Nabi Ibrahim AS dan Kaumnya
    Walaupun kaumnya menolak keras ajakan kepada tauhid, Nabi Ibrahim AS tidak berhenti berdoa bagi kebaikan mereka. Kesabaran beliau menjadi contoh bahwa doa dapat menembus penolakan yang paling keras.
  3. Rasulullah SAW dalam Dakwahnya
    Rasulullah SAW menghadapi banyak tantangan dari kaumnya, namun beliau menanggapi dengan kesabaran, akhlak mulia, dan doa. Allah SWT menegaskan dalam Ali Imran ayat 159: “Maka dengan rahmat Allah engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.”

Doa-Doa yang Dianjurkan untuk Melembutkan Hati

  1. Doa Nabi Daud AS
    Diriwayatkan dalam buku Setiap Doa Pasti Allah Kabulkan (Abu Ezza, 2012:27), doa ini dapat diamalkan untuk melembutkan hati: اللَّهُمَّ لَيِّنْ لِي قَلْبَهُ، لَيِّنْتَ لِدَاوُدَ الْحَدِيدَ
    Allahumma laiyin li qalbahu, laiyinta li Daudal hadid.
    Artinya: “Ya Allah, lembutkanlah hatinya sebagaimana Engkau melembutkan besi bagi Daud.”
  2. Doa Meluluhkan Hati dari Jarak Jauh اللَّهُمَّ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْكَبِيرُ…
    Allaahumma innaka antal azizul kabir… (teks lengkap seperti di atas)
    Doa ini dianjurkan ketika ingin meluluhkan hati seseorang yang berada jauh dari kita, termasuk orang tua.
  3. Doa untuk Orang yang Membenci Kita
    Dikutip dari Tuntunan Lengkap Rukun Islam & Doa (Syarif Hidayatullah), doa ini dipanjatkan agar Allah melembutkan hati orang yang membenci kita: الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ…
    Alhamdulillahi ala kulli halin… (teks lengkap seperti di atas)

Pelajaran yang Dapat Diambil

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, kisah para nabi menunjukkan bahwa kesabaran, doa, dan hikmah adalah kunci utama untuk meluluhkan hati manusia yang keras. Maka, doa yang dipanjatkan anak kepada Allah untuk meluluhkan hati orang tua yang belum merestui hubungan memiliki dasar kuat dalam ajaran Islam.

Makna dan Bacaan Ijab Kabul: Momen Sakral dalam Akad Nikah

Stylesphere – Ijab kabul merupakan momen paling sakral dalam prosesi pernikahan Islam. Di saat inilah dua insan mengikat janji suci sebagai suami istri di hadapan Allah SWT dan para saksi. Prosesi ini terdiri dari dua bagian utama: ijab, yaitu pernyataan dari wali pihak perempuan, dan kabul, yaitu jawaban penerimaan dari mempelai pria. Lafaz yang umum digunakan oleh mempelai pria adalah: “Saya terima nikahnya…” yang menunjukkan kesediaan dan persetujuan atas pernikahan tersebut.

Memahami dengan baik bacaan ijab kabul menjadi langkah penting bagi setiap calon pengantin, terutama bagi mempelai pria yang akan mengucapkannya secara langsung. Ketepatan pengucapan dan ketegasan niat merupakan syarat sahnya akad nikah.

Dalam buku Menebarkan Kasih Sayang dalam Bimbingan Al-Qur’an karya Abu Utsman Kharisman, dijelaskan bahwa:

  • Ijab adalah pernyataan dari wali perempuan yang menikahkan anaknya.
  • Kabul adalah jawaban dari mempelai pria yang menyatakan menerima pernikahan tersebut.

Proses ini bukan sekadar formalitas, melainkan pengukuhan sebuah ikatan yang membawa tanggung jawab besar di dunia dan akhirat.

Berikut Anugerahslot islamic ulas lengkapnya melansir dari berbagai sumber, Kamis (24/7/2025).

