Sholat Subuh dalam Pandangan Tarjih Muhammadiyah: Ibadah yang Sarat Makna Doa

Stylesphere – Sholat dalam Islam bukan sekadar kewajiban rutin, melainkan bentuk ibadah yang mengandung doa dalam setiap gerak dan bacaannya. Menurut pandangan Tarjih Muhammadiyah, sholat — termasuk sholat Subuh — adalah ibadah yang tersusun dari rangkaian perkataan dan perbuatan, dimulai dengan takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.

Melansir Suara Muhammadiyah, Tarjih Muhammadiyah menekankan bahwa hakikat sholat adalah doa itu sendiri. Oleh karena itu, tidak ada satu bentuk doa tertentu yang dikhususkan secara mutlak dalam sholat Subuh. Bacaan dalam sholat, termasuk doa-doanya, dipahami sebagai bagian dari implementasi nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah.

Berikut Anugerahslot ulas lengkapnya, Minggu (6/7/2025).tulis ulang artikel:

Pendekatan Muhammadiyah: Berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis

Dalam praktiknya, sholat Subuh ala Muhammadiyah lebih menekankan pada pemurnian ajaran sesuai dengan pemahaman terhadap dalil-dalil syar’i. Doa dan bacaan yang digunakan dalam sholat merupakan hasil ijtihad terhadap tuntunan Al-Qur’an dan Hadits yang sahih.

Bagi Muhammadiyah, setiap bagian dari sholat merupakan bentuk komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya. Dengan pendekatan seperti ini, keikhlasan, pemahaman makna, dan kesadaran dalam berdoa menjadi lebih utama daripada hanya terpaku pada bentuk bacaan tertentu.

Kesimpulan

Sholat dalam pandangan Tarjih Muhammadiyah bukan hanya ritual formal, tetapi perwujudan doa dan penghambaan secara utuh kepada Allah SWT. Terutama dalam sholat Subuh, pemaknaan terhadap isi doa lebih ditekankan daripada kekakuan pada format tertentu. Inilah yang menjadikan pendekatan Muhammadiyah kaya akan nilai spiritual sekaligus berpijak pada sumber-sumber Islam yang autentik.

Bacaan Doa dalam Sholat Subuh Sesuai Tarjih Muhammadiyah

Dalam pandangan Tarjih Muhammadiyah, pelaksanaan sholat didasarkan pada dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits sahih. Bacaan-bacaan dalam setiap gerakan sholat merupakan bagian tak terpisahkan dari ibadah yang mengandung doa dan makna mendalam. Melansir umj.ac.id, berikut beberapa bacaan doa dalam sholat Subuh sesuai dengan Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah:

1. Doa I’tidal

Saat bangkit dari rukuk (i’tidal), dianjurkan membaca:

  • سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
    Sami’allahu liman hamidah
    Artinya: “Allah mendengar orang yang memuji-Nya.”
  • رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
    Rabbanaa wa lakal hamd
    Artinya: “Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji.”

Atau dengan bacaan yang lebih panjang:

  • سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
    Sami’allahu liman hamidah. Allahumma rabbanaa lakal hamdu mil’us samaawaati wa mil’ul ardhi wa mil’u maa syi’ta min syai’in ba’du
    Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit, bumi, dan semua yang Engkau kehendaki setelah itu.”

Atau bacaan lain yang dianjurkan:

  • سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
    Sami’allahu liman hamidah. Rabbanaa wa lakal hamdu hamdan katsiran thayyiban mubaarakan fiih
    Artinya: “Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sebanyak-banyaknya, baik dan penuh keberkahan.”

2. Doa Sujud

Beberapa bacaan sujud dalam Tarjih Muhammadiyah antara lain:

  • سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
    Subhaanaka Allahumma rabbanaa wa bihamdika, Allahummaghfirlii
    Artinya: “Maha Suci Engkau, ya Allah, Tuhan kami, dan dengan pujian kepada-Mu, aku mohon ampun.”

Atau doa yang lebih ringkas:

  • سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى
    Subhaana rabbiyal a’laa
    Artinya: “Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi.”

Atau doa tambahan lainnya:

  • سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ
    Subbuuhun qudduusun, rabbul malaaikati war ruuh
    Artinya: “Maha Suci, Maha Kudus, Tuhan para malaikat dan ruh (Jibril).”

3. Doa Tasyahud Akhir

Bacaan tasyahud akhir sesuai Tarjih Muhammadiyah adalah sebagai berikut:

اَلتَّحِيَّاتُ لِلّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Attahiyyaatu lillaahi washsholawaatu waththayyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh. Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish-shoolihiin. Asyhadu an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.

