Memahami Doa ASAD: Refleksi Spiritualitas dalam Dunia Pencak Silat

Stylesphere – Pencarian mengenai doa ASAD kerap memunculkan pertanyaan tentang asal-usul, struktur, serta kedudukannya dalam ajaran Islam. Perlu diketahui, doa ini bukan merupakan bagian dari doa-doa baku yang secara eksplisit tercantum dalam Al-Qur’an maupun hadis. Sebaliknya, doa ASAD merupakan bentuk ekspresi spiritual yang tumbuh dari nilai-nilai budaya dan identitas organisasi, khususnya dalam lingkungan Perguruan Silat Nasional Ampuh, Sehat, Aman, Damai (Persinas ASAD).

Dalam lingkup Persinas ASAD, doa ini tidak sekadar menjadi rangkaian kata permohonan, melainkan sarana internalisasi nilai-nilai luhur seperti disiplin, kekuatan moral, dan keseimbangan batin. Doa ASAD biasanya dibacakan sebelum dan sesudah sesi latihan, sebagai pengingat bahwa setiap gerakan silat bukan hanya tentang kekuatan fisik, tetapi juga harus dilandasi dengan niat yang ikhlas dan hati yang bersih.

Kalimat-kalimat dalam doa ini mencerminkan harapan akan kekuatan yang tidak hanya “ampuh,” tetapi juga dibingkai dalam semangat “sehat, aman, dan damai” — sejalan dengan makna akronim ASAD itu sendiri. Menariknya, tidak ada satu versi tunggal dari doa ASAD yang berlaku secara nasional. Setiap cabang atau generasi perguruan silat bisa saja memiliki redaksi doa yang sedikit berbeda, tergantung pada latar belakang budaya lokal atau penekanan nilai-nilai tertentu dalam ajarannya.

Menurut H. Hamdan Hamedan, MA dalam bukunya Koleksi Doa & Zikir Pilihan untuk Perlindungan Diri, setiap bentuk doa yang tidak bertentangan dengan syariat Islam dan bertujuan untuk memperkuat ketakwaan kepada Allah SWT tetap memiliki nilai ibadah. Selama kandungan doa tersebut tidak mengandung unsur syirik dan tetap sejalan dengan prinsip-prinsip akidah Islam, maka doa seperti ASAD bisa menjadi sarana spiritual yang sah dan bermakna.

Dengan demikian, doa ASAD dapat dipahami sebagai bentuk spiritualitas kontekstual — lahir dari lingkungan pencak silat, namun tetap berpijak pada niat yang lurus dan semangat pengabdian kepada Tuhan. Ia menjadi bagian dari praktik hidup yang menggabungkan aspek fisik, mental, dan spiritual secara harmonis.

Berikut ini Anugerahslot islami ulas selengkapnya, Jum’at (18/7/2025).

Bacaan Doa Asad dalam Bahasa Arab, Latin, dan Artinya

Berikut ini bacaab doa ASAD yang bisa anda amalkan sehari-hari: 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ 

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ 

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْنَا عَلَى اللهِ 

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِيْ اْلأَرْضِ وَلاَ فِيْ السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ 

اللّٰهُمَّ افْتَحْ لَنَا حِكْمَتَكَ وَانْشُرْ عَلَيْنَا رَحْمَتَكَ يَاذَاالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ 

اللّٰهُمَّ اكْفِنَاهُمْ بِمَا شِئْتَ اللّٰهُمَّ اعْطِنَا الْعَافِيَتَ وَالْقُوَّةَ مِنْ عِنْدِكَ وَانْصُرْنَا عَلَى أَعْدَائِنَا وَاشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مَنْ أَفْسَدَنَا حَسْبُنَا اللهُ لاَإِلَهَ إِلاَّهُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ 

اللّٰهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِيْ نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ 

بِسْمِ اللهِ عَلَى أَنْفُسِنَا وَدِيْنِنَا 

بِسْمِ اللهِ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ أَعْطَانَا رَبُّنَا 

بِسْمِ اللهِ خَيْرِ اْلأَسْمَاءِ 

بِسْمِ اللهِ الَّذِى لاَيَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ دَاءٌ 

بِسْمِ اللهِ افْتَتَحْنَا وَعَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا اللهُ اللهُ رَبُّنَا لاَ نُشْرُكُ بِهِ أَحَدًا نَسْأَلُكَ 

اللّٰهُمَّ بِخَيْرِكَ مِنْ خَيْرِكَ الَّذِى لاَيُعْطِيْهِ أَحَدٌ غَيْرُكَ عَزَّجَارُكَ وَجَلَّ ثَنَائُكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ إِجْعَلْنَا فِيْ عِيَاذِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ سُلْطَانِ وَمِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ 

اللّٰهُمَّ إِنَّا نَحْتَرِسُ بِكَ مِنْ شَرِّ جَمِيْعِ كُلِّ ذِيْ شَرِّ خَلَقْتَهُ وَنَحْتَرِزُ بِكَ مِنْهُمْ وَنُقَدِّمُ بَيْنَ أَيْدِيْنَا 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 

وَمِنْ خَلْفِنَا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 

وَعَنْ يَمِيْنِنَا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 

وَعَنْ يَسَارِنَا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 

وَمِنْ فَوْقِنَا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 

وَمِنْ تَحْتِنَا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ اللهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ 

اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ 

Arab Latin: 

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Alhamdulillaahi rabbil ‘alamiin 

Allaahumma sholli ‘ala Muhammad, wa ‘ala aali Muhammad 

Bismillaahi tawakaltu ‘alallaah 

Bismillaahilladzi laa yadhurru ma ‘asmihi syaiun fil ardhi, walaa fissamaai wahuwas samii’ul ‘aliim 

