Stylesphere – Pada bulan Dzulhijjah, terutama saat Hari Raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik, umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan ibadah kurban sebagai bentuk ketaatan dan pendekatan diri kepada Allah SWT. Anjuran ini didasarkan pada firman Allah dalam Surah Al-Kautsar ayat 2:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ Artinya: Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).
Meskipun ibadah kurban sangat dianjurkan, Islam tidak mewajibkan setiap orang untuk melaksanakannya. Ajaran Islam sangat memperhatikan kemampuan serta kondisi ekonomi individu, sehingga pelaksanaan ibadah kurban tidak dimaksudkan untuk memberatkan siapa pun.
Namun, sering muncul pemahaman keliru di tengah masyarakat bahwa ibadah kurban hanya ditujukan bagi mereka yang berkecukupan atau orang-orang kaya saja. Padahal, anggapan ini tidak sepenuhnya tepat. Islam memiliki kriteria yang jelas untuk menentukan siapa yang termasuk “mampu” dan karenanya disunnahkan untuk berkurban.
Batas Mampu Berkurban
Menurut penjelasan yang dikutip dari laman NU Online pada Selasa (20/5/2025), seseorang dikatakan mampu berkurban apabila ia memiliki kelebihan harta setelah mencukupi kebutuhan pokok dirinya dan keluarganya selama hari raya dan hari tasyrik. Artinya, seseorang tidak perlu menjadi orang kaya untuk bisa berkurban. Asalkan ada dana lebih, meskipun tidak besar, dan tidak mengganggu kebutuhan dasar, maka ia sudah termasuk kategori mampu.
Tidak Ada Paksaan
Bagi yang belum mampu, tidak ada kewajiban untuk memaksakan diri. Islam memberikan kelonggaran dan menilai niat serta kesungguhan hati dalam beribadah. Maka, yang terpenting adalah semangat beribadah dan keikhlasan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kapan Seseorang Dianggap Mampu Berkurban? Ini Penjelasan Imam Ibnu Hajar
Penjelasan mengenai batasan kemampuan dalam berkurban juga ditegaskan oleh ulama besar, Imam Ibnu Hajar al-Haitami (w. 974 H), dalam karyanya Tuhfatul Muhtaj fi Syarhil Minhaj. Menurut beliau, seseorang dikatakan mampu berkurban jika ia memiliki kelebihan rezeki setelah mencukupi kebutuhan pokok diri dan keluarganya—seperti makanan dan pakaian—selama Hari Raya Idul Adha hingga tiga hari tasyrik berikutnya.
Imam Ibnu Hajar menjelaskan, karena kurban merupakan bentuk sedekah, maka seseorang yang ingin melakukannya harus sudah terbebas dari kebutuhan pribadi dan keluarganya terlebih dahulu.
Artinya: “Dan (harta untuk berkurban) harus lebih dari kebutuhannya sendiri dan kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, karena kurban adalah bagian dari sedekah.” (Tuhfatul Muhtaj, Juz IV, hlm. 47).
Kesimpulan
Berdasarkan pendapat ini, batas mampu berkurban tidaklah diukur dari status ekonomi yang tinggi, melainkan dari terpenuhinya kebutuhan pokok pribadi dan keluarga. Jika masih ada kelebihan rezeki setelah itu, maka ia termasuk orang yang mampu untuk berkurban. Sebaliknya, jika belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia tidak termasuk dalam golongan yang dibebani ibadah kurban.
Stylesphere – Hari Raya Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, merupakan salah satu momen penting dalam kalender umat Islam yang sarat dengan nilai-nilai spiritual dan sosial. Perayaan ini memperingati ketaatan dan keteguhan Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah SWT untuk mengorbankan putranya tercinta, yang kemudian digantikan oleh Allah dengan seekor domba sebagai wujud rahmat dan kasih sayang-Nya.
Di hari suci ini, umat Muslim di seluruh dunia menggelar salat Idul Adha secara berjamaah, menyembelih hewan kurban, dan membagikan dagingnya kepada keluarga, tetangga, serta mereka yang membutuhkan. Lebih dari sekadar pelaksanaan ibadah, Idul Adha merupakan ajang memperkuat semangat keikhlasan, empati sosial, dan kepedulian terhadap sesama.
