Stylesphere – Sejak zaman dahulu, emas telah menjadi lambang kekayaan, kemuliaan, dan kekuasaan. Nilainya yang stabil, tampilannya yang memukau, serta kelangkaannya menjadikannya berbeda dari logam-logam lain yang ada di muka bumi.
Dalam berbagai kondisi—baik saat ekonomi bergejolak, inflasi meningkat, hingga krisis global—emas tetap menjadi aset andalan yang paling dicari dan dijaga. Bukan tanpa alasan. Di balik kilaunya yang menggoda, emas menyimpan sejarah panjang yang dipercaya telah menyentuh kehidupan manusia sejak masa Nabi Adam AS.
Dalam perjalanannya, logam mulia ini kemudian dibentuk menjadi beragam perhiasan mewah, seperti cincin, gelang, kalung, hingga anting-anting. Daya tariknya tidak pernah pudar, bahkan tetap digemari lintas generasi dari masa ke masa. Perhiasan emas bukan hanya sebagai hiasan, tetapi juga simbol status dan nilai.
Beberapa hadis qudsi bahkan menyebutkan bahwa harga emas tidak akan pernah kehilangan nilainya, bahkan hingga datangnya Hari Kiamat. Hal ini menunjukkan betapa luar biasanya posisi emas dalam sejarah umat manusia, baik secara ekonomi maupun spiritual.
Menariknya, nilai istimewa emas ini juga dikaitkan dengan kisah Nabi Adam AS. Menurut penuturan KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha), seorang ulama kharismatik asal Rembang kepada Anugerahslot islamic. keberhargaan emas memiliki kaitan erat dengan peristiwa ketika Nabi Adam AS diusir dari surga ke bumi.
Gus Baha: Emas Itu Makhluk Paling Angkuh, Tak Menangis Saat Nabi Adam Diusir dari Surga
Dalam sebuah kesempatan tausiyah, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha mengungkapkan pandangan menarik tentang emas, logam mulia yang hingga kini tetap bernilai tinggi.
Menurut Gus Baha, emas sudah mahal sejak zaman Nabi Adam AS dan akan terus bernilai hingga Hari Kiamat. Hal ini, kata beliau, didasarkan pada penjelasan dalam hadis-hadis Qudsi.
“Masyhur dalam hadis-hadis Qudsi, emas itu sampai harganya mahal itu sejak zaman Nabi Adam hingga hari kiamat,” ujar Gus Baha sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Shorts @Gusbahaterbaru1, Jumat (25/07/2025).
Lebih jauh, Gus Baha mengungkapkan sebuah narasi mengejutkan namun penuh makna spiritual: bahwa emas adalah makhluk paling angkuh. Ia tidak menunjukkan empati seperti makhluk lain saat Nabi Adam diusir dari surga.
“Karena emas itu paling angkuh. Makhluk paling angkuh itu emas,” lanjutnya.
“Sebab, ketika Nabi Adam diusir dari surga, semua menangis sebab kasihan kepada Nabi Adam AS, kecuali emas,” terang Gus Baha.
Pandangan ini bukan semata untuk merendahkan emas, melainkan sebagai refleksi agar manusia tidak tergoda oleh kilaunya, dan tetap menjadikan nilai kemanusiaan dan spiritual sebagai yang utama dalam hidup. Sebab, di balik kemewahan dan nilai tinggi emas, tersimpan pelajaran tentang kesombongan dan ujian dunia.
Hikmah di Balik Kemuliaan Emas: Kisah Gus Baha tentang Dialog Emas dan Allah
Dalam sebuah ceramah yang penuh makna, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) menyampaikan sebuah kisah yang menggambarkan asal mula mengapa emas memiliki nilai dan kedudukan tinggi di mata manusia.
Gus Baha mengisahkan sebuah dialog simbolis antara Allah SWT dan emas, yang terjadi saat Nabi Adam AS diusir dari surga karena melanggar larangan-Nya.
“Emas ditanya Allah, ‘Kenapa kamu tidak menangis, padahal Adam Aku usir dari surga?’” tutur Gus Baha, yang merupakan santri kinasih dari almarhum KH. Maimoen Zubair (Mbah Moen).
Jawaban emas pada saat itu sungguh mengejutkan sekaligus penuh prinsip. Emas menyatakan bahwa ia tidak sudi menangisi seseorang yang telah durhaka kepada perintah Allah, bahkan jika orang itu adalah Nabi Adam AS, manusia pertama sekaligus makhluk pilihan.