Laa haula walaa quwwata illa billaahil ‘aliyul ‘aziim 

Allaahummaftahlanaa hikmataka wansyur ‘alaynaa rahmataka yaa dzaljalaali wal ikram 

Allaahmmak finiihim bimaa syi’ta 

Allaahumma’thinaal ‘aafiyata wal quwwata min ‘indika wanshurnaa ‘ala a’dainaa wasydud wa thaataka ‘ala man afsadanaa 

Hasbiallaahu laa ilaaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul ‘arsyil ‘aziim 

Allaahumma inna naj’aluka fi buhuurihim wana’uudzubika min syuruu rihim 

Allaahuakbar allahuakbar allahuakbar 

Bismillaahi ‘ala nafsi wadiini, bismillahi ‘ala kulli syaiin a’thaanibni, bismillaahi khairul asmaa’ 

Bismillaahilladzi laa yadhurru ma’asmihi 

Bismillaahif tatahtu wa ‘alallaahi tawakkaltu allaahu allaahu rabbi laausyriku bihi ahadan as aluka 

Allaahumma bikhairika min khairikalladzii laa yu’thiihi ahadun ghairuka ‘azza wa jaa ruka, wajalla tsanaauka, wa laa ilaa ha ghairukaj ‘alnii fii ‘iyaazika min syari kulli sulthanin waminasy syaythaanir rajiim 

Allahumma inni ahtarisu bika, min syarri jamii’I kulli dzii syarri khalaqtahu wa ahtarizu bika minhum, wa uqaddimu baina yada 

Bismillaahirrahmaanirrahiim 

Qul huwallaahu ahad, allaahush shomad, lam yalid walam yuulad, walam yakun lahu kufuwan ahad 

Wamin khalfi (mitsla dzaalika) wa ‘an yamiin (mitsla dzaalika) wa ‘an yasaari (mitsla dzaalika) wamin fauqi (mitsla dzaalika) 

Allaahumma sholli ‘ala uhammad, wa ‘ala aali Muhammad, alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin 

Artinya: 

“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, 

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 

Semoga Allah memberikan rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad. 

Dengan menyebut nama Allah, aku pasrah kepada Allah. 

Dengan nama Allah, zat yang tidak bisa memudaratkan beserta nama-Nya, apapun yang ada di bumi dan tidak memudaratkan apapun yang ada di langit. Dia, Allah, zat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 

Tidak ada daya dan upaya, serta tidak ada kekuatan kecuali hanya dari Allah, zat yang Maha Luhur dan Maha Besar. 

Ya Allah, bukakanlah untukku hikmah-Mu, dan bentangkanlah atasku rahmat-Mu, wahai zat yang memiliki kemuliaan dan keagungan. 

Ya Allah, semoga Engkau mencukupkan aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki. 

Ya Allah, berikanlah padaku kesehatan dan kekuatan dari sisi-Mu. 

Dan semoga Engkau menolong aku dari musuh-musuhku. 

Dan semoga Engkau memperkuat langkahku dalam menghadapi orang-orang yang hendak merusak aku. 

Ya Allah, semoga Engkau memberikan rahmat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, dan segala puji bagi Allah.”

Makna Doa dalam Tradisi Persinas ASAD

Persinas ASAD merupakan salah satu perguruan silat terkemuka di Indonesia yang dikenal memiliki filosofi dan nilai-nilai khas dalam pembinaan anggotanya. Nama ASAD sendiri merupakan akronim dari Ampuh, Sehat, Aman, Damai—sebuah semboyan yang tidak sekadar menjadi identitas, tetapi juga menjadi prinsip hidup yang dijunjung tinggi oleh seluruh keluarga besar perguruan ini.

Dalam praktik sehari-hari, salah satu aspek penting yang membedakan Persinas ASAD adalah keberadaan doa ASAD, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan latihan. Doa ini biasanya dibacakan sebelum dan sesudah sesi latihan sebagai bentuk permohonan kepada Tuhan agar setiap aktivitas berlangsung dengan keberkahan, keselamatan, dan kekuatan spiritual.

Lebih dari itu, doa ASAD berfungsi sebagai media pembinaan mental dan karakter. Melalui pengucapannya secara rutin, para pesilat didorong untuk senantiasa menanamkan semangat positif, sikap rendah hati, dan nilai juang yang selaras dengan visi-misi Persinas ASAD.

Dengan demikian, doa ini bukan hanya bentuk ritual, tetapi juga wujud komitmen spiritual dalam menyeimbangkan kekuatan fisik dan kekuatan batin, menjadikan latihan silat sebagai sarana pembentukan pribadi yang tangguh, beretika, dan beriman.

Makna Mendalam Surat Al-Maidah Ayat 2: Pedoman Hidup Harmonis dalam Islam

Stylesphere – Dalam kehidupan umat Islam, Al-Qur’an berperan sebagai petunjuk utama yang membimbing tidak hanya hubungan dengan Allah SWT, tetapi juga relasi sosial antar manusia. Setiap ayat memiliki nilai yang dalam dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ayat yang mengandung pesan moral dan sosial yang kuat adalah Surat Al-Maidah ayat 2.

Ayat ini diturunkan dalam konteks sejarah dan spiritual yang kompleks pada masa Nabi Muhammad SAW, khususnya terkait dengan pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Namun, pesan universal di dalamnya tetap relevan dan menjadi tuntunan bagi umat Islam hingga kini.