Artinya:
“Segala kehormatan, sholat, dan kebajikan adalah milik Allah. Keselamatan atasmu, wahai Nabi, beserta rahmat dan keberkahan Allah. Keselamatan atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

4. Shalawat dan Doa Perlindungan

Shalawat Ibrahimiyah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa shallaita ‘alaa Ibraahiima wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidun majiid. Allahumma baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarakta ‘alaa Ibraahiim wa ‘alaa aali Ibraahiim, innaka hamiidun majiid.

Artinya:
“Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan sholawat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Limpahkan pula keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau berkahi Nabi Ibrahim dan keluarganya.”

5. Doa Perlindungan

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Allahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam, wa min ‘adzaabil qabr, wa min fitnatil mahyaa wal mamaat, wa min syarri fitnatil masiihid-dajjaal.

Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka Jahannam, dari azab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Dajjal.”

Pandangan Muhammadiyah tentang Qunut dalam Sholat Subuh

Perbedaan pandangan mengenai pelaksanaan doa qunut dalam sholat Subuh sering menjadi perhatian di tengah umat Islam. Salah satu pandangan yang berbeda datang dari Muhammadiyah, yang melalui Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki pendirian tersendiri mengenai praktik qunut.

Menurut penjelasan Syamsul Anwar sebagaimana dilansir dari muhammadiyah.or.id, hadis-hadis yang menyebut Nabi Muhammad SAW membaca qunut Subuh secara terus-menerus hingga wafat dinilai dhaif (lemah). Bahkan sebagian di antaranya tidak hanya lemah secara sanad (rantai periwayatan), tetapi juga bertentangan dengan hadis sahih yang lebih kuat.

Dalam hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah membaca qunut hanya selama satu bulan, itupun dalam konteks musibah besar yang menimpa umat Islam (qunut nazilah). Setelah itu, beliau meninggalkannya dan tidak kembali melakukannya secara rutin. Atas dasar inilah Muhammadiyah berpendapat bahwa qunut tidak dilakukan dalam sholat Subuh secara tetap.

Pandangan ini selaras dengan prinsip purifikasi (tajdid) yang dianut Muhammadiyah, yaitu mengembalikan ajaran Islam kepada Al-Qur’an dan hadis sahih. Maka dari itu, dalam tuntunan ibadahnya, Muhammadiyah tidak menganjurkan pembacaan qunut pada sholat Subuh, kecuali jika dilakukan sebagai qunut nazilah, dalam kondisi darurat seperti bencana, peperangan, atau musibah besar lainnya.

Meskipun demikian, perbedaan praktik ini tidak seharusnya menjadi sumber perpecahan di tengah umat Islam. Dalam khazanah keilmuan Islam, perbedaan pendapat merupakan hal yang lumrah dan diakui. Oleh karena itu, setiap Muslim diharapkan dapat saling menghormati perbedaan tersebut dan tetap menjaga ukhuwah Islamiyah.

Panduan Mandi Wajib Pria dalam Islam: Tata Cara yang Benar dan Sesuai Sunnah

Stylesphere – Dalam ajaran Islam, mandi wajib atau ghusl merupakan bentuk pensucian diri dari hadas besar yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim. Bagi kaum pria, mandi wajib menjadi keharusan setelah mengalami junub, mimpi basah, atau selesai melakukan hubungan suami istri. Memahami tata cara mandi wajib pria yang benar dan sesuai dengan tuntunan sunnah sangat penting agar ibadah yang dilakukan sah dan diterima oleh Allah SWT.

Mandi wajib tidak hanya bermakna membersihkan tubuh secara lahiriah, tetapi juga menjadi bentuk penyucian spiritual. Ini adalah momen untuk menyegarkan jiwa dan memperbarui niat dalam beribadah serta mendekatkan diri kepada Allah. Berikut rangkuman lengakap Anugerahslot islamic.

Tata Cara Mandi Wajib Sesuai Sunnah Nabi

Dalam Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq (2008), dijelaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki urutan tertentu dalam melaksanakan mandi wajib. Tata cara tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Berniat dalam hati untuk menghilangkan hadas besar.
  2. Mencuci kedua tangan sebanyak tiga kali.
  3. Membersihkan kemaluan dan bagian tubuh yang terkena najis.
  4. Berwudhu seperti hendak shalat.
  5. Menyiram seluruh tubuh dengan air, dimulai dari sisi kanan, kemudian sisi kiri.
  6. Memastikan air mengenai seluruh bagian tubuh, termasuk sela-sela rambut, lipatan kulit, dan bagian tersembunyi lainnya.