Ijab Kabul: Pilar Utama dalam Akad Nikah Menurut Hukum Islam

Ijab kabul merupakan salah satu unsur paling mendasar dalam akad pernikahan yang menentukan sah atau tidaknya sebuah ikatan pernikahan menurut syariat Islam. Tanpa keberadaan kedua komponen ini, maka pernikahan tidak dianggap sah secara hukum agama.

Secara bahasa, “ijab” berarti penyerahan atau tawaran, sementara “kabul” berarti penerimaan atau persetujuan. Dalam konteks akad nikah, ijab adalah ucapan dari pihak wali perempuan (atau wakilnya) yang menyatakan menyerahkan mempelai wanita kepada calon suami. Sedangkan kabul adalah jawaban dari mempelai pria yang menunjukkan kesediaannya menerima pernikahan tersebut.

Mengutip dari Jurnal Al-Aḥwāl, ijab kabul menjadi inti dari prosesi akad nikah, dan keberadaannya tidak bisa ditinggalkan agar pernikahan sah secara hukum Islam.

Jumhur ulama (mayoritas ahli fiqih), sebagaimana dijelaskan dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu karya Wahbah az-Zuhaili (Jilid 9), menyepakati bahwa ijab diucapkan oleh wali mempelai wanita atau wakilnya dengan kalimat-kalimat yang disepakati keabsahannya, seperti “Aku nikahkan engkau…” atau “Aku kawinkan engkau…”.

Sementara itu, kabul diucapkan oleh mempelai pria sebagai tanda penerimaan. Kalimat yang paling umum dan sah menurut pandangan ulama adalah “Saya terima nikahnya…” yang menandakan keridhaan dan kesanggupan dari pihak laki-laki untuk menjalani kehidupan pernikahan.

Ijab kabul tidak hanya bersifat simbolis, tetapi merupakan janji suci yang harus diucapkan dengan kesungguhan, kesadaran, dan keikhlasan sebagai awal dari ikatan sakral dalam Islam.

Bacaan Ijab Kabul Lengkap (Arab, Latin dan Indonesia)

Bacaan ijab kabul dapat dilafalkan dalam berbagai bahasa, termasuk Arab dan Indonesia, selama maknanya jelas dan dipahami oleh semua pihak yang terlibat. Berikut adalah beberapa contoh bacaan ijab kabul saya terima nikahnya dalam bahasa Arab, Latin, dan Indonesia:

1. Bacaan Ijab Kabul Bahasa Arab

  • Ijab (dari Wali):“أنكحتك وزوجتك (ليلى) موليتي بمهر ألف روبيه حالا”Latin: “Ankahtuka wazawwajtuka (laila) mauliitii bimahrin alfu ruubiyah haalan”Artinya: “Saya nikahkan dan saya kawinkan kamu dengan (Laila), perempuan yang menjadi kuasaku, dengan mahar seribu rupiah dibayar kontan atau tunai.”Contoh lain:”أنكحتك أو زوجتك مخطوبتك بنتي … على المهر … حالا”Latin: “Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka binti (nama pengantin perempuan) alal mahri (mahar/mas kawin) hallan.”Artinya: “Aku nikahkan engkau dan aku kawinkan engkau dengan pinanganmu, puteriku (nama pengantin perempuan) dengan mahar (mahar/mas kawin) dibayar tunai.”
  • Kabul (dari Mempelai Pria):“قبلت نكاحها وتزويجها لنفسي بالمهر المذكور حالا”Latin: “Qobiltu nikakhaha wa tazwiijaha linafsii bilmahril madzkuuri haalan”Artinya: “Saya terima pernikahan dan perkawinan ini untuk saya, dengan mahar yang telah disebutkan secara kontan.”Contoh lain:”قَبِلْتُ نِكَاحَهَا وَتَزْوِيْجَهَا عَلَى الْمَهْرِ الْمَذْكُوْرِ وَرَضِيْتُ بِهِ وَاللهُ وَلِيُّ التَّوْفِيْقِ”Latin: “Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur wa radhiitu bihi, wallahu waliyyu taufiq.”Artinya: “Saya terima nikah dan kawinnya dengan mahar yang telah disebutkan, dan aku rela dengan hal itu. Dan semoga Allah selalu memberikan anugerah.”