Selain berkurban, salah satu cara memperingati Idul Adha yang tak kalah penting adalah dengan menyampaikan ucapan selamat. Memberikan ucapan Hari Raya Idul Adha dalam bahasa Inggris menjadi sarana untuk menebarkan pesan perdamaian, doa, dan kasih sayang yang dapat diterima oleh semua kalangan, tanpa batasan bahasa dan budaya.
Sebagai bentuk apresiasi dan inspirasi, berikut 60 contoh ucapan Idul Adha dalam bahasa Inggris lengkap dengan terjemahannya yang telah dihimpun oleh Stylesphere, Selasa (20/5/2025).
Ucapan Idul Adha Dalam Bahasa Inggris
Eid Mubarak! May your sacrifices be accepted and your prayers answered. Selamat Hari Raya Idul Adha! Semoga pengorbananmu diterima dan doamu dikabulkan.
Wishing you a joyous and peaceful Eid al-Adha! Semoga Idul Adha-mu penuh kebahagiaan dan kedamaian!
Happy Eid al-Adha! May Allah shower His mercy on you and your loved ones. Selamat Idul Adha! Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepadamu dan orang-orang tercintamu.
May this blessed day bring happiness and peace to your heart. Eid Mubarak! Semoga hari yang diberkahi ini membawa kebahagiaan dan kedamaian di hatimu. Selamat Idul Adha!
Eid al-Adha Mubarak! May this day inspire us all to be more compassionate. Selamat Idul Adha! Semoga hari ini menginspirasi kita untuk lebih berbelas kasih.
Eid Mubarak to my dearest family! May our bond grow stronger through faith and sacrifice. Selamat Idul Adha untuk keluarga tercintaku! Semoga ikatan kita semakin kuat melalui iman dan pengorbanan.
Wishing my beloved family a peaceful and blessed Eid al-Adha. Semoga keluarga tercintaku merayakan Idul Adha yang damai dan penuh berkah.
On this sacred day, may our home be filled with warmth and gratitude. Eid Mubarak! Pada hari suci ini, semoga rumah kita dipenuhi kehangatan dan rasa syukur. Selamat Idul Adha!
May Allah accept our Qurbani and strengthen the love in our family. Semoga Allah menerima kurban kita dan mempererat cinta dalam keluarga kita.
Happy Eid to the family that completes me. I am blessed to have you all. Selamat Idul Adha untuk keluarga yang membuat hidupku lengkap. Aku diberkahi memiliki kalian.
Eid Mubarak, my friend! May your day be as bright as your smile. Selamat Idul Adha, temanku! Semoga harimu secerah senyummu.
Wishing you and your family an Eid full of peace and joy. Semoga kamu dan keluargamu merayakan Idul Adha yang penuh kedamaian dan kegembiraan.
On this beautiful occasion, I pray for your success and happiness. Eid Mubarak! Pada kesempatan yang indah ini, aku berdoa untuk kesuksesan dan kebahagiaanmu. Selamat Idul Adha!
Let’s celebrate Eid with a heart full of gratitude and a spirit full of kindness. Mari rayakan Idul Adha dengan hati yang penuh syukur dan semangat kebaikan.
Eid al-Adha Mubarak, bestie! Hope your sacrifice brings immense reward. Selamat Idul Adha, sahabatku! Semoga pengorbananmu membawa pahala besar.
Ucapan idul Adha Sederhana Dalam Bahasa Inggris
Eid Mubarak! Selamat Idul Adha!
Happy Eid al-Adha! Selamat Idul Adha!
Wishing you peace and joy today and always. Semoga kamu selalu dipenuhi kedamaian dan kebahagiaan.
May your Eid be bright and blessed. Semoga Idul Adha-mu penuh cahaya dan berkah.
Joyous Eid wishes to you and your loved ones! Ucapan Idul Adha yang penuh kebahagiaan untukmu dan orang-orang tercinta!