Tata cara ini bukan hanya menekankan kebersihan fisik, tetapi juga mengajarkan keteraturan, kesempurnaan, dan kesadaran spiritual dalam bersuci.

Pentingnya Meratakan Air ke Seluruh Tubuh

Penjelasan serupa juga tercantum dalam Ensiklopedi Fikih Islam karya Syaikh Abdul ‘Azhim bin Badawi Al-Khalafi. Ia menegaskan bahwa salah satu syarat sahnya mandi wajib adalah meratakan air ke seluruh tubuh tanpa ada bagian yang terlewat. Ini termasuk bagian-bagian yang sering terlupakan seperti lipatan kulit, belakang telinga, dan sela-sela jari.

Lebih dari Sekadar Ritual Fisik

Mandi wajib sejatinya bukan hanya sekadar prosedur teknis, tetapi merupakan cerminan adab dan kesucian dalam Islam. Kesungguhan dalam menjalankan tata cara mandi wajib mencerminkan penghormatan terhadap ibadah dan komitmen untuk menjaga kebersihan lahir maupun batin.

Kesimpulan:

Mandi wajib bagi pria merupakan kewajiban penting yang menyertai berbagai kondisi hadas besar. Melaksanakannya sesuai sunnah Nabi SAW bukan hanya menjadikan ibadah sah, tetapi juga membawa ketenangan dan kesegaran spiritual. Dengan memahami tata caranya secara menyeluruh, kita bisa menjalani ibadah dengan lebih sempurna dan penuh makna.

Bacaan Niat Mandi Wajib Pria yang Sesuai Syariat

Mandi wajib merupakan salah satu bentuk ibadah penyucian diri dari hadas besar yang diwajibkan dalam Islam. Sebelum memulai mandi wajib, penting bagi seorang Muslim untuk membaca niat, karena niat adalah syarat sahnya ibadah menurut mayoritas ulama, termasuk dalam madzhab Syafi’i.

Berikut beberapa bacaan niat mandi wajib pria yang dapat digunakan:

1. Bacaan Niat Mandi Wajib yang Sederhana

Arab:
نَوَيْتُ الغُسْلَ لِرَفْعِ الجِنَابَةِ

Latin:
Nawaitul ghusla li raf’il janabati.

Artinya:
“Saya berniat mandi untuk menghilangkan junub.”

Bacaan ini umum digunakan dan mencukupi syarat sah niat dalam konteks mandi wajib setelah junub atau mimpi basah.

2. Bacaan Niat Mandi Wajib yang Lebih Lengkap

Arab:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ الأَكْبَرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Latin:
Nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbari fardhan lillahi ta’ala.

Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah, aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar, fardhu karena Allah Ta’ala.”

Bacaan ini lebih lengkap dan menegaskan bahwa mandi tersebut dilakukan sebagai kewajiban ibadah karena Allah SWT.

Kapan Niat Harus Dibaca?

Dalam madzhab Syafi’i, niat harus dilakukan bersamaan dengan menyiramkan air pertama kali ke tubuh. Artinya, niat tidak cukup hanya diucapkan sebelumnya, tetapi harus diiringi dengan tindakan awal dari mandi wajib itu sendiri.

Kesimpulan:

Membaca niat sebelum mandi wajib adalah bagian penting dalam pelaksanaan ibadah bersuci dari hadas besar. Baik menggunakan niat yang singkat maupun yang lengkap, yang terpenting adalah menghadirkan kesadaran dalam hati bahwa mandi tersebut dilakukan untuk menghilangkan hadas dan karena Allah SWT. Lakukan niat dengan sungguh-sungguh agar mandi wajib sah dan ibadah setelahnya diterima.

Tata Cara Mandi Wajib Pria Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Sebagai seorang Muslim, penting untuk mengetahui dan menghafalkan tata cara mandi wajib atau ghusl sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Mandi wajib dilakukan untuk menghilangkan hadas besar dan menyucikan diri sebelum beribadah. Berikut ini adalah langkah-langkah mandi wajib pria sesuai sunnah:

1. Membaca Niat

Langkah pertama adalah membaca niat mandi wajib. Niat dilakukan dalam hati, dan dapat dilafalkan seperti:

Nawaitul ghusla li raf’il janabati
“Saya berniat mandi untuk menghilangkan junub.”