Surat Al-Maidah ayat 2 mengajarkan prinsip-prinsip penting seperti menjaga kesucian ibadah, menghindari permusuhan, dan yang paling utama, menggalakkan kerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan. Allah SWT menegaskan bahwa umat Islam harus saling membantu dalam hal-hal yang membawa manfaat dan menjauhi hal-hal yang mengandung dosa dan permusuhan.

Dalam ayat ini, terdapat juga larangan keras terhadap tindakan-tindakan yang dapat merusak tatanan kehidupan beragama, seperti melanggar hukum-hukum Allah, serta mengganggu ketertiban ibadah dan ritual yang dijalankan oleh kaum Muslimin, terutama ketika mereka sedang menjalankan ibadah haji.

Berikut rangkuman lengkap Anugerahslot islamic.

Inti pesan dari Surat Al-Maidah ayat 2 adalah sebagai berikut:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)

Melalui ayat ini, umat Islam diajak untuk memperkuat nilai-nilai solidaritas sosial, menjadikan kebaikan sebagai landasan bersama, serta menjauhkan diri dari sikap saling menjatuhkan yang bisa merusak persatuan.

Dengan merenungi dan mengamalkan isi dari Surat Al-Maidah ayat 2, umat Islam akan mampu membangun masyarakat yang penuh rahmat, saling menghargai, dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketakwaan dalam setiap aspek kehidupan.

Bunyi Surat Al Maidah Ayat 2

Terima kasih telah membagikan Surat Al-Māidah ayat 2 lengkap beserta lafal Arab, latin, dan terjemahannya. Ayat ini merupakan salah satu ayat penting dalam Al-Qur’an karena mengandung panduan komprehensif terkait:

  1. Etika dalam beribadah (terutama ibadah haji dan umrah),
  2. Larangan melakukan pelanggaran terhadap syiar-syiar Allah,
  3. Menjaga kesucian waktu dan tempat suci,
  4. Sikap adil meskipun terhadap musuh, dan
  5. Perintah tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan serta larangan bekerja sama dalam dosa dan permusuhan.

🔍 Ringkasan Kandungan Makna Al-Maidah Ayat 2:

Bagian AyatMakna
“Lā tuḥillū sya’ā’irallāh…”Jangan mengabaikan syiar atau simbol kesucian agama, termasuk ritual haji dan waktu-waktu suci.
“Wa lā yajrimannakum syana’ānu qawmin…”Jangan biarkan kebencian terhadap suatu kaum mendorongmu berlaku zalim atau melampaui batas.
“Wa ta’āwanū ‘alal-birri wat-taqwā…”Perintah untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
“Wa lā ta’āwanū ‘alal-ithmi wal-‘udwān…”Larangan saling membantu dalam perbuatan dosa dan permusuhan.
“Wattaqullāh, innallāha syadīdul-‘iqāb”Seruan untuk bertakwa karena Allah sangat berat siksaan-Nya bagi pelanggar.

🧭 Pesan Moral dan Praktis:

  • Menjaga nilai-nilai sakral agama dan ibadah.
  • Berbuat adil bahkan terhadap orang yang memusuhi kita.
  • Menjaga persatuan dan harmoni sosial dengan kerja sama dalam kebajikan.
  • Menjauhi kolaborasi dalam dosa, fitnah, dan konflik sosial.
  • Menumbuhkan takwa sebagai benteng pribadi dan sosial.

Asbabun Nuzul Surat Al Maidah Ayat 2

Penjelasan Anda tentang asbāb al-nuzūl (sebab turunnya) Surat Al-Māidah ayat 2 berdasarkan kitab Lubāb al-Nuqūl fī Asbāb al-Nuzūl karya Imam Jalaluddin al-Suyūṭī sangat tepat dan mencerminkan ajaran utama ayat ini, yaitu:

🌿 Konteks Historis:

  • Tahun ke-6 Hijriyah, Rasulullah SAW bersama para sahabat berniat menunaikan umrah ke Makkah, namun dihalang-halangi oleh kaum Quraisy.
  • Para sahabat yang merasa diperlakukan tidak adil, berniat membalas dengan menghalangi rombongan musyrik yang akan menunaikan ibadah ke Makkah.
  • Turunnya ayat ini menjadi teguran langsung dari Allah SWT agar mereka tidak membalas kezaliman dengan kezaliman serupa.

✨ Nilai-Nilai yang Ditekankan dalam Ayat:

  1. Menjaga kesucian ibadah dan tempat-tempat suci, meskipun terhadap orang yang tidak seiman.
  2. Larangan membalas kejahatan dengan kejahatan, apalagi jika tindakan tersebut mengganggu urusan ibadah seseorang.
  3. Pentingnya menahan diri dari sikap emosional, bahkan ketika diprovokasi oleh ketidakadilan.
  4. Mengedepankan keadilan, kesabaran, dan ketakwaan dalam menghadapi konflik.

🧠 Hikmah Penting:

“Keadilan dan ketakwaan bukan hanya diuji dalam kondisi damai, tetapi juga saat terzalimi. Islam menuntun umatnya untuk tetap menjunjung prinsip moral tinggi, bahkan kepada mereka yang menyakiti.”

Ayat ini menunjukkan tingginya standar etika dalam Islam, sekaligus menjadi pelajaran kontekstual dan universal: bahwa perilaku adil dan beradab tidak boleh dikompromikan, meskipun dalam situasi tertekan atau penuh emosi.

