Menyambut Dzulhijjah 1446 H: Amalan Puasa Sunnah Sebelum Idul Adha 2025

Menyambut Dzulhijjah 1446 H: Amalan Puasa Sunnah Sebelum Idul Adha 2025

StylesphereBulan Dzulqa’dah 1446 H akan segera berakhir, menandakan datangnya bulan mulia Dzulhijjah 1446 H, yang bertepatan dengan Dzulhijjah 2025 dalam kalender Masehi. Sebagai salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT, Dzulhijjah menjadi waktu istimewa bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh.

Salah satu ibadah yang dianjurkan di awal bulan ini adalah puasa sunnah. Puasa Dzulhijjah memiliki keutamaan besar dan merupakan bentuk kecintaan kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Terdapat tiga jenis puasa sunnah yang bisa diamalkan sebelum Hari Raya Idul Adha, yaitu:

  1. Puasa Awal Dzulhijjah (1–7 Dzulhijjah)
    Dianjurkan untuk berpuasa sejak hari pertama Dzulhijjah sebagai bentuk amal saleh yang dicintai Allah.
  2. Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
    Puasa ini memiliki nilai keutamaan tersendiri dan merupakan bagian dari tradisi umat Islam menyambut momen Arafah.
  3. Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)
    Puasa Arafah merupakan yang paling utama. Bagi yang tidak menunaikan haji, puasa ini dapat menghapus dosa dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang (HR. Muslim).

Niat Puasa Dzulhijjah

Niat puasa bisa diucapkan dalam hati atau secara lisan sebelum fajar, contohnya:

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati Dzulhijjah lillāhi ta‘ālā.”
Artinya: Saya niat berpuasa sunnah Dzulhijjah esok hari karena Allah Ta‘ala.

Jadwal Puasa Dzulhijjah 2025

Bergantung pada hasil rukyatul hilal, estimasi awal Dzulhijjah 1446 H kemungkinan jatuh pada Selasa, 30 Juni 2025. Maka, berikut perkiraan jadwalnya:

  • 1–7 Dzulhijjah 1446 H: 30 Juni – 6 Juli 2025
  • Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah): 7 Juli 2025
  • Puasa Arafah (9 Dzulhijjah): 8 Juli 2025
  • Idul Adha (10 Dzulhijjah): 9 Juli 2025

Penutup

Menghidupkan awal Dzulhijjah dengan puasa sunnah adalah amalan yang sangat dianjurkan, terlebih karena pahala amal di bulan ini dilipatgandakan. Mari manfaatkan momen mulia ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih keberkahan menjelang Idul Adha.

Niat dan Waktu Pelaksanaan Puasa Sunnah Dzulhijjah

Puasa sunnah di bulan Dzulhijjah dikerjakan seperti puasa-puasa lainnya, yaitu dimulai sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Kapan Niat Puasa Dzulhijjah Dilakukan?

Berbeda dengan puasa wajib (seperti Ramadan) yang harus diniatkan pada malam hari, puasa sunnah seperti puasa Dzulhijjah memiliki kelonggaran dalam niat. Jika lupa berniat di malam hari, niat masih bisa dilakukan hingga sebelum zawâl (tergelincirnya matahari atau masuk waktu Zuhur), selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar.


Lafal Niat Puasa Sunnah Dzulhijjah

Berikut adalah niat-niat puasa sunnah yang biasa dilakukan pada awal bulan Dzulhijjah:


🗓️ Niat Puasa Tanggal 1–7 Dzulhijjah

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ ذِيْ الْحِجَّةِ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Ta‘âlâ.”


🗓️ Niat Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta‘âlâ.”


🗓️ Niat Puasa Hari Arafah (9 Dzulhijjah)

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta‘âlâ.”


Dengan melaksanakan puasa-puasa sunnah ini, umat Islam dapat meraih berbagai keutamaan dan pahala yang besar, khususnya pada hari-hari terbaik sepanjang tahun, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Tidak ada hari-hari yang amal saleh lebih dicintai Allah daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.” (HR. Bukhari)

Jika Anda ingin, saya juga bisa bantu buatkan kalender puasa Dzulhijjah 1446 H dalam format visual. Mau saya bantu buatkan?