2. Membasuh Kedua Telapak Tangan

Disunnahkan untuk mencuci kedua tangan sebanyak tiga kali. Hal ini bertujuan agar tangan bersih dari najis atau kotoran sebelum melanjutkan ke bagian tubuh lainnya.

3. Membersihkan Kotoran pada Bagian Tersembunyi

Bersihkan bagian tubuh yang rentan najis, terutama area kemaluan, pusar, ketiak, dan lipatan-lipatan tubuh lainnya. Gunakan tangan kiri untuk membersihkan bagian-bagian tersebut.

4. Mencuci Tangan Kembali Menggunakan Sabun

Setelah membersihkan kemaluan dan bagian najis, cucilah tangan kembali, idealnya dengan menggosokkannya ke tanah atau tembok (sebagai simbol penghilangan najis), kemudian bilas dengan air dan sabun.

5. Berwudu Seperti untuk Sholat

Lakukan wudu sebagaimana biasa saat hendak sholat. Mulai dari membasuh wajah, tangan, menyapu kepala, dan membasuh kaki. Anda boleh menunda membasuh kaki hingga akhir mandi jika berdiri di tempat yang tergenang air.

6. Membersihkan Pangkal Rambut

Masukkan jari-jari tangan ke pangkal rambut dan usap kulit kepala hingga air merata. Setelah itu, siram kepala sebanyak tiga kali hingga air menyentuh seluruh bagian rambut dan kulit kepala.

7. Membasuh Seluruh Tubuh

Guyur seluruh tubuh dengan air secara merata, dimulai dari sisi kanan, lalu sisi kiri. Gosok-gosok badan dan pastikan air membasahi semua bagian tubuh, termasuk area tersembunyi seperti sela jari kaki, pusar, telinga, dan lipatan kulit lainnya.

8. Membaca Doa Setelah Mandi Wajib

Setelah selesai mandi, dianjurkan membaca doa berikut:

Arab:
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ

Latin:
Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu, wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu. Allahumma-j‘alni minat-tawwabiin, waj‘alni minal-muthathohhiriin.

Artinya:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri.”

Kesimpulan:

Mandi wajib bukan hanya ritual bersih-bersih, melainkan ibadah yang menuntut ketertiban, kebersihan, dan kesungguhan hati. Dengan mengikuti tata cara mandi wajib pria sesuai sunnah, seorang Muslim tidak hanya menjaga kesucian fisik, tetapi juga meraih keutamaan spiritual sebagai bagian dari ketaatan kepada Allah SWT.

Sunnah-Sunnah dalam Mandi Junub Menurut Imam al-Ghazali

Mandi junub tidak hanya dilakukan untuk memenuhi kewajiban bersuci dari hadas besar, tetapi juga menjadi sarana untuk menyempurnakan ibadah dan meneladani tuntunan Rasulullah SAW. Menurut laman resmi Kementerian Agama RI, beberapa sunnah dalam mandi junub dijelaskan secara rinci oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Bidâyatul Hidâyah. Berikut adalah sunnah-sunnah tersebut:

1. Membasuh Kedua Tangan Tiga Kali

Sebelum memulai mandi junub, disunnahkan untuk membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali sebagai langkah awal dalam membersihkan diri.

2. Membersihkan Kotoran dan Najis

Sunnah berikutnya adalah membersihkan najis atau kotoran yang masih menempel di tubuh, khususnya di bagian-bagian tersembunyi seperti kemaluan, pusar, dan lipatan tubuh.

3. Berwudhu dengan Sempurna

Lakukan wudhu sebagaimana ketika hendak melaksanakan salat. Ini menjadi bentuk kesempurnaan dalam bersuci sebelum mandi.

4. Mengguyur Kepala Tiga Kali Disertai Niat

Guyurlah kepala sebanyak tiga kali, sambil menghadirkan niat dalam hati untuk menghilangkan hadas besar. Ini merupakan inti dari mandi junub.

5. Mengguyur Tubuh dari Kanan ke Kiri

Disunnahkan mengguyur bagian tubuh sebelah kanan terlebih dahulu sebanyak tiga kali, kemudian bagian kiri dengan jumlah yang sama.

6. Menggosok Tubuh Tiga Kali

Gosok seluruh tubuh, baik bagian depan maupun belakang, sebanyak tiga kali. Hal ini membantu memastikan air benar-benar merata ke seluruh tubuh.