Jika Anda menginginkan, saya bisa bantu menyusun:

  • Tafsir tematik dari ayat ini
  • Kajian atau materi ceramah
  • Kutipan inspiratif untuk media sosial
  • Perbandingan penafsiran dari beberapa ulama

Tafsir Surat Al Maidah Ayat 2

Penjelasan Anda tentang Surat Al-Māidah Ayat 2 berdasarkan Tafsir Kementerian Agama RI dan Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka telah menggambarkan dua sudut pandang yang sangat penting: tafsir hukum dan tafsir moral-spiritual. Berikut adalah rangkuman dan penulisan ulang dalam gaya naratif yang utuh, lebih mengalir namun tetap setia pada substansi:

🌙 Tafsir Surat Al-Māidah Ayat 2: Panduan Etika dan Spiritualitas dari Al-Qur’an

Surat Al-Māidah ayat 2 merupakan salah satu ayat yang kaya dengan nilai hukum, sosial, dan moral. Ayat ini ditujukan kepada orang-orang beriman sebagai pengingat akan tanggung jawab mereka dalam menjaga kesucian agama, menjunjung keadilan, serta menghindari permusuhan yang melampaui batas.

📖 Tafsir Versi Kementerian Agama RI

Kementerian Agama Republik Indonesia melalui tafsir resminya menggarisbawahi bahwa ayat ini memuat lima larangan utama bagi umat Islam, yaitu:

  1. Tidak Melanggar Syiar Allah
    Syiar Allah mencakup berbagai ketentuan dan simbol agama seperti tempat ibadah, waktu-waktu suci, dan aturan-aturan syariat yang harus dihormati.
  2. Menghormati Bulan-bulan Haram
    Terdapat empat bulan haram dalam kalender Hijriyah: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Dalam bulan-bulan ini, dilarang melakukan peperangan atau kekerasan, sebagai upaya menjaga kedamaian dan kesucian.
  3. Tidak Mengganggu Hewan Kurban (Hadyu dan Qalaid)
    Hadyu adalah hewan kurban yang dikirim ke Tanah Haram, sementara Qalaid adalah hewan yang ditandai dengan kalung khusus sebagai simbol ibadah. Keduanya harus dihormati dan tidak diganggu.
  4. Menghormati Jamaah Haji dan Umrah
    Mereka yang menuju Baitullah dengan niat beribadah wajib dijaga dan tidak boleh dihalangi, karena mereka sedang mencari ridha Allah.
  5. Tidak Melakukan Pembalasan secara Berlebihan karena Dendam
    Sekalipun pernah dizalimi, umat Islam dilarang membalas secara melampaui batas. Kebencian tidak boleh menjadi alasan untuk berlaku tidak adil.

Selain larangan, ayat ini juga mengandung dua perintah penting:

  • Bertolong-tolonganlah dalam kebaikan dan ketakwaan
  • Jangan saling membantu dalam dosa dan permusuhan

Penutup ayat ini ditandai dengan peringatan keras: “Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat keras hukuman-Nya.” Ini menggarisbawahi betapa seriusnya Allah dalam menegakkan keadilan dan ketakwaan di tengah umat.

🕊 Pandangan Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar

Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka memberikan pendekatan yang lebih mendalam secara moral dan spiritual. Ia menafsirkan bahwa ayat ini merupakan seruan hati nurani dan akhlak bagi kaum Muslimin.

Menurut Buya Hamka, pesan utama dari ayat ini adalah menjaga takwa, karena takwa adalah bekal hidup yang paling berharga, baik di dunia maupun akhirat. Ia mengingatkan bahwa manusia sering lalai, lebih mengikuti hawa nafsu, dan lupa bahwa setiap perbuatan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Lebih lanjut, Buya Hamka menyoroti bahwa kebencian sering kali menjadi alasan untuk berbuat aniaya. Namun, Islam hadir untuk memutus rantai kebencian dan menggantinya dengan rahmat, kesabaran, dan keadilan.

✨ Inti Pesan Surat Al-Māidah Ayat 2:

“Iman tidak hanya ditunjukkan lewat ibadah, tetapi juga melalui sikap adil, kerja sama dalam kebaikan, serta menahan diri dari dendam dan kebencian.”

Ayat ini tidak hanya relevan untuk konteks ibadah seperti haji dan umrah, tetapi juga sangat aplikatif dalam kehidupan sosial sehari-hari. Ia menjadi pedoman bagi umat Islam agar selalu berada dalam koridor etika, tanggung jawab moral, dan kesadaran spiritual.

Jika Anda ingin, saya bisa bantu membuatkan:

  • Ringkasan poin-poin ayat untuk ceramah Jumat
  • Konten dakwah visual atau media sosial
  • Kajian tafsir tematik berbasis ayat ini

Sholat Taubat: Waktu Terbaik dan Tata Caranya

Stylesphere – Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia tak luput dari kesalahan dan dosa. Sebagai umat Muslim, Allah SWT memberikan jalan untuk memperbaiki diri dan memohon ampunan melalui taubat, salah satunya dengan melaksanakan sholat taubat.

Sholat taubat merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang merasa telah melakukan kesalahan dan ingin kembali mendekat kepada Allah. Berikut rangkuman lengkap dari Anugerahslot islamic.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nur ayat 31:

وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

Artinya: “Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”

Kapan Waktu Sholat Taubat yang Utama?

Sholat taubat dapat dilakukan kapan saja, terutama setelah menyadari kesalahan dan merasa bersalah atas perbuatan dosa. Namun, ada waktu-waktu yang lebih utama untuk melaksanakannya:

  • Malam hari, khususnya sepertiga malam terakhir
  • Setelah sholat Isya dan sebelum Subuh
  • Setelah melakukan dosa atau maksiat, segera setelah menyesalinya

Catatan: Sholat taubat tidak dianjurkan dilakukan pada waktu-waktu yang dilarang untuk sholat, seperti saat matahari terbit, tepat di tengah hari, dan saat matahari terbenam.

Tata Cara Sholat Taubat

Sertai taubat dengan komitmen kuat untuk tidak mengulangi dosa yang sama.