Eid Mubarak, little star! May your smile shine brighter this Eid. Selamat Idul Adha, bintang kecil! Semoga senyummu bersinar lebih terang tahun ini.
Enjoy the sweets, the toys, and the joy of Eid! Nikmati permen, mainan, dan kegembiraan Idul Adha!
Eid al-Adha is more fun when celebrated with kids like you! Idul Adha lebih seru saat dirayakan bersama anak sepertimu!
May this Eid bring lots of gifts and laughter to your day. Semoga Idul Adha ini membawa banyak hadiah dan tawa di harimu.
Happy Eid, my dear child. You’re the reason every celebration is magical. Selamat Idul Adha, anakku tersayang. Kamu adalah alasan setiap perayaan terasa ajaib.
Wishing you and your team a prosperous and peaceful Eid al-Adha. Semoga kamu dan timmu merayakan Idul Adha yang makmur dan damai.
Eid Mubarak! May this holiday bring fresh inspiration to your goals. Selamat Idul Adha! Semoga liburan ini membawa inspirasi baru untuk tujuanmu.
May your hard work be rewarded with blessings this Eid. Semoga kerja kerasmu dibalas dengan berkah di Idul Adha ini.
Sending best wishes of success and peace on this Eid al-Adha. Kirimkan doa terbaik untuk kesuksesan dan kedamaian di Idul Adha ini.
Happy Eid to a valued colleague and friend. Selamat Idul Adha untuk rekan kerja dan sahabat yang berharga.
Ucapan Hari Raya Idul Adha Untuk Pasangan
Eid Mubarak, my love. You are my greatest blessing. Selamat Idul Adha, cintaku. Kamu adalah berkah terbesarku.
May this Eid strengthen our bond and bring us endless happiness. Semoga Idul Adha ini memperkuat ikatan kita dan membawa kebahagiaan tiada henti.
Your love makes every Eid more meaningful. Happy Eid, darling. Cintamu membuat setiap Idul Adha lebih bermakna. Selamat Idul Adha, sayang.
Eid Mubarak to the one who makes my world brighter. Selamat Idul Adha untuk orang yang membuat duniaku lebih bersinar.
Let’s cherish this Eid together and grow stronger in love and faith. Mari rayakan Idul Adha ini bersama dan tumbuh dalam cinta dan iman.
May Allah bless you with health, wealth, and faith. Eid Mubarak! Semoga Allah memberkatimu dengan kesehatan, kekayaan, dan iman. Selamat Idul Adha!
On this holy day, may all your prayers be answered. Di hari yang suci ini, semoga semua doamu dikabulkan.
May your sacrifices bring you closer to Allah and His mercy. Semoga pengorbananmu mendekatkanmu kepada Allah dan rahmat-Nya.
Eid Mubarak! May you always walk on the path of righteousness. Selamat Idul Adha! Semoga kamu selalu berada di jalan yang benar.
Wishing you a heart filled with gratitude and faith this Eid. Semoga hatimu dipenuhi rasa syukur dan iman di Idul Adha ini.
The true meaning of Eid lies in sharing and caring. Happy Eid al-Adha! Makna sejati Idul Adha terletak pada berbagi dan peduli. Selamat Idul Adha!
Celebrate this Eid with a pure heart and open arms. Rayakan Idul Adha ini dengan hati yang tulus dan tangan terbuka.
Eid al-Adha reminds us to give, forgive, and grow. Idul Adha mengingatkan kita untuk memberi, memaafkan, dan berkembang.
May the story of Ibrahim inspire us to obey and trust Allah always. Semoga kisah Nabi Ibrahim menginspirasi kita untuk selalu taat dan percaya kepada Allah.
Let your sacrifices reflect your love for the Creator. Biarlah pengorbananmu mencerminkan cintamu kepada Sang Pencipta.
Stylesphere – Ibadah kurban merupakan salah satu amalan penting dalam Islam yang dilaksanakan setiap Hari Raya Iduladha, termasuk pada perayaan Iduladha 2025 mendatang. Meski demikian, masih banyak umat Muslim yang belum sepenuhnya memahami status hukum kurban, terutama terkait kapan kurban bersifat sunnah dan kapan bisa menjadi wajib.