“‘Tidak sudi, Gusti. Aku menangisi orang yang durhaka kepada-Mu,’” jawab emas dengan tegas, sebagaimana dikisahkan Gus Baha.
Sikap tegas dan berprinsip emas itu justru mendapat penghargaan dari Allah SWT. Karena keteguhannya menjaga kebenaran, Allah pun memuliakan emas dan menjadikannya logam yang paling dicintai manusia sepanjang zaman.
“Allah kemudian berkata, ‘Sikapmu itu benar. Aku janji, akan Aku angkat derajatmu,’” lanjut Gus Baha.
“Tidak ada orang di dunia kecuali yang menyukaimu,” pungkasnya, menukil dari riwayat tersebut.
Makna yang Bisa Diambil
Kisah ini bukan sekadar cerita tentang logam mulia, melainkan pelajaran tentang prinsip, ketegasan, dan keistiqamahan dalam membela kebenaran, meski harus berbeda pendapat dengan banyak pihak.
Emas dihormati bukan karena kilaunya semata, melainkan karena komitmennya terhadap kebenaran dan sikapnya yang tidak mudah terpengaruh oleh rasa kasihan atau emosi.
Melalui kisah ini, Gus Baha ingin mengingatkan bahwa kemuliaan dan derajat tinggi di sisi Allah tidak selalu berkaitan dengan posisi sosial atau bentuk fisik, tapi dengan integritas, kejujuran, dan sikap yang kokoh dalam membela yang benar.
Stylesphere – Dalam eskatologi Islam, kiamat merupakan peristiwa pasti yang akan terjadi sebagai akhir dari kehidupan dunia ini. Meski waktu pastinya tidak diketahui oleh siapa pun, Rasulullah SAW telah memberikan isyarat bahwa hari kiamat semakin dekat. Masa kenabian beliau bahkan disebut sebagai bagian dari akhir zaman, sehingga beliau dikenal sebagai nabi penutup (khatamun nabiyyin).
Menurut Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam karyanya Ensiklopedia Kiamat, berbagai kerusakan yang terjadi di muka bumi, apabila sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, harus dipahami sebagai peringatan serius bagi umat manusia. Ia menegaskan bahwa memahami tanda-tanda kiamat bukan sekadar mengenali kronologi akhir zaman, melainkan menjadi media introspeksi diri agar manusia memperbaiki iman dan amal.
Tanda-tanda Kiamat dan Fenomena Alam
Saat satu demi satu tanda-tanda kiamat mulai tampak di sekitar kita, umat manusia sebenarnya tengah diingatkan bahwa waktu terus mengarah kepada hari pembalasan (yaumul hisab).
Meski demikian, konsep kiamat juga sering dikaitkan dengan fenomena kepunahan massal yang pernah terjadi di masa lalu. Salah satu contoh nyata adalah kepunahan dinosaurus. Banyak orang bertanya-tanya, apakah kiamat kubra kelak akan mirip dengan bencana kepunahan besar seperti itu?
Para ilmuwan telah mengemukakan beberapa teori penyebab musnahnya dinosaurus, antara lain:
Jatuhnya asteroid raksasa yang memicu perubahan iklim ekstrem.
Letusan gunung berapi berskala besar yang menyebabkan kerusakan atmosfer dan lingkungan hidup.
Kiamat dalam Al-Qur’an
Berbeda dari teori ilmiah yang menjelaskan kepunahan masa lalu, Al-Qur’an menggambarkan kiamat kubra sebagai peristiwa yang jauh lebih dahsyat. Beberapa ciri-ciri dan gambaran kiamat dalam Al-Qur’an antara lain:
Langit terbelah (QS. Al-Insyiqaq: 1)
Bintang-bintang berjatuhan (QS. At-Takwir: 2)
Gunung-gunung dihancurkan seperti kapas (QS. Al-Qari’ah: 5)
Laut meluap dan bergabung (QS. At-Takwir: 6)
Seluruh makhluk dibangkitkan untuk dihisab (QS. Al-Zalzalah: 6–8)
Penutup
Dengan memperhatikan gejala-gejala dan peringatan yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis, umat Islam diingatkan untuk tidak terlena oleh kehidupan duniawi. Tanda-tanda kiamat bukan untuk ditakuti secara buta, tetapi untuk menggerakkan hati menuju pertobatan, amal saleh, dan kesiapan menyongsong akhirat.