  • Niat dalam hati untuk melaksanakan sholat taubat.
  • Melaksanakan dua rakaat sholat sunnah seperti biasa.
  • Setelah sholat, lanjutkan dengan memohon ampunan kepada Allah secara tulus dan bersungguh-sungguh.
  • Bacalah istighfar berulang-ulang, misalnya: Astaghfirullahal ‘adzim, alladzi la ilaha illa Huwal Hayyul Qayyum wa atubu ilaih.

Penutup

Sholat taubat adalah bentuk pengakuan dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Tuhannya. Allah Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat selama nyawa belum sampai di tenggorokan.

Jadi, jangan tunda taubat. Segera kembali kepada Allah, karena keberuntungan sejati adalah milik mereka yang terus berusaha memperbaiki diri.

Pengertian dan Keutamaan Sholat Taubat

Sholat taubat adalah sholat sunnah yang dikerjakan dengan niat memohon ampunan kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan yang telah diperbuat. Ibadah ini menjadi wujud penyesalan yang mendalam serta tekad yang kuat untuk meninggalkan perbuatan maksiat dan kembali ke jalan yang diridhai Allah SWT.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Tidaklah seorang hamba melakukan dosa, lalu ia berwudhu dengan sempurna, kemudian mendirikan sholat dua rakaat dan memohon ampun kepada Allah, melainkan Allah akan mengampuninya.”
Kemudian Rasulullah membaca ayat:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat Allah lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari Allah?” (QS. Ali Imran: 135)

Hadis ini menunjukkan bahwa sholat taubat adalah jalan spiritual yang kuat untuk menghapus dosa, asalkan dilakukan dengan penuh keikhlasan dan penyesalan yang tulus.

Hukum Sholat Taubat

Para ulama sepakat bahwa sholat taubat hukumnya sunnah, yakni sangat dianjurkan bagi siapa pun yang merasa telah melakukan kesalahan atau dosa. Namun, bertaubat itu sendiri hukumnya wajib bagi setiap muslim. Artinya, setiap kali seorang hamba menyadari dosanya, ia wajib segera bertaubat dan tidak menundanya.

Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menegaskan bahwa menunda taubat adalah dosa tersendiri yang juga perlu ditaubati. Ini memperjelas betapa pentingnya kesegeraan dalam kembali kepada Allah setelah berbuat salah.

Makna Taubat dan Tujuan Sholat Taubat

Secara bahasa, taubat berarti kembali — yakni kembali dari jalan yang salah menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Dalam konteks ibadah, taubat mencerminkan usaha sadar seorang hamba untuk memperbaiki diri, memperkuat iman, dan menjauhi dosa.

Sholat taubat menjadi media untuk melengkapi proses taubat tersebut. Ia tidak hanya bentuk permohonan ampun, tetapi juga bentuk komitmen spiritual untuk meninggalkan dosa, memperbaiki diri, dan meraih ampunan Allah dengan kerendahan hati.

Kapan Waktu Terbaik Melaksanakan Sholat Taubat?

Sholat taubat adalah salah satu bentuk ibadah sunnah yang dapat dilakukan kapan saja, baik di siang maupun malam hari. Namun, terdapat waktu-waktu tertentu yang diharamkan untuk sholat, sehingga sholat taubat tidak boleh dikerjakan saat itu.

Menurut kajian Almas Abyan al-Fatih dalam el-Sunnah: Jurnal Kajian Hadis dan Integrasi Ilmu (2024), waktu-waktu yang diharamkan untuk melaksanakan sholat adalah:

  1. Saat fajar kedua (masuk waktu Subuh) hingga terbit matahari.
  2. Saat matahari terbit hingga naik sepenggalah.
  3. Saat matahari tepat di tengah langit (zawal) menjelang Dzuhur.
  4. Saat matahari mulai terbenam hingga masuk waktu Maghrib.

Sepertiga Malam Terakhir: Waktu Paling Mustajab

Meskipun sholat taubat bisa dikerjakan kapan saja (di luar waktu terlarang), para ulama menyepakati bahwa sepertiga malam terakhir adalah waktu paling utama untuk memohon ampunan kepada Allah SWT.

Penelitian tentang Praktik Thariqah Naqsyabandiyah di Malang menyebutkan bahwa sepertiga malam terakhir adalah saat paling mustajab untuk berdoa dan bertaubat, karena pada waktu tersebut Allah SWT membuka pintu rahmat-Nya selebar-lebarnya.

Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Imam Bukhari:

“Tuhan kita Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam ketika sepertiga malam terakhir, lalu berfirman: ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya.’”
(HR. Bukhari, no. 1145)

Hadis ini menjadi dalil kuat bahwa taubat dan doa yang dipanjatkan di sepertiga malam terakhir memiliki kemungkinan besar untuk dikabulkan.

Pandangan Imam Al-Ghazali

Dalam kitab klasik Ihya’ Ulumiddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan keutamaan sepertiga malam terakhir sebagai waktu paling mulia untuk beribadah. Ia menulis:

“Waktu yang paling utama untuk beribadah di malam hari adalah sepertiga malam terakhir, karena pada saat itu hati lebih tenang, pikiran lebih jernih, dan kesungguhan lebih mudah diraih.”
(Ihya’ Ulumiddin, Juz I, Bab Qiyamul Lail)

Imam Al-Ghazali menambahkan bahwa sholat malam, termasuk sholat taubat, yang dilakukan dalam suasana hening dan penuh khusyuk ini berpotensi lebih besar diterima, karena bertepatan dengan turunnya rahmat dan ampunan Allah SWT.