2. Bacaan Ijab Kabul Bahasa Indonesia

Masyarakat Indonesia umumnya menggunakan bacaan ijab kabul dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan pemahaman. Berikut adalah beberapa lafaz ijab kabul dalam bahasa Indonesia:

  • Lafaz Ijab (dari Wali):“Saya nikahkan engkau ananda (nama lengkap mempelai pria bin nama ayahnya) dengan (nama mempelai wanita binti nama ayahnya) dengan mas kawin (sebutkan jenis maskawin/jumlah mahar) dibayar (tunai/utang).”Contoh lain:”Saudara/Ananda (Nama pengantin laki-laki) bin (Nama ayah pengantin laki-laki) Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama (Nama pengantin perempuan) dengan maskawinnya berupa (Mahar/mas kawin), Tunai.”Contoh ucapan ijab oleh wali dari ayah kandung pengantin wanita:“Saudara Dani Ahmad bin Abdullah, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya, Suliswati dengan mas kawin emas 5 gram dibayar tunai.”Contoh ucapan ijab oleh wali dari saudara laki-laki pengantin wanita:“Saudara Dani Ahmad bin Abdullah, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan saudara perempuan saya, Suliswati binti Gilang Robi dengan mas kawin emas 5 gram dibayar tunai.”Contoh ucapan ijab oleh wali dari paman pengantin wanita:“Saudara Dani Ahmad bin Abdullah, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan keponakan perempuan saya, Suliswati binti Gilang Robi dengan mahar emas 5 gram dibayar tunai.”Contoh ucapan ijab oleh orang yang ditunjuk mewakili wali pengantin wanita:“Saudara Dani Ahmad bin Abdullah, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan Suliswati binti Gilang Robi yang walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan Anda dengan mas kawin emas 5 gram dibayar tunai.”
  • Lafaz Kabul (dari Mempelai Pria):“Saya terima nikahnya (nama mempelai wanita binti nama ayahnya) dengan mas kawin (sebutkan jenis maskawin/jumlah mahar) dibayar (tunai/utang)”Contoh lain:”Saya terima nikah dan kawinnya (Nama pengantin perempuan) binti (Nama ayah pengantin perempuan) dengan mas kawin yang telah disebutkan, dibayar tunai.”Contoh ucapan kabul mempelai pria bahasa Indonesia:“Saya terima nikah dan kawinnya Suliswati binti Gilang Robi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”Contoh ucapan kabul mempelai pria dengan menyebut mahar:“Saya terima nikah dan kawinnya Suliswati binti Gilang Robidengan mahar emas 5 gram dibayar tunai.”

Bacaan Ijab Kabul Dengan Wali Hakim

Dalam beberapa kondisi, wali nikah dapat diwakilkan kepada wali hakim, seperti penghulu dari Kantor Urusan Agama (KUA) atau tokoh agama setempat. Hal ini terjadi jika wali nasab tidak dapat hadir atau tidak mampu melaksanakan tugasnya. Melansir dari berbagai sumber, tak jarang terdapat wali hakim yang mewakilkan pembacaan ijab kabul tersebut.

Berikut adalah contoh kalimat mewakilkan wali (tawkil wali) yang diucapkan oleh wali nasab kepada orang lain yang ditunjuk, seperti penghulu:

  1. Kalimat mewakilkan wali (tawkil wali) dari ayah kandung pengantin perempuan:“Saudara …… (nama orang yang mau mewakili) saya mewakilkan pada Anda untuk menikahkan anak perempuan saya …… (nama pengantin perempuan) dengan Saudara …… (nama pengantin laki-laki) bin …… (nama bapak pengantin laki-laki) dengan maskawin …… (sebutkan jenis dan nominal maskawinnya) dibayar tunai.”Contoh: “Saudara Fulan, saya mewakilkan pada Anda untuk menikahkan anak perempuan saya Atikah Qudsiyah dengan saudara Eqtada Al-Musthofa dengan maskawin uang satu juta rupiah dibayar tunai.”
  2. Kalimat mewakilkan wali (tawkil wali) dari wali yang bukan ayah kandung pengantin perempuan:“Saudara …… (nama orang yang mau mewakili) saya mewakilkan pada Anda untuk menikahkan cucu / saudara perempuan / keponakan / saudara sepupu (pilih salah satu hubungan antara pengantin perempuan dengan wali) saya …… (nama pengantin perempuan) binti …… (nama ayah pengantin perempuan) dengan saudara …… (nama pengantin laki-laki) bin …… (nama ayah pengantin laki-laki) dengan maskawin …… (sebutkan jenis dan nominal maskawinnya) dibayar tunai.”Contoh: “Saudara Fulan, saya mewakilkan pada Anda untuk menikahkan saudara perempuan saya Atikah Qudsiyah binti Ramli dengan saudara Eqtada Al-Musthofa dengan maskawin uang satu juta rupiah dibayar tunai.”

Tata Cara Pelaksanaan Ijab Kabul dalam Akad Nikah

Agar prosesi ijab kabul berjalan dengan sah dan khidmat, diperlukan urutan pelaksanaan yang sesuai dengan ketentuan syariat dan hukum yang berlaku. Proses ini melibatkan mempelai pria, wali nikah, imam/penghulu, serta para saksi.

Mengacu pada buku Hukum Adat di Indonesia karya Dr. Siska Lis Sulistiani, M.Ag., M.E.Sy, berikut adalah tahapan pelaksanaan ijab kabul secara umum:

  1. Pertemuan Wali Nikah dan Mempelai Pria
    Prosesi dimulai dengan mempertemukan wali nikah dari pihak perempuan dengan calon mempelai pria. Keduanya duduk saling berhadapan, sebagai bentuk simbolis dari serah terima tanggung jawab.
  2. Pembacaan Khutbah Nikah
    Setelah itu, imam atau penghulu akan membacakan khutbah nikah berisi nasihat pernikahan dan ajakan bertakwa. Ini menjadi pengantar menuju inti akad.
  3. Doa oleh Mempelai Pria
    Sebelum ijab kabul diucapkan, mempelai pria dianjurkan membaca doa seperti istighfar, dua kalimat syahadat, dan salawat atas Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk penguatan niat dan permohonan keberkahan.
  4. Pelaksanaan Ijab dan Kabul
    • Ijab dibacakan oleh wali nikah dengan lafal seperti: “Saya nikahkan engkau dengan anak saya…”.
    • Kabul diucapkan langsung oleh mempelai pria dengan lafal: “Saya terima nikahnya…”.
      Keduanya berpegangan tangan kanan saat pengucapan, sebagai simbol dari akad yang sah.
    • Proses ini harus dilakukan dengan lancar, tanpa jeda panjang atau keraguan, agar sah menurut syariat.
  5. Pengesahan oleh Saksi
    Setelah ijab kabul selesai, saksi yang hadir memberikan pernyataan bahwa akad nikah tersebut sah dan telah memenuhi syarat.
  6. Doa Penutup
    Imam/penghulu kemudian membacakan doa penutup sebagai tanda syukur dan permohonan berkah atas pernikahan yang telah sah.
  7. Penandatanganan Buku Nikah
    Sebagai tahapan administratif, kedua mempelai akan menandatangani buku nikah disaksikan oleh penghulu dan petugas pencatat nikah.

Doa Setelah Akad Nikah

Setelah prosesi ijab kabul selesai dan pernikahan dinyatakan sah, disunahkan untuk membaca doa sebagai bentuk syukur dan memohon keberkahan bagi kedua mempelai. Doa ini bertujuan untuk membekali pasangan yang akan memulai kehidupan baru bersama. 

Berikut adalah beberapa doa yang diajarkan Rasulullah SAW untuk mendoakan sepasang pengantin baru:

  1. Doa Keberkahan:“بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ”Latin: “Bârakallâhu laka wa bâraka ‘alaika wa jama‘a bainakumâ fî khairin”Artinya: “Semoga Allah memberkahimu dalam suka dan duka dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua di dalam kebaikan.”
  2. Doa Kerukunan:“اَللّٰهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا وَأَلِّفْ بَيْنَ اٰدَمَ وَحَوَّاءَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا وَأَلِّفْ بَيْنَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَسَارَةَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا وَأَلِّفْ سَيِّدِنَا يُوْسُفَ وَزُلَيْخَاءَ وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا وَأَلِّفْ بَيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسَيِّدَتِنَا خَدِيْجَةَ الْكُبْرَى وَأَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا وَأَلِّفْ بَيْنَ سَيِّدِنَا عَلِيِّ وَسَيِّدَتِنَا فَاطِمَةَ الزَّهْرَاءَ”Latin: “Allâhumma allif bainahumâ kamâ allafta baina Adam wa Hawwa, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Ibrâhîm wa Sârah, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Yûsuf wa Zulaikha, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ Muhammadin shallallâhu ‘alaihi wa sallama wa sayyidatinâ Khadîjatal kubrâ, wa allif bainahumâ kamâ allafta baina sayyidinâ ‘Aly wa sayyidatinâ Fâthimah az-Zahrâ”Artinya: “Ya Allah, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Adam dan Hawa, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Ibrahim dan Sarah, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Nabi Yusuf dan Zulaikha, rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Baginda Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallama dan Khadijah Al-Kubra, dan rukunkan keduanya sebagaimana Engkau rukunkan Ali dan Fathimah Az-Zahra.”
  3. Doa Ikatan yang Diberkahi:“اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ هٰذَا الْعَقْدَ عَقْدًا مُبَارَكًا مَعْصُوْمًا وَأَلْقِ بَيْنَهُمَا أُلْفَةً وَقَرَارًا دَائِمًا وَلَا تَجْعَلْ بَيْنَهُمَا فِرْقَةً وَفِرَارًا وَخِصَامًا وَاكْفِهِمَا مُؤْنَةَ الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ”Latin: “Allâhummaj’al hâdzal ‘aqda ‘aqdan mubârakan ma’shûman wa alqi bainahumâ ulfatan wa qarâran dâiman wa lâ taj’al bainahumâ firqatan wa firâran wa khishâman wakfihimâ mu’natad dunyâ wal âkhirah”Artinya: “Ya Allah, jadikanlah akad ini sebagai ikatan yang diberkahi dan dilindungi, tanamkan di antara keduanya kerukunan dan ketetapan yang langgeng, jangan Engkau jadikan di antara keduanya perpecahan, perpisahan dan permusuhan, dan cukupi keduanya bekal hidup di dunia dan akhirat.”

Bahasa dalam Ijab Kabul: Haruskah Selalu Arab?

Meskipun bacaan ijab kabul yang sering didengar dalam prosesi akad nikah biasanya menggunakan bahasa Arab, sebenarnya tidak ada ketentuan mutlak bahwa ijab kabul harus dilafalkan dalam bahasa tersebut. Yang paling utama adalah pemahaman terhadap makna serta kejelasan kesepakatan antara wali dan mempelai pria.

Mengacu pada penjelasan dalam kitab Fath Al-Mu’in karya Syekh Zainuddin al-Malibari—sebagaimana dikutip oleh Pondok Pesantren Lirboyo—dijelaskan bahwa akad nikah tetap sah meskipun dilafalkan dalam bahasa selain Arab. Bahkan jika pihak yang melafalkannya mampu berbahasa Arab, mereka tetap diperbolehkan menggunakan bahasa lokal, selama kata-kata yang digunakan secara jelas menunjukkan makna ijab (penyerahan) dan kabul (penerimaan).

Pandangan ini juga sejalan dengan yang disampaikan dalam jurnal Al-Aḥwāl, bahwa bahasa dalam ijab kabul tidak harus Arab, asalkan redaksi yang digunakan mengandung arti syar’i yang dimengerti oleh semua pihak yang terlibat—baik mempelai, wali, maupun para saksi.

Dengan demikian, menggunakan bahasa Indonesia, Jawa, Sunda, atau bahasa daerah lainnya tetap sah selama pesan yang disampaikan tetap sesuai dengan maksud akad nikah dalam Islam.