Kebingungan sering muncul, terutama bagi mereka yang telah berniat untuk berkurban. Dalam ajaran Islam, khususnya menurut Mazhab Syafi’i yang dianut oleh mayoritas ulama (jumhur), hukum kurban pada dasarnya adalah sunnah muakkad. Artinya, kurban sangat dianjurkan tetapi tidak bersifat wajib bagi setiap Muslim.
Namun, ada kondisi tertentu yang dapat mengubah hukum kurban menjadi wajib, salah satunya adalah jika disertai dengan nazar.
Melalui tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Minggu (18/05/2025), pendakwah kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang lebih dikenal dengan Buya Yahya, memberikan penjelasan rinci mengenai hal ini.
Menurut Buya Yahya, jika seseorang dengan tegas menyatakan niat nazar, misalnya dengan mengucapkan, “Aku nazar mau menyembelih kambing sebagai kurban,” maka kurban tersebut otomatis menjadi wajib.
Pernyataan ini dianggap sebagai janji yang mengikat secara syar’i dan tidak boleh diabaikan. Bahkan, Buya Yahya menegaskan bahwa apabila kurban dilakukan sebagai bentuk nazar, maka daging hewan kurban tersebut tidak boleh dimakan oleh orang yang berkurban maupun keluarganya, melainkan harus dibagikan seluruhnya kepada yang berhak menerimanya.
Dengan memahami perbedaan antara kurban yang bersifat sunnah dan yang menjadi wajib karena nazar, umat Muslim diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam berniat dan menjalankan ibadah kurban. Pengetahuan ini juga penting agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan dan pembagian kurban.
Bedakan Kurban Sunnah dan Kurban Nazar, Jangan Sampai Ibadah Jadi Beban
Menjelang Iduladha 2025, pemahaman umat Muslim terhadap hukum kurban kembali menjadi perhatian. Salah satu hal penting yang perlu diketahui adalah perbedaan antara kurban yang sunnah dan kurban yang wajib karena nazar. Hal ini disampaikan oleh pendakwah ternama Buya Yahya, melalui kanal YouTube @buyayahyaofficial, Minggu (18/05/2025).
Menurut Buya Yahya, jika tidak ada niat nazar yang diucapkan secara jelas, maka ibadah kurban tetap berstatus sebagai sunnah muakkad. Dalam hal ini, orang yang berkurban boleh memakan sebagian daging kurbannya, serta membagikannya kepada tetangga, kerabat, dan fakir miskin.
“Selagi kurban itu sunnah, bukan nazar, maka orang yang berkurban boleh memakan dagingnya. Jangan sampai kurban yang seharusnya menjadi ibadah penuh berkah malah berubah menjadi beban,” tegas Buya Yahya.
Namun, berbeda halnya jika seseorang telah menyatakan nazar—misalnya dengan berkata “Saya nazar akan menyembelih kambing untuk kurban”—maka kurban tersebut menjadi wajib, dan ada konsekuensi yang harus ditanggung.
Dalam konteks ini, Buya Yahya mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mengucapkan niat nazar, karena nazar adalah janji kepada Allah yang harus ditepati. Sekali diucapkan, ia tidak bisa dicabut, dan pelaksanaannya memiliki aturan yang berbeda dengan kurban sunnah.
Jika kurban dilakukan sebagai nazar, maka seluruh bagian daging kurban wajib diberikan kepada fakir miskin. Orang yang berkurban maupun keluarganya tidak diperbolehkan mengonsumsinya, karena daging tersebut menjadi bentuk pemenuhan janji kepada Allah, bukan lagi sebagai ibadah sunnah yang bersifat fleksibel.
“Ini yang sering kali tidak dipahami oleh masyarakat, sehingga terjebak dalam anggapan bahwa kurban selalu wajib,” ujar Buya Yahya.
Dengan memahami perbedaan mendasar ini, umat Muslim diharapkan dapat menjalankan ibadah kurban dengan lebih tepat, tenang, dan penuh keberkahan, tanpa terbebani oleh kesalahpahaman dalam niat maupun pelaksanaannya.
Buya Yahya: Kurban Adalah Ibadah Berbagi, Bukan Beban
Buya Yahya kembali menegaskan pentingnya bijak dalam bernazar, terutama terkait ibadah kurban yang akan dijalankan umat Islam pada Iduladha 2025. Ia mengingatkan bahwa kebiasaan sebagian masyarakat yang mudah mengucapkan nazar tanpa pertimbangan matang dapat menimbulkan kewajiban berat yang justru membebani diri sendiri.
“Jangan mudah-mudah bernazar. Nazar itu janji kepada Allah. Sekali terucap, wajib ditunaikan,” kata Buya Yahya melalui kanal YouTube @buyayahyaofficial.
Lebih lanjut, Buya menjelaskan bahwa kurban yang dilakukan tanpa nazar tetap berstatus sunnah muakkad, yakni ibadah yang sangat dianjurkan tetapi tidak wajib. Dalam kondisi ini, orang yang berkurban berhak menikmati sebagian daging kurban, serta membagikannya kepada tetangga, kerabat, dan fakir miskin. Hal ini menjadi sarana berbagi kebahagiaan dan mempererat tali persaudaraan antarwarga.
Terkait pembagian daging, Buya Yahya menyarankan agar fakir miskin tetap menjadi prioritas utama. Namun, menurutnya, tidak ada larangan bagi orang mampu menerima daging kurban, selama tujuannya adalah menjaga kebersamaan dan keharmonisan sosial.
“Kurban jangan sampai menjadi ibadah yang penuh tekanan. Selama tidak dinazarkan, tetaplah pada status sunnah. Jalani dengan ringan, ikhlas, dan gembira,” ujar Buya.
Ia juga menekankan bahwa inti dari kurban adalah niat ikhlas untuk berbagi, bukan sekadar menggugurkan kewajiban. Oleh karena itu, umat Islam diimbau untuk memahami hukum dan aturan seputar kurban, terutama terkait nazar, agar bisa melaksanakan ibadah ini dengan tenang dan penuh keberkahan.
Dengan penjelasan tersebut, Buya Yahya berharap masyarakat dapat menjalani ibadah kurban secara bijak, sadar, dan tidak terburu-buru dalam bernazar, sehingga kurban tetap menjadi ibadah yang membawa manfaat lahir dan batin.
Jangan Tergesa Nazar, Kurban Harus Dilakukan dengan Niat Tulus
Menjelang Hari Raya Idul adha 2025, pendakwah ternama Buya Yahya kembali menekankan pentingnya pemahaman yang benar dalam menjalankan ibadah kurban. Ia memperingatkan agar umat Islam tidak tergesa-gesa melafalkan nazar tanpa mempertimbangkan konsekuensinya secara matang.
“Nazar itu ikatan serius dengan Allah. Jika sudah terucap, maka wajib ditepati. Jangan sampai niat baik berubah menjadi beban hanya karena tidak paham hukum kurban,” ujar Buya Yahya dalam video yang tayang di kanal YouTube @buyayahyaofficial.
Menurut Buya, banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan antara kurban sunnah dan kurban yang menjadi wajib karena nazar. Kurban sunnah bersifat sangat dianjurkan namun tidak mengikat, sehingga pelaksananya boleh menikmati daging kurban dan membaginya kepada sesama. Sementara jika sudah dinazarkan, maka seluruh daging kurban wajib disedekahkan kepada fakir miskin, dan orang yang berkurban tidak boleh memakannya.
Di akhir penjelasannya, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk menjadikan kurban sebagai momen kebersamaan dan berbagi, bukan sumber perdebatan atau tekanan. Ia mengingatkan bahwa perbedaan pendapat soal hukum kurban tidak seharusnya menimbulkan perselisihan di tengah masyarakat.
“Kurban adalah simbol pengorbanan dan ketulusan. Laksanakanlah dengan hati yang lapang, niat yang murni, dan semangat berbagi,” pesannya.
Dengan pemahaman yang tepat mengenai hukum kurban, termasuk konsekuensi dari nazar, Buya Yahya berharap umat Islam bisa menjalani ibadah ini dengan lebih ikhlas, sadar, dan penuh keberkahan.
Semoga penjelasan ini menjadi pencerahan bagi masyarakat agar tidak lagi salah paham dan mampu melaksanakan kurban sesuai tuntunan agama, dengan niat tulus dan semangat persaudaraan.
Stylesphere – Kisah Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, merupakan inti dari Idul Adha. Allah SWT menguji keimanan Nabi Ibrahim AS dengan memerintahkannya untuk mengorbankan putranya yang sangat dicintainya. Nabi Ibrahim AS, dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, siap melaksanakan perintah tersebut.
Keikhlasan Nabi Ismail AS yang rela dikorbankan juga merupakan teladan yang luar biasa. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya ketaatan dan kepasrahan kepada Allah SWT, bahkan dalam menghadapi cobaan yang sangat berat.
Pada saat Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih Nabi Ismail AS, Allah SWT mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor domba sebagai pengganti kurban. Peristiwa ini menunjukkan kasih sayang dan rahmat Allah SWT yang tak terhingga.
Pengujian keimanan Nabi Ibrahim AS dan keikhlasan Nabi Ismail AS mengajarkan kita tentang arti sebenarnya dari pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Kisah ini menjadi landasan utama dari syariat kurban dalam Islam.
Awal Mula Syariat Kurban dalam Islam
Syariat kurban dalam Islam berakar dari kisah Nabi Ibrahim AS. Allah SWT telah menurunkan perintah untuk berkurban dalam Al-Qur’an, seperti yang tercantum dalam QS Al Hajj ayat 34:
Wa likulli ummatin ja’alnaa mansakan liyazkuruu ismallaahi ‘alaa maa razaqahum min bahiimati al-‘an’aami fa ilaahukum ilaahun waahidun fala hu aslimuu wa basysyiril mukhibtiin.
Artinya: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah).”
Rasulullah SAW juga melaksanakan ibadah kurban dan mengajarkannya kepada umatnya. Tradisi kurban kemudian berkembang dari masa ke masa, menjadi bagian integral dari perayaan Idul Adha.
Memahami Makna Idul Adha: Ibadah, Pengorbanan, dan Kepedulian Sosial
Idul Adha, salah satu hari raya besar dalam Islam, diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriah. Momen suci ini tidak hanya menandai puncaknya ibadah haji di Tanah Suci Mekkah, tetapi juga menjadi peringatan atas kisah penuh keimanan dan pengorbanan dari Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Dalam sejarahnya, Nabi Ibrahim menerima perintah dari Allah SWT untuk mengorbankan putra tercintanya sebagai bentuk ketaatan total. Namun, sebelum pengorbanan itu terlaksana, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai bentuk rahmat dan ujian keimanan. Peristiwa ini menjadi simbol penting tentang ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanan dalam ajaran Islam.
Lebih dari sekadar ritual penyembelihan hewan kurban, Idul Adha mengajarkan nilai-nilai luhur yang mencakup kepedulian sosial dan semangat berbagi. Daging hewan kurban yang disembelih tidak hanya untuk keluarga sendiri, melainkan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Tradisi ini menumbuhkan solidaritas dan mempererat ikatan sosial dalam masyarakat.
Idul Adha juga menjadi momentum reflektif bagi umat Muslim untuk menumbuhkan keimanan dan memperkuat hubungan dengan sesama. Di tengah suasana perayaan, umat diajak untuk merenungi makna sejati dari pengorbanan—yakni mendahulukan perintah Allah dan kepentingan orang lain di atas keinginan pribadi.
Sebagai perayaan yang menyatukan umat Muslim di seluruh dunia, Idul Adha adalah saat yang tepat untuk mempererat silaturahmi, memperkuat rasa syukur, dan menumbuhkan empati terhadap sesama. Hari raya ini tidak hanya menjadi bentuk ibadah vertikal kepada Allah, tetapi juga ibadah horizontal yang menumbuhkan cinta kasih dan kepedulian sosial di tengah kehidupan bermasyarakat.
Dengan memahami makna mendalam dari Idul Adha, semoga kita semua dapat menghayati nilai-nilainya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari—menjadi pribadi yang lebih taat, ikhlas, dan peduli terhadap sesama.
Idul Adha: Makna, Asal Usul, dan Nilai Spiritual di Baliknya
Idul Adha merupakan salah satu hari raya terbesar dalam Islam yang sarat makna spiritual dan sosial. Kata “Idul Adha” berasal dari bahasa Arab, di mana ‘Id’ berarti “perayaan” atau “kembali”, dan ‘Adha’ berarti “kurban” atau “sembelihan”. Secara harfiah, Idul Adha berarti Hari Raya Kurban, merujuk pada peristiwa besar dalam sejarah Islam: pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang bersedia menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, demi menjalankan perintah Allah SWT.
Dalam masyarakat Muslim, Idul Adha juga dikenal dengan sebutan Hari Raya Kurban, Lebaran Haji, atau Idul Kubra (hari raya besar), yang membedakannya dari Idul Fitri yang disebut sebagai Idul Shughra (hari raya kecil). Perbedaan ini mencerminkan karakteristik dan nilai utama dari masing-masing hari raya.
Idul Fitri menandai kemenangan spiritual setelah sebulan penuh berpuasa, lebih bersifat personal dan introspektif. Sementara itu, Idul Adha menekankan aspek pengorbanan dan ketaatan kepada Allah SWT, serta kepedulian sosial melalui penyembelihan hewan kurban dan pembagian daging kepada mereka yang membutuhkan.
Momentum Idul Adha tidak hanya memperingati pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail AS, tetapi juga mengajak umat Islam untuk merefleksikan nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks modern, pesan ini tetap relevan: sering kali kita harus membuat keputusan sulit yang menuntut kerelaan untuk melepaskan sesuatu demi kebaikan yang lebih besar, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Ritual penyembelihan hewan kurban bukan hanya bentuk ibadah simbolik, tetapi juga ekspresi konkret dari rasa syukur dan kepatuhan kepada Allah SWT. Melalui ibadah ini, umat Muslim diingatkan untuk berbagi rezeki dan menjalin solidaritas sosial, memperkuat ikatan antar sesama, serta menyebarkan semangat kebaikan.
Idul Adha, dengan segala makna yang terkandung di dalamnya, menjadi momen penting untuk mempertegas komitmen spiritual dan sosial umat Muslim. Semoga kita bisa terus menghidupkan nilai-nilai luhur dari perayaan ini dalam kehidupan kita, tak hanya saat hari raya, tetapi juga sepanjang tahun.
Pelaksanaan Idul Adha dalam Ajaran Islam
Rangkaian ibadah Idul Adha diawali dengan salat Idul Adha yang dilaksanakan pada pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah. Setelah salat, dibacakan khutbah yang biasanya berisi pesan-pesan moral dan ajaran agama.
Takbir dan tahmid dikumandangkan sejak malam Idul Adha hingga hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah). Penyembelihan hewan kurban dilakukan setelah salat Idul Adha atau pada hari-hari tasyrik.
Hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah) merupakan hari-hari yang dianjurkan untuk memperbanyak takbir dan berdoa. Pembagian daging kurban juga dilakukan pada hari-hari tersebut.
Hukum berkurban adalah sunnah muakkadah (sunnah yang dianjurkan). Hewan yang boleh dikurbankan adalah unta, sapi, kambing, atau domba yang memenuhi syarat tertentu.
Syarat hewan kurban antara lain sehat, tidak cacat, dan telah mencapai usia tertentu. Waktu penyembelihan hewan kurban adalah pada tanggal 10, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Daging kurban dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk keluarga yang berkurban, sepertiga untuk kerabat dan tetangga, dan sepertiga untuk fakir miskin. Ada larangan bagi orang yang berkurban untuk memakan daging kurbannya sebelum dibagikan kepada yang berhak menerimanya.