Keistimewaan Sholat Taubat di Sepertiga Malam Menurut Ulama dan Sains

Sholat taubat merupakan salah satu bentuk ibadah yang mencerminkan penyesalan mendalam atas dosa, serta tekad kuat untuk kembali kepada Allah SWT. Meskipun bisa dikerjakan kapan saja, para ulama dan bahkan kalangan ilmuwan sepakat bahwa sepertiga malam terakhir adalah waktu paling istimewa untuk melaksanakannya.

Pandangan Ilmiah Modern

Dalam jurnal Journal of Religion and Health oleh Abdullahi, S. (2018) berjudul “The Psychospiritual Benefits of Night Prayers in Islam”, dijelaskan bahwa bangun malam untuk berdoa atau sholat memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan jiwa. Secara biologis, waktu menjelang subuh menciptakan suasana paling kondusif untuk merenung, menenangkan diri, dan mendekat kepada Tuhan. Ketenangan ini dapat menstabilkan emosi dan mengurangi stres, sehingga menjadikan sholat malam sebagai terapi spiritual yang efektif.

Penjelasan Ulama dalam Kitab-Kitab Klasik

Dalam kitab Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, disebutkan bahwa:

“Sholat taubat terdiri dari dua rakaat yang dilakukan dengan penuh penyesalan dan niat untuk tidak mengulangi dosa. Waktu terbaiknya adalah malam hari, khususnya di sepertiga malam terakhir.”
(Fiqh Sunnah, Juz II, hal. 51)

Pandangan ini diperkuat oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam karya monumentalnya Madarij as-Salikin. Ia menulis:

“Waktu terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah pada saat manusia tidur lelap dan jiwa dalam keadaan paling tenang, yaitu sepertiga malam terakhir.”
(Madarij as-Salikin, Jilid II, hal. 73)

Hal ini menunjukkan bahwa di saat mayoritas manusia terlelap, justru pintu-pintu langit terbuka lebar bagi mereka yang ingin bertaubat dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Kesimpulan: Harmoni Ilmu dan Iman

Dari berbagai pandangan ulama dan bukti ilmiah, dapat disimpulkan bahwa sholat taubat di sepertiga malam terakhir bukan hanya dianjurkan secara agama, tetapi juga bermanfaat secara psikologis. Waktu ini menjadi momen spiritual yang sangat istimewa untuk memperbaiki hubungan dengan Allah SWT, memperkuat mental, dan meraih ketenangan jiwa.

Tata Cara Memohon Ampunan Melalui Sholat Taubat

Tata cara sholat taubat pada dasarnya sama dengan sholat sunnah lainnya, yaitu terdiri dari dua rakaat. Buku Panduan Tata Cara Sholat Taubat Nasuha (Mutia Nurul Syahrani, 2018) menyebutkan urutan pelaksanaannya secara rinci, dimulai dengan niat.

Niat sholat taubat diucapkan dalam hati atau dilafalkan, yaitu: “Ushalli sunnatat taubati rak‘ataini lillahi ta‘āla”.

Setelah itu, dilanjutkan dengan takbiratul ihram, membaca doa iftitah, membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek, rukuk, sujud, tasyahud, dan salam. Setelah selesai sholat, dianjurkan untuk membaca istighfar dan doa taubat. Bekal Islam menyatakan bahwa sholat taubat mengikuti rukun shalat sunnah lainnya, tapi niat menjadi inti utama praktik ini.

Berikut adalah bacaan istighfar yang dianjurkan setelah melaksanakan sholat taubat:

“Astaghfirullahal ladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyuumu wa atuubu ilaihi”.

Artinya: ‘Aku meminta pengampunan kepada Allah yang tidak ada tuhan selain Dia Yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya.’ Bacaan istighfar ini hendaknya diucapkan sebanyak 100 kali sambil diresapi artinya dalam hati dengan setulus-tulusnya.

Keutamaan Sholat Taubat

Sholat taubat memiliki banyak keutamaan bagi umat Muslim yang melaksanakannya.

  • Pengampunan Dosa Secara Langsung 

Salah satu keutamaan sholat taubat adalah pengampunan langsung dari Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, bahwa Allah SWT akan mengampuni dosa-dosa seseorang yang melakukan sholat taubat dengan tulus.

  • Pembersihan Jiwa dan Hati

Sholat taubat membersihkan hati dari dosa masa lalu. Memberikan rasa seolah “takhdiran baru,” menepis noda batin. Amalan ini menjadi “reset spiritual” yang menenangkan pikiran dan meningkatkan kualitas rohani.

  • Meningkatkan Kesadaran Diri

Sholat taubat memaksa pelakunya untuk merenungkan kesalahannya, Refleksi ini memacu introspeksi dan niat tidak mengulangi dosa. Kita menjadi lebih waspada dan bertanggung jawab terhadap amal harian.

  • Memperkuat Hubungan dengan Allah

Menjalani sholat taubat berarti mengakui kelemahan dan bergantung pada pengampunan Allah. Amalan ini mempererat hubungan spiritual, karena disertai dengan permintaan ampun dan komitmen berubah. Allah menjadikan bertaubat sebagai jalan menuju rahmat dan pengkhususan hati kepada-Nya.

  • Memberi Ketenangan Batin

Selain membersihkan dosa, sholat taubat menghantarkan ketenangan jiwa . Bebas dari rasa bersalah, hati menjadi ringan dan pikiran lebih fokus.Efeknya mirip terapi psikologis: mengurangi stres dan memberi rasa damai.