Keutamaan Puasa Awal Dzulhijjah dan Puasa Arafah

🌙 Puasa Awal Dzulhijjah: Ibadah Sunnah dengan Pahala Besar

Puasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Keutamaannya sangat besar karena hari-hari ini termasuk waktu paling dicintai oleh Allah untuk beramal saleh.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Imam At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, dan satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.”
(HR. At-Tirmidzi)


🕋 Keutamaan Khusus Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)

Dari seluruh hari di awal Dzulhijjah, puasa pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) memiliki keutamaan paling besar. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ…
“Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang…”
(HR. Muslim)


📌 Kesimpulan

Berikut ringkasan keutamaan puasa di awal Dzulhijjah:

Hari PuasaKeutamaan
Tanggal 1–7 DzulhijjahSetiap hari puasa setara pahala dengan satu tahun puasa
Malam-malamnyaSetiap malam ibadah setara malam Lailatul Qadar
Hari Arafah (9 Dzulhijjah)Menghapus dosa setahun sebelumnya dan sesudahnya

Melaksanakan puasa-puasa ini adalah kesempatan besar meraih pahala berlimpah, khususnya menjelang Hari Raya Idul Adha.

Jika Anda ingin, saya juga bisa bantu buatkan infografik sederhana tentang keutamaan puasa Dzulhijjah. Ingin dibuatkan?

Tanda Anda Mendapatkan Lailatul Qadar

Tanda Anda Mendapatkan Lailatul Qadar

Stylesphere – Setiap Muslim tentu menginginkan kebaikan, termasuk meraih Lailatul Qadar di sepertiga akhir Ramadhan. Siapa yang tidak ingin mendapatkan malam yang lebih baik daripada seribu bulan?

Lailatul Qadar adalah malam istimewa dalam Islam. Dalam surah Al-Qadr, Allah menyebutkan bahwa malam ini lebih utama dari seribu bulan. Artinya, ibadah yang dilakukan pada malam tersebut setara dengan beribadah selama minimal 83 tahun 4 bulan.

Keistimewaan Malam Ganjil di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan

Malam penuh berkah dan ampunan ini dapat diraih dengan ikhtiar, salah satunya dengan meningkatkan ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Beruntunglah mereka yang berhasil mendapatkannya.

Lalu, bagaimana tanda seseorang telah meraih Lailatul Qadar? Simak penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma’arif atau Buya Yahya.

Penjelasan Buya Yahya

Menurut Buya Yahya, tanda seseorang mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar dapat dilihat dari perubahan dirinya setelah malam itu.

“Jika hari esok lebih baik dari hari kemarin, itulah tanda seseorang mendapatkan Lailatul Qadar,” ujar Buya Yahya, dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Sabtu (22/3/2025).

Sebaliknya, jika seseorang tetap berperilaku buruk setelah malam itu—misalnya masih durhaka kepada orang tua—maka sejatinya ia belum benar-benar meraih Lailatul Qadar.

“Tanda paling jelas adalah perubahan ke arah yang lebih baik, semakin dekat kepada Allah di hari-hari dan tahun-tahun berikutnya,” tambahnya.

Karena itu, Buya Yahya berpesan agar di malam-malam terakhir Ramadhan, umat Islam memperbanyak amal baik dan berusaha memperbaiki diri keesokan harinya.

“Kalau keesokan harinya lebih baik, kemungkinan kita mendapat Lailatul Qadar. Tapi kalau masih terus bermaksiat, berarti kita jauh darinya. Sederhana sekali,” tuturnya.

Keistimewaan Malam Ganjil di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan

Stylesphere – Pendakwah Ustadz Khalid Basalamah menegaskan bahwa malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadan harus menjadi target utama bagi setiap orang beriman. Pada malam-malam ini, umat Islam dianjurkan untuk lebih giat beribadah kepada Allah SWT.

Sebagian besar umat Muslim memilih untuk melaksanakan i’tikaf, yaitu berdiam diri di masjid dalam durasi tertentu, baik siang maupun malam, guna mendekatkan diri kepada Allah.