7. Menyela Rambut dan Jenggot

Bagi yang memiliki rambut tebal atau jenggot, disunnahkan untuk menyela-nyelanya agar air mencapai pangkal rambut dan tidak ada bagian yang tertinggal.

8. Memastikan Air Mengenai Lipatan Kulit

Pastikan air mengalir ke bagian tubuh yang tersembunyi seperti lipatan kulit, belakang telinga, dan sela-sela jari. Ini menunjukkan kehati-hatian dalam menyucikan diri.

9. Menghindari Menyentuh Kemaluan Setelah Wudhu

Jika setelah berwudhu tangan menyentuh kemaluan, disarankan untuk memperbarui wudhu. Hal ini untuk menjaga kesempurnaan wudhu dalam rangkaian mandi.

Kesimpulan:

Mandi junub adalah bagian dari adab bersuci yang sangat ditekankan dalam Islam. Melakukan sunnah-sunnah di atas tidak hanya menyempurnakan ibadah mandi wajib, tetapi juga menjadi bentuk keteladanan terhadap praktik Rasulullah SAW. Memahami dan mengamalkannya adalah cerminan dari ketekunan dan kehati-hatian seorang Muslim dalam menjaga kesucian lahir dan batin.

Penyebab Seorang Pria Wajib Mandi Junub dalam Islam Sesuai Sunnah Rasulullah SAW

Dalam ajaran Islam, ghusl atau mandi wajib merupakan salah satu bentuk ibadah yang bertujuan untuk menyucikan diri dari hadas besar. Mandi wajib menjadi syarat utama sebelum melaksanakan ibadah-ibadah yang memerlukan kesucian, seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an, thawaf, dan ibadah lainnya. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang mewajibkan seorang pria untuk melakukan mandi wajib, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, hadis, dan sunnah Rasulullah SAW:

1. Keluar Mani Karena Syahwat, Baik Saat Terjaga Maupun Tidur (Mimpi Basah)

Apabila air mani keluar karena rangsangan syahwat—baik karena hubungan suami istri, masturbasi, atau mimpi basah—maka wajib bagi pria untuk mandi junub. Rasulullah SAW bersabda:

“Air (mandi) itu karena air (mani).”
(HR. Muslim, no. 343)

Dalam hadis lain, Ummu Salamah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang laki-laki yang bermimpi basah, dan beliau bersabda:

“Kalau ia melihat air (mani), maka ia harus mandi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa keluarnya mani dalam kondisi apa pun tetap mewajibkan mandi, asalkan ada tanda fisik berupa keluarnya cairan tersebut.

2. Berhubungan Suami Istri, Meskipun Tidak Sampai Keluar Mani

Dalam Islam, mandi wajib juga diwajibkan bagi pria yang melakukan hubungan intim, meskipun tidak sampai mengalami ejakulasi. Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila dua kemaluan bertemu (terjadi penetrasi), maka wajib mandi, meskipun tidak keluar mani.”
(HR. Muslim, no. 349)

Hadis ini menegaskan bahwa hubungan badan dengan penetrasi sudah cukup menjadi sebab wajibnya mandi, meski tidak terjadi keluarnya mani.

3. Masuk Islam (Bagi Mualaf)

Bagi seorang pria yang memeluk Islam, disyariatkan untuk mandi wajib sebagai simbol penyucian diri dari kehidupan sebelumnya. Hal ini merujuk pada kisah sahabat Qais bin ‘Ashim:

“Qais bin ‘Ashim masuk Islam, lalu Nabi SAW memerintahkannya mandi.”
(HR. Abu Dawud, no. 355)

Para ulama menyebutkan bahwa mandi ini dianjurkan bahkan diwajibkan sebagai bentuk awal dari kebersihan fisik dan spiritual setelah memeluk agama Islam.

4. Kematian (Jenazah Wajib Dimandikan)

Seorang Muslim yang wafat wajib dimandikan oleh sesama Muslim. Ini merupakan bagian dari fardhu kifayah bagi umat Islam yang hidup. Memandikan jenazah adalah bentuk penghormatan terakhir sekaligus penyucian sebelum dikafani, dishalatkan, dan dikuburkan.

Kesimpulan:

Mandi wajib merupakan kewajiban yang memiliki dimensi ibadah sekaligus kebersihan dalam Islam. Seorang pria harus memahami situasi-situasi yang mewajibkan mandi junub agar dapat menjalankan ibadah dengan sah dan sempurna. Dengan mematuhi sunnah Rasulullah SAW dalam bersuci, seorang Muslim akan senantiasa berada dalam kondisi suci, baik secara lahir maupun batin.