Pengertian Suhuf: Wahyu Ilahi dalam Bentuk Lembaran

Stylesphere – Dalam proses penyampaian wahyu kepada para nabi dan rasul, Allah SWT menurunkan wahyu dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah suhuf. Istilah ini merujuk pada lembaran-lembaran wahyu yang belum dibukukan menjadi sebuah kitab yang utuh seperti Taurat, Injil, Zabur, atau Al-Qur’an.

Secara umum, suhuf adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan dalam bentuk lembaran (ṣaḥīfah), yang berisi pesan-pesan moral, nasihat, dzikir, dan petunjuk hidup. Berbeda dari kitab suci yang bersifat lengkap dan sistematis, suhuf bersifat lebih ringkas dan sederhana, namun tetap memiliki peran penting dalam sejarah pewahyuan Ilahi.

Definisi Menurut Para Ahli

Dalam buku Materi Pendidikan Agama Islam (2019) karya M. Syukri Azwar Lubis, dijelaskan bahwa:

“Suhuf adalah lembaran-lembaran yang berisi kumpulan wahyu Allah SWT yang diberikan kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia.”

Pernyataan ini menekankan bahwa suhuf merupakan wahyu yang memiliki bentuk fisik, berupa helai-helai lembaran, namun belum dihimpun menjadi mushaf atau kitab yang terorganisasi.

Sementara itu, dalam buku Konsep Mayoritas Ahlussunnah Wal Jamaah karya Idik Saeful Bahri, disebutkan bahwa:

“Suhuf adalah wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada nabi dan rasul dalam bentuk lembaran yang tidak sempurna.”

Penjelasan ini memperjelas perbedaan utama antara suhuf dan kitab, di mana suhuf hanya berisi pesan-pesan pokok dan tidak lengkap secara struktur, sedangkan kitab adalah wahyu yang telah tersusun secara menyeluruh dan dijadikan pedoman abadi bagi umat.

Kesimpulan

Suhuf merupakan bentuk awal dari wahyu yang diberikan Allah kepada beberapa nabi, berisi ajaran-ajaran dasar, nilai moral, dan petunjuk singkat. Meskipun tidak sekomprehensif kitab suci, keberadaan suhuf sangat penting dalam sejarah kenabian dan pewahyuan, menjadi bagian dari proses penyampaian risalah Ilahi sebelum disempurnakan dalam bentuk kitab.

Disusun oleh Anugerahslot Islamic, Sabtu (12/7/2025).

Pengertian Suhuf dalam Islam: Lembaran Wahyu yang Menjadi Fondasi Ajaran Ilahi

Dalam ajaran Islam, suhuf merupakan salah satu bentuk wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para nabi dan rasul sebelum adanya kitab suci yang tersusun rapi. Suhuf berfungsi sebagai pedoman hidup awal yang berisi ajaran dasar tentang keimanan, akhlak, dan petunjuk moral.

Definisi Suhuf Menurut KBBI dan Literatur Islam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), suhuf diartikan sebagai lembaran seperti halaman buku, surat, atau dokumen, dan dalam konteks Islam, istilah ini mengacu pada wahyu Ilahi yang disampaikan dalam bentuk lembaran kepada nabi dan rasul, sebelum dihimpun menjadi kitab.

Suhuf bersifat sementara dan tidak memuat hukum syariat secara rinci. Isinya terbatas pada pesan-pesan pokok seperti tauhid, moralitas, dan petunjuk umum kehidupan.

Asal Usul Bahasa dan Isi Suhuf

Dalam Ensiklopedia untuk Anak-Anak Muslim: Al-Mawsu’ah Lil-Attal al-Muslim, dijelaskan bahwa:

“Suhuf berasal dari kata ṣaḥīfah, bentuk jamak dari sahifah, yang berarti helai atau lembaran.”

Suhuf diartikan sebagai semacam kitab kecil yang diturunkan kepada para nabi, tetapi tidak berisi hukum agama secara mendetail, melainkan nasihat dan nilai-nilai dasar keagamaan.

Penjelasan dalam Buku Ajaran Islam

Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VII karya Tatik Pudjiani, dkk., disebutkan bahwa:

“Suhuf adalah kumpulan wahyu Allah SWT yang ditulis dalam lembaran-lembaran terpisah, misalnya dari kulit binatang, pelepah kurma, atau bahan alam lainnya.”

Karena isinya yang singkat dan tidak sistematis, suhuf tidak dibukukan menjadi kitab. Namun demikian, ia mengandung prinsip dasar kehidupan beragama dan disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu.

Pandangan M. Syukri Azwar Lubis

Dalam Materi Pendidikan Agama Islam, M. Syukri Azwar Lubis menegaskan bahwa:

“Suhuf adalah wahyu Allah dalam bentuk lembaran yang diberikan kepada para rasul sebagai pedoman hidup, berisi ajaran tentang akhlak, tauhid, dan nilai-nilai dasar keimanan.”

Suhuf menjadi fondasi spiritual yang mendahului penyempurnaan wahyu dalam bentuk kitab seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an. Oleh karena itu, peran suhuf sangat penting dalam sejarah kenabian sebagai tonggak awal pembentukan ajaran Islam.

Kesimpulan

Suhuf merupakan bentuk awal dari wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada nabi-nabi terdahulu dalam format lembaran-lembaran terpisah. Meski tidak sekomprehensif kitab suci, isi suhuf sangat bernilai karena mengandung ajaran-ajaran pokok tentang iman, moral, dan tuntunan hidup. Dengan memahami keberadaan suhuf, kita dapat lebih menghayati perjalanan pewahyuan yang membentuk dasar-dasar ajaran Islam.

Dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VIII karya Aris Abi Syaifullah dkk., disebutkan bahwa ada empat macam suhuf (lembaran wahyu) yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi-nabi sebelum diturunkannya kitab-kitab suci. Berikut adalah rinciannya:

Empat Macam Suhuf dalam Islam

  1. Suhuf Nabi Syits A.S
    • Jumlah: 50 suhuf
    • Nabi Syits adalah putra Nabi Adam A.S, dan beliau menerima sejumlah besar lembaran wahyu untuk membimbing umatnya.
  2. Suhuf Nabi Idris A.S
    • Jumlah: 30 suhuf
    • Nabi Idris dikenal sebagai nabi pertama yang pandai menulis dan membaca, dan menerima suhuf yang berisi ajaran moral dan kebijaksanaan.
  3. Suhuf Nabi Ibrahim A.S
    • Jumlah: 50 suhuf
    • Disebutkan dalam QS. Al-A’la ayat 18–19, bahwa Nabi Ibrahim menerima suhuf sebagai pedoman keimanan dan kehidupan. Suhuf ini menjadi bagian penting dalam sejarah pewahyuan.
  4. Suhuf Nabi Musa A.S
    • Jumlah: 10 suhuf
    • Selain menerima kitab Taurat, Nabi Musa juga menerima sejumlah suhuf berisi prinsip-prinsip ajaran tauhid dan pedoman moral sebelum turunnya kitab secara utuh.

Dalil Al-Qur’an

“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, yaitu suhuf-suhuf yang diturunkan kepada Ibrahim dan Musa.”
(QS. Al-A’la: 18–19)

Kesimpulan

Keempat macam suhuf ini menunjukkan bahwa proses penyampaian wahyu kepada para nabi terjadi secara bertahap, melalui lembaran-lembaran (suhuf) yang berisi nilai-nilai dasar agama, tauhid, dan akhlak mulia sebelum disempurnakan dalam bentuk kitab suci. Suhuf tetap memiliki posisi penting dalam sejarah kenabian dan sebagai bagian dari warisan ajaran Allah SWT kepada umat manusia.

Perbedaan Suhuf dan Kitab dalam Islam: Memahami Dua Bentuk Wahyu Allah SWT

Meskipun suhuf dan kitab sama-sama merupakan wahyu dari Allah SWT yang diturunkan kepada para nabi dan rasul, keduanya memiliki perbedaan mendasar dalam berbagai aspek. Pemahaman mengenai perbedaan ini penting agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan sejarah pewahyuan dan fungsinya bagi umat manusia.

1. Bentuk Fisik

  • Suhuf adalah lembaran-lembaran terpisah (ṣaḥīfah), tidak dijilid atau disusun menjadi kitab yang utuh. Media penulisannya bisa berupa kulit binatang, kayu, atau pelepah kurma. Karena tidak dibukukan, suhuf bersifat fleksibel tetapi mudah hilang atau rusak.
  • Kitab, sebaliknya, merupakan wahyu yang telah dibukukan secara sistematis, tersusun rapi menjadi mushaf atau kitab suci yang utuh, seperti Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’an.

2. Isi dan Kelengkapan Ajaran

  • Suhuf hanya berisi ajaran-ajaran dasar seperti tauhid, nasihat moral, dan nilai kemanusiaan. Ia tidak mencakup hukum syariat secara rinci atau tata cara ibadah yang kompleks.
  • Kitab memiliki isi yang lengkap dan komprehensif, mencakup akidah, ibadah, muamalah, hingga hukum-hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.

3. Sasaran dan Masa Berlaku

  • Suhuf biasanya ditujukan untuk kaum atau masyarakat tertentu dengan masa berlaku yang terbatas sesuai zaman dan kebutuhan mereka.
  • Kitab diturunkan untuk umat yang lebih luas dan berlaku untuk jangka waktu panjang. Bahkan, Al-Qur’an berlaku hingga akhir zaman dan menjadi pedoman utama bagi seluruh umat Islam.

4. Contoh Nabi Penerima

  • Suhuf diterima oleh:
    • Nabi Ibrahim A.S (50 suhuf)
    • Nabi Musa A.S (10 suhuf sebelum Taurat)
    • Nabi Syits A.S (50 suhuf)
    • Nabi Idris A.S (30 suhuf)
  • Kitab diturunkan kepada:
    • Nabi Musa A.STaurat
    • Nabi Daud A.SZabur
    • Nabi Isa A.SInjil
    • Nabi Muhammad SAWAl-Qur’an

Dalil Al-Qur’an

“Sesungguhnya ini terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, yaitu suhuf-suhuf Ibrahim dan Musa.”
(QS. Al-A’la: 18–19)

Ayat ini menunjukkan bahwa suhuf memang pernah menjadi bentuk wahyu yang sah, meski kini keberadaannya tidak semua tercatat secara tekstual atau diwariskan seperti kitab.

Kesimpulan

Secara ringkas, perbedaan antara suhuf dan kitab dapat dilihat dari:

AspekSuhufKitab
BentukLembaran terpisahTersusun rapi dan dibukukan (mushaf)
IsiPrinsip dasar agamaKomprehensif: akidah, ibadah, hukum
TujuanUntuk kaum tertentuUntuk umat yang lebih luas
Masa BerlakuTerbatas, sesuai zamanJangka panjang, bahkan hingga akhir zaman

Dengan memahami ini, umat Islam dapat lebih menghayati perkembangan wahyu Ilahi serta peran penting masing-masing bentuk wahyu dalam sejarah kenabian.

Memahami Hukum Bacaan Iqlab dalam Tajwid: Arti, Cara Membaca, dan Contohnya

Stylesphere – Membaca Al-Qur’an bukan sekadar melafalkan huruf-huruf Arab tanpa makna. Umat Islam diwajibkan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, mengikuti aturan ilmu tajwid agar makna