Karena sesungguhnya, kiamat bukanlah akhir dari segalanya—melainkan awal dari kehidupan yang kekal.
Studi Terbaru: Bukan Gunung Berapi, Asteroid Jadi Penyebab Utama Punahnya Dinosaurus
Melansir ScienceDaily melalui Anugerahslot islamic, Rabu (9/7/2025), tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Universitas Yale menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik bukanlah penyebab langsung kepunahan massal dinosaurus. Sebaliknya, tabrakan asteroid dipastikan menjadi faktor utama di balik musnahnya makhluk purba tersebut.
Penelitian ini dipimpin oleh Asisten Profesor Geologi dan Geofisika, Pincelli Hull, yang dalam makalah ilmiah terbaru mereka di jurnal Science menegaskan bahwa letusan dahsyat dari kawasan Deccan Traps di India terjadi sebelum peristiwa kepunahan massal yang dikenal sebagai Kepunahan Kapur–Paleogen (K–Pg), sekitar 66 juta tahun lalu. Karena terjadi sebelum peristiwa utama, letusan tersebut tidak dianggap berkontribusi langsung terhadap musnahnya dinosaurus.
Meski banyak ilmuwan sebelumnya mencurigai aktivitas vulkanik sebagai pemicu, terutama karena letusan gunung berapi diketahui melepaskan gas seperti sulfur dioksida (SO₂) dan karbon dioksida (CO₂) yang bisa menyebabkan perubahan iklim ekstrem dan pengasaman lingkungan, penelitian Hull menunjukkan bahwa faktor gas tersebut tidak memuncak tepat pada saat kepunahan massal.
“Kami tahu gunung berapi bisa memicu kepunahan karena pelepasan gasnya yang ekstrem dapat mengganggu iklim global,” jelas Hull. “Namun, fokus studi kami adalah pada waktu pelepasan gas, bukan sekadar aliran lava.”
Untuk membuktikannya, tim ilmuwan membandingkan catatan suhu global dan perubahan isotop karbon—yakni variasi atom yang menunjukkan perubahan lingkungan—dari fosil laut dengan model iklim berbasis pelepasan CO₂. Hasil analisis mereka menyimpulkan bahwa aktivitas gunung berapi tidak terjadi bersamaan dengan lonjakan emisi gas atau perubahan iklim besar yang dapat menyebabkan kepunahan massal.
Kesimpulan ini semakin memperkuat teori bahwa tabrakan asteroid raksasa, bukan letusan gunung berapi, adalah penyebab utama berakhirnya era dinosaurus.
Asteroid, Bukan Gunung Berapi, Jadi Pemicu Kepunahan Dinosaurus, Kata Studi Yale
Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Universitas Yale menyimpulkan bahwa tabrakan asteroid adalah penyebab tunggal utama kepunahan massal dinosaurus, bukan aktivitas vulkanik seperti yang lama diperdebatkan.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science, para peneliti menegaskan bahwa sebagian besar pelepasan gas vulkanik terjadi jauh sebelum asteroid menghantam Bumi pada akhir zaman Kapur (Cretaceous), dan karenanya tidak menjadi faktor penentu kepunahan tersebut.
“Aktivitas gunung berapi pada akhir periode Cretaceous memang menyebabkan pemanasan global bertahap sekitar dua derajat, tapi tidak sampai memicu kepunahan massal,” jelas Michael Henehan, mantan peneliti Yale yang menyusun catatan suhu dalam studi ini. Ia menambahkan bahwa saat itu sejumlah spesies memang sempat bermigrasi ke wilayah kutub, namun kembali lagi ke habitat asal mereka jauh sebelum asteroid menghantam Bumi.
Pincelli Hull, pemimpin tim studi, menambahkan, “Banyak orang berspekulasi bahwa gunung berapi punya peran penting dalam kepunahan K–Pg, namun hasil kami menyatakan tegas: ‘Tidak, bukan karena itu.’”
Salah satu area yang sering dikaitkan dengan aktivitas vulkanik besar adalah Deccan Traps di India, yang mengalami letusan dahsyat segera setelah peristiwa kepunahan K–Pg. Hal ini sempat membingungkan ilmuwan, karena tidak ditemukan bukti pemanasan global yang signifikan setelah letusan tersebut.
Namun, studi terbaru ini memberikan penjelasan baru. Menurut Donald Penman, peneliti pascadoktoral di Yale dan pemodel utama studi, kepunahan massal K–Pg telah mengganggu siklus karbon global secara ekstrem.
“Perubahan ini memungkinkan laut menyerap sejumlah besar CO₂ dalam waktu yang lama,” jelas Penman. “Hal ini bisa saja menyamarkan atau menyembunyikan dampak pemanasan dari letusan vulkanik setelah peristiwa kepunahan.”
Kesimpulan dari studi ini memperkuat posisi teori asteroid sebagai penyebab utama musnahnya dinosaurus, sekaligus merevisi pemahaman sebelumnya tentang peran vulkanisme dalam peristiwa tersebut.
Gambaran Dahsyat Kiamat dalam Al-Qur’an
Dalam Islam, kiamat adalah peristiwa besar yang pasti terjadi, meski waktunya hanya Allah SWT yang mengetahui. Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad ﷺ menggambarkan kiamat dengan sangat jelas, mulai dari keruntuhan tatanan kosmos hingga kebangkitan manusia untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.
Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang menggambarkan kedahsyatan hari kiamat:
1. Surat Al-Kahfi Ayat 47
“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar, dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.”
🌋 Ayat ini menggambarkan gunung-gunung bergerak dan hancur, serta seluruh manusia dikumpulkan untuk diadili. Bumi yang dahulu penuh bentang alam akan menjadi datar dan terbuka.
2. Surat Al-Baqarah Ayat 254
“Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang suatu hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada persahabatan dan tidak pula syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”
📌 Di hari kiamat, tidak ada transaksi, hubungan sosial, atau pertolongan antar manusia. Segala urusan hanya antara manusia dan Tuhannya. Ayat ini juga mendorong umat Islam untuk bersedekah sebelum terlambat.
3. Surat Al-Waqi’ah Ayat 4–6
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat. Dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya. Maka jadilah ia debu yang beterbangan.”
🌪️ Ini adalah gambaran kehancuran total bumi dan gunung-gunung saat kiamat. Alam semesta yang tampak kokoh akan berubah menjadi debu tak berarti. Ini menekankan betapa dahsyatnya peristiwa tersebut.
4. Surat Yunus Ayat 46
“Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa) yang Kami janjikan kepada mereka, atau jika Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami-lah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.”
📖 Ayat ini menegaskan bahwa entah kiamat terjadi dalam masa hidup seseorang atau tidak, semua manusia akan kembali kepada Allah SWT. Tak ada yang luput dari pertanggungjawaban.
Kesimpulan
Al-Qur’an menyampaikan peringatan tentang kiamat dengan bahasa yang kuat dan simbolik, agar manusia merenung dan bersiap. Tujuan utamanya bukan sekadar mengetahui kronologi, tetapi menguatkan iman, introspeksi diri, dan memotivasi untuk memperbaiki amal.
💡 Dengan merenungi ayat-ayat ini, kita diajak untuk hidup lebih sadar, bertanggung jawab, dan terus memperbaiki diri sebelum hari itu datang.
Gambaran Hari Kiamat dalam Al-Qur’an (Lanjutan)
Setelah sebelumnya dijelaskan beberapa ayat tentang peristiwa kiamat, berikut ini tambahan ayat-ayat lainnya yang memperkuat deskripsi tentang kedahsyatannya:
5. Surat Qaf Ayat 44
يَوْمَ تَشَقَّقُ ٱلْأَرْضُ عَنْهُمْ سِرَاعًا ۚ ذَٰلِكَ حَشْرٌ عَلَيْنَا يَسِيرٌ “(Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka keluar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami.”
🌀 Ayat ini menggambarkan kebangkitan manusia dari kubur dengan sangat cepat saat bumi terbelah. Allah menegaskan bahwa mengumpulkan seluruh umat manusia bukanlah hal sulit bagi-Nya.
6. Surat Al-Haqqah Ayat 15–18
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ وَٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَهِىَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ وَٱلْمَلَكُ عَلَىٰٓ أَرْجَآئِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَٰنِيَةٌ “Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.”
🌌 Kiamat adalah peristiwa langit terbelah, bumi hancur, dan Arsy Allah dipikul oleh delapan malaikat, menunjukkan kekuasaan Allah yang Mahaperkasa di tengah hancurnya semesta.
7. Surat Al-A’raf Ayat 187
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي… “Mereka menanyakan kepadamu tentang hari akhir: ‘Kapankah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang itu hanya ada di sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskannya selain Dia. Kiamat itu sangat berat (kejadiannya) bagi yang di langit dan bumi. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.’”
📖 Allah menegaskan bahwa waktu pasti kiamat adalah rahasia-Nya. Tidak ada manusia, bahkan Nabi sekalipun, yang mengetahui kapan hari itu datang. Ia datang tiba-tiba, mengejutkan seluruh makhluk.
8. Surat Ghafir Ayat 16
يَوْمَ هُمۡ بَارِزُوۡنَۖ لَا يَخۡفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنۡهُمۡ شَىۡءٌ ؕ لِمَنِ الۡمُلۡكُ الۡيَوۡمَ ؕ لِلّٰهِ الۡوَاحِدِ الۡقَهَّارِ “(Yaitu) hari ketika mereka keluar (dari kubur); tidak ada sesuatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?’ Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”
👑 Di hari itu, seluruh makhluk berdiri di hadapan Allah. Tak ada kekuasaan lain yang berlaku selain kekuasaan mutlak Allah. Semua manusia akan diadili tanpa bisa menyembunyikan apa pun.
Penutup
Ayat-ayat di atas mengajarkan kita bahwa hari kiamat adalah hari yang pasti datang, penuh dengan peristiwa luar biasa, kehancuran semesta, dan kebangkitan seluruh manusia untuk dihisab. Ini bukan hanya informasi, melainkan peringatan dan pengingat spiritual agar manusia tidak lalai dari tujuan hidupnya: beribadah dan bersiap menghadapi akhirat.
Stylesphere – Surat Al-Insyiqaq merupakan surat ke-84 dalam Al-Qur’an, terdiri dari 25 ayat, dan termasuk golongan surat Makkiyah. Nama “Al-Insyiqaq” berasal dari kata yang berarti “terbelah”, merujuk pada peristiwa langit yang terbelah sebagai salah satu tanda dahsyatnya hari kiamat, yang menjadi tema utama surat ini.
Dalam penelitian skripsi yang dilakukan oleh Izharul Irfan (2011), berjudul “Pemberian Catatan Perbuatan dalam Surat al-Insyiqāq (Studi Komparatif antara Tafsir Al-Misbâh dan Al-Qur’ān dan Tafsirnya)”, dijelaskan bahwa baik Tafsir Al-Misbâh karya M. Quraish Shihab maupun Tafsir Departemen Agama Republik Indonesia sepakat bahwa seluruh amal manusia, baik maupun buruk, akan mendapat balasan yang setimpal. Meski pendekatan dan gaya penafsiran kedua sumber tersebut berbeda, kesimpulannya tetap sama: setiap tindakan manusia akan diperhitungkan secara adil oleh Allah SWT.
Surat Al-Insyiqaq memberikan peringatan keras tentang peristiwa hari kiamat. Ayat-ayatnya menggambarkan betapa mengerikannya hari tersebut dan menjadi pengingat bagi manusia agar senantiasa memperkuat iman serta memperbanyak amal saleh.
Melalui Anugerahslot islamic surat ini, Allah menyeru umat manusia untuk taat, beribadah, dan mempersiapkan diri menghadapi hari pembalasan. Surat ini juga mengandung nilai-nilai penting mengenai tanggung jawab individu atas amal perbuatannya, serta keadilan Allah yang akan menilai segala sesuatu tanpa ada yang terlewat.
Surah Al-Insyiqaq: Gambaran Dahsyat Hari Kiamat
Surah Al-Insyiqaq merupakan surah ke-84 dalam Al-Qur’an dan tergolong sebagai surah Makkiyah, yakni surah yang diturunkan di Makkah. Nama “Al-Insyiqaq”, yang berarti “terbelah”, diambil dari kata pada ayat pertama surah ini (QS. 84:1), menggambarkan peristiwa langit yang terbelah sebagai salah satu tanda awal hari kiamat.
Surah ini terdiri atas 25 ayat dan masuk dalam kelompok Al-Mufasshalat, yaitu kumpulan surah pendek yang sering kali diawali dengan kata sumpah atau penanda fenomena besar alam seperti “idhā” (“apabila”). Karakteristik semacam ini umum dijumpai dalam surah-surah yang memuat peringatan dan gambaran tentang hari akhir.
Menurut mayoritas ulama, Al-Insyiqaq diturunkan pada fase akhir periode wahyu Makkiyah. Dalam urutan kronologis pewahyuan, banyak ulama menempatkan surah ini setelah Surah Al-Mutaffifin (Surah ke-83), yang juga menyoroti tema keadilan Ilahi dan balasan atas perbuatan manusia.
Dengan nada yang tegas dan penuh peringatan, surah ini mengajak pembacanya untuk merenungkan kebesaran Allah, serius menghadapi kenyataan akhirat, dan senantiasa bersiap diri dengan keimanan dan amal saleh.
Surah Al-Insyiqaq (QS 84:1–25): Gambaran Kiamat dan Pertemuan Manusia dengan Tuhan
Surah Al-Insyiqaq merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 25 ayat. Nama surah ini diambil dari kata al-insyiqaq yang berarti “terbelah”, merujuk pada fenomena terbelahnya langit sebagai pertanda dimulainya Hari Kiamat. Surah ini secara tegas membantah kaum yang meragukan keberadaan hari akhir, dengan menyajikan gambaran konkret tentang kehancuran kosmik sebagai bukti kekuasaan Allah.
Ayat 1–2: Langit yang Patuh kepada Tuhan
“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya…” Ayat ini menggambarkan bagaimana langit, yang selama ini kokoh dan stabil, akan terbelah atas perintah Allah. Kepatuhan langit menunjukkan bahwa bahkan unsur alam semesta pun tunduk sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Ini menegaskan bahwa tidak ada satu pun makhluk yang dapat menghindar dari kekuasaan-Nya.
Ayat 3–5: Bumi yang Memuntahkan Isinya
“Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya…” Dalam ayat-ayat ini, bumi digambarkan mengalami perubahan besar: menjadi datar dan mengeluarkan seluruh isi perutnya, termasuk tulang-belulang dan jasad manusia. Menurut hadits dan pendapat mufassir seperti Ibnu Katsir, ini merujuk pada proses pengumpulan manusia di padang mahsyar, ketika bumi yang lama digantikan dengan bumi baru untuk menjadi tempat perhitungan.
Situs tafsiralquran.id menafsirkan peristiwa ini sebagai hancurnya tatanan semesta, termasuk lenyapnya bintang-bintang, yang memicu kekacauan besar dalam struktur alam.
Ayat 6: Pertemuan Tak Terelakkan dengan Allah
“Wahai manusia, sesungguhnya kamu bekerja keras menuju Tuhanmu, lalu kamu akan menemui-Nya.” Ayat ini adalah seruan langsung kepada seluruh umat manusia. Penelitian dari UIN Walisongo (Ridwan & Muhaimin, 2024) menunjukkan bahwa ayat ini menegaskan perjuangan hidup setiap manusia—baik yang beriman maupun yang ingkar—pada akhirnya akan berujung pada pertemuan dengan Tuhan. Inilah kepastian hari perhitungan, di mana amal setiap orang akan dinilai secara adil.
Tafsir Surah Al-Insyiqaq: Alam Patuh, Manusia Dipilah
Surah Al-Insyiqaq dibuka dengan gambaran menggetarkan tentang suasana Hari Kiamat. Langit terbelah dan bumi diratakan serta memuntahkan seluruh isi perutnya, baik jasad maupun rahasia yang tersembunyi. Dalam ayat 1–5 ini, langit dan bumi digambarkan sebagai makhluk yang “patuh kepada Rabb-nya”.
Menurut Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, kata “patuh” menunjukkan bahwa seluruh tatanan alam senantiasa mendengar dan tunduk sepenuhnya kepada perintah Allah, bahkan hingga kehancurannya pada Hari Kiamat. Hal serupa dijelaskan pula oleh Ustaz Firanda Andirja dalam Tafsir Juz ‘Amma—bahwa kepatuhan langit dan bumi menunjukkan ketaatan total kepada Sang Pencipta, tanpa pernah membangkang.
Manusia Menuju Rabb-nya: Dua Nasib yang Berbeda
Pada ayat 6, Allah menegaskan bahwa setiap manusia “berusaha menuju Rabb-nya dengan sungguh-sungguh” dan pada akhirnya akan menemui-Nya—membawa catatan amal yang tak dapat disangkal. Dalam ayat-ayat selanjutnya (7–15), manusia digolongkan ke dalam dua kelompok:
Golongan kanan: Mereka yang menerima catatan amal dari sebelah kanan, yakni orang-orang beriman dan beramal saleh. Mereka akan menjalani hisab yang ringan dan kembali kepada keluarga mereka dengan wajah berseri, pertanda kebahagiaan dan keselamatan.
Golongan kiri (dari belakang/punggung): Mereka yang menerima catatan amal dari arah belakang atau tangan kiri, yaitu orang-orang yang kufur. Mereka menyesal dan berseru, “Celakalah aku!”, kemudian dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala sebagai balasan atas kedurhakaan mereka.
Sumpah Ilahi dan Penolakan Manusia
Ayat 16–18 menyajikan sumpah Allah atas berbagai fenomena alam: senja, malam, dan bulan purnama. Ini adalah bentuk penegasan Ilahi terhadap kebenaran hari kiamat dan keharusan manusia untuk beriman. Namun, pada ayat 19–20, Allah menegur sikap sebagian manusia yang tetap tidak mau beriman, meskipun telah diberikan tanda-tanda yang nyata.
Penolakan terhadap Al-Qur’an
Pada ayat 20–22, Surah Al-Insyiqaq menggambarkan penolakan orang-orang kafir terhadap Al-Qur’an. Ketika ayat-ayat Allah dibacakan, mereka tidak bersujud, justru mendustakannya. Mereka menyimpan niat buruk dalam hati, namun Allah Maha Mengetahui segala isi hati dan akan memberikan balasan yang sesuai.
Nilai-Nilai Qur’ani dalam Surah Al-Insyiqaq: Relevansi Kontemporer untuk Kehidupan Modern
Surah Al-Insyiqaq (QS 84) bukan sekadar menggambarkan kehancuran kosmik di Hari Kiamat, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang tanggung jawab moral, kesadaran spiritual, dan penguatan karakter. Tafsir klasik dan kontemporer sepakat bahwa surah ini sarat makna yang sangat relevan dalam konteks kehidupan modern yang cepat, kompleks, dan penuh tantangan.
1. Kesadaran Hari Pembalasan dan Pertanggungjawaban
Ayat 6–10 menggambarkan manusia sebagai kāḍḥịhun ilā rabbika—“yang berjuang menuju Tuhan.” Orang yang menerima kitab amal dari sebelah kanan akan mendapat kemudahan hisab dan kembali dalam kebahagiaan. Sebaliknya, yang menerima dari belakang akan menyesali perbuatannya dan masuk ke neraka.
Relevansi hari ini: Di tengah kesibukan dan gaya hidup konsumtif, kesadaran akan adanya pertanggungjawaban akhirat membentuk integritas dalam bekerja, bersosial, serta menjaga etika di ruang digital.
2. Introspeksi, Muhasabah, dan Perbaikan Diri
Surah ini menekankan pentingnya evaluasi diri. Semua amal dicatat dan akan dimintai pertanggungjawaban. Tafsir modern, seperti dari Mas’ulil Munawaroh, menekankan perlunya muhasabah sebagai bentuk spiritualitas Qur’ani yang kontekstual.
Implementasi masa kini: Muhasabah dapat dilakukan melalui jurnal harian, tadabbur Qur’an, refleksi mingguan, hingga penggunaan aplikasi Islami yang membantu pengingat ibadah dan evaluasi akhlak.
3. Kesabaran dan Optimisme dalam Menjalani Fase Kehidupan
Ayat 19 menyebutkan bahwa manusia “akan melalui tingkat demi tingkat”, menandakan perjalanan hidup: dari lahir, bertumbuh, menghadapi ujian, hingga kematian dan kebangkitan.
Tafsir Al-Maraghi (dalam kajian Nisa’ & Masrury) menjelaskan bahwa nilai-nilai spiritual Qur’ani adalah dasar self-healing dan kekuatan mental menghadapi stres pekerjaan, tekanan ekonomi, maupun krisis psikologis.
4. Kerendahan Hati dan Ketaatan terhadap Tanda-Tanda Allah
Ayat 16–18 berisi sumpah Allah atas senja, malam, dan bulan purnama—simbol keagungan ciptaan-Nya. Tafsir Jalalain dan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menekankan pentingnya sikap tawadhu’ dan kesadaran akan keterbatasan manusia.
Relevansi kontemporer: Dalam dunia yang sering diwarnai kesombongan digital, FOMO, dan budaya pamer, nilai ini mengingatkan pentingnya ketakwaan dan kesederhanaan dalam bermedia dan berinteraksi sosial.
5. Peringatan Tegas, Harapan Tanpa Batas
Surah ini menyeimbangkan antara peringatan keras bagi orang kafir (ayat 20–22) dan harapan besar bagi yang beriman (ayat 24–25). Mereka yang istiqamah dan beramal saleh dijanjikan pahala kekal.
Makna kekinian: Pesan ini mendorong semangat spiritual yang produktif—menghindari sikap fatalistik dan membangun keyakinan bahwa setiap amal, sekecil apa pun, punya nilai di sisi Allah.
6. Pendidikan Karakter melalui Spiritualitas Qur’ani
Kajian seperti dalam Al-Mustaqbal Journal menekankan bahwa memahami Qur’an beserta tafsirnya (bukan sekadar hafalan) membentuk spiritual intelligence: kesadaran diri, empati, kendali moral, dan kecerdasan emosional.
Implikasi pendidikan: Surah ini mendukung kurikulum karakter Islami yang menyeluruh—yang menumbuhkan akhlak mulia, tanggung jawab sosial, dan pengendalian diri berbasis wahyu.
Tanya Jawab Seputar Surat Al-Insyiqaq: Makna, Kandungan, dan Relevansi
Surat Al-Insyiqaq (QS. 84) merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang sarat dengan pelajaran penting tentang Hari Kiamat dan pertanggungjawaban amal manusia. Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai surat ini, beserta jawabannya:
1. Apa arti “Al-Insyiqaq” dan mengapa dinamakan demikian?
Al-Insyiqaq berarti “terbelah”, diambil dari kata “insyaqqa” yang muncul pada ayat pertama surah ini. Kata tersebut merujuk pada peristiwa terbelahnya langit pada Hari Kiamat, sebagai salah satu tanda kehancuran alam semesta. Nama ini mencerminkan tema besar dalam surat ini, yaitu kedahsyatan peristiwa kiamat dan perubahan besar yang akan terjadi atas ciptaan Allah.
2. Surat ke berapa Al-Insyiqaq dalam Al-Qur’an dan terdiri dari berapa ayat?
Surat Al-Insyiqaq menempati urutan ke-84 dalam Al-Qur’an dan terdiri dari 25 ayat. Termasuk dalam kategori surat Makkiyah karena diturunkan sebelum hijrah Nabi ﷺ ke Madinah. Tema utamanya adalah tentang peristiwa kiamat, pencatatan amal manusia, dan balasan yang akan diterima di akhirat kelak.
3. Apa keunikan Surat Al-Insyiqaq dalam konteks bacaan salat?
Nabi Muhammad ﷺ dikenal sering membaca surat Al-Insyiqaq dalam salat, terutama salat Isya atau salat sunnah malam. Biasanya dibaca bersama surat-surat lain yang bertemakan kiamat seperti Al-Infithar, Al-Muthaffifin, dan At-Takwir. Hal ini menunjukkan pentingnya surat ini sebagai pengingat tentang akhirat agar senantiasa hadir dalam keseharian umat Islam, termasuk dalam ibadah.
4. Pelajaran apa yang bisa diambil dari surat ini dalam kehidupan sehari-hari?
Surat ini menanamkan kesadaran bahwa setiap amal manusia akan diperlihatkan dan dipertanggungjawabkan:
🌿 Mereka yang menerima catatan amal dari sebelah kanan akan mengalami hisab yang mudah dan kembali kepada keluarganya dengan penuh kebahagiaan.
🌿 Sebaliknya, mereka yang menerima catatan amal dari belakang akan menjerit penuh penyesalan dan dilemparkan ke dalam neraka.
Pesan moralnya sangat jelas: jaga amal dan niat dalam kehidupan sehari-hari agar kelak dimudahkan dalam hisab dan memperoleh balasan terbaik dari Allah.
5. Apa hubungan Surat Al-Insyiqaq dengan ilmu astronomi?
Ayat-ayat dalam surat ini menyebutkan bahwa langit akan terbelah dan bumi akan diratakan serta mengeluarkan seluruh isinya. Gambaran ini memberikan perspektif kosmis bahwa alam semesta memiliki titik awal dan titik akhir—sejalan dengan prinsip dalam ilmu astronomi modern tentang kelahiran dan kemungkinan kehancuran alam semesta. Pesan tersiratnya adalah: ilmu pengetahuan pun dapat menjadi sarana untuk merenungkan kekuasaan Allah dan keterbatasan ciptaan.
Surat Al-Insyiqaq tidak hanya berbicara tentang peristiwa akhir zaman, tetapi juga membentuk kesadaran moral, spiritual, dan ilmiah yang relevan untuk umat manusia sepanjang masa.