Rasulullah SAW sendiri lebih banyak menghidupkan malam-malam sepuluh hari terakhir Ramadan dengan ibadah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis:

“Dari Aisyah radhiyallahu anha, ia berkata, ‘Ketika Rasulullah SAW memasuki sepuluh terakhir (Ramadan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiyamul lail), membangunkan keluarganya, serta mengencangkan sarungnya (menjauhi istrinya untuk lebih fokus beribadah)’.” (HR. Muslim, No. 1174)

Apa Keistimewaan Malam-Malam Ganjil di Sepuluh Hari Terakhir Ramadan?


Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa di antara malam-malam tersebut, terdapat satu malam yang sangat istimewa, yaitu Lailatul Qadar, malam yang lebih baik daripada seribu bulan.

“Allah menurunkan dalam surah Al-Qadr di dalam Al-Qur’an yang berbunyi (artinya), ‘Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.’ Atau setara dengan 83 tahun plus 4 bulan ibadah,” ujar Ustadz Khalid, dikutip dari YouTube Khalid Basalamah Official, Jumat (14/3/2025).

Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memaksimalkan ibadah di sepuluh malam terakhir Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil, dengan harapan mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar.

Keistimewaan Lailatul Qadar, Ibadah Senilai Seribu Bulan

Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa, di mana pahala ibadah yang dikerjakan pada malam tersebut dilipatgandakan.

Sebagai contoh, jika seseorang mengucapkan “Subhanallah” bertepatan dengan Lailatul Qadar, maka pahalanya setara dengan mengucapkan kalimat tasbih selama seribu bulan, atau 83 tahun dan 4 bulan.

“Mungkin ada di antara kaum Muslimin yang belum bisa mencapai usia 80 tahun. Namun, jika ia melewati malam itu dan sempat beribadah, seperti berdzikir, berdoa, membaca Al-Qur’an, bersedekah, berbakti kepada orang tua, atau sholat malam, maka semua itu akan dicatat pahalanya setara dengan seribu bulan,” tutur Ustadz Khalid, dikutip dari YouTube Khalid Basalamah Official, Jumat (14/3/2025).

Jangan Lewatkan Kesempatan Emas Lailatul Qadar


Karena keutamaannya yang luar biasa, Ustadz Khalid berpesan agar umat Islam tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia mengajak kaum Muslimin untuk meningkatkan ibadah di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadan, terutama dengan melakukan i’tikaf di masjid.

Bagaimana Jika Tidak Bisa I’tikaf di Masjid?


Lantas, apakah seseorang tetap bisa mengejar Lailatul Qadar jika tidak bisa beri’tikaf di masjid? Simak penjelasannya di bagian berikutnya.

Tidak Bisa I’tikaf? Tetap Kejar Lailatul Qadar di Mana Pun

Ustadz Khalid Basalamah menegaskan bahwa i’tikaf di masjid bukan satu-satunya cara untuk mengejar Lailatul Qadar. Bagi Muslim yang belum bisa beri’tikaf, tetap bisa mendapatkan keberkahan malam istimewa ini dengan memperbanyak ibadah di mana pun.

“Kalau Anda tidak bisa i’tikaf di masjid, Anda tetap bisa memperbanyak ibadah, sibuk di rumah, di jalanan berdzikir, membaca Al-Qur’an, atau mendengarkan majelis ilmu. Dengan begitu, Anda dapat menutup Ramadan dengan amal-amal yang baik,” ujar Ustadz Khalid, dikutip dari YouTube Khalid Basalamah Official, Jumat (14/3/2025).

Lailatul Qadar Hanya Terjadi Sekali dalam Setahun


Ustadz Khalid menjelaskan bahwa Lailatul Qadar hanya terjadi sekali dalam setahun, dan waktu pastinya dirahasiakan oleh Allah SWT. Malam ini bisa jatuh pada malam ke-21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan, dan setiap tahunnya bisa berbeda.

Karena itu, umat Islam dianjurkan untuk lebih giat beribadah di sepuluh hari terakhir Ramadan, serta meniatkan dalam hati agar Allah SWT memudahkan mereka mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.

“Oleh karena itu, di sepuluh terakhir Ramadan, dianjurkan semua Muslim untuk lebih giat beribadah dan meniatkan dalam hati. Semoga Allah mudahkan kita mendapatkan Lailatul Qadar,” pesan Ustadz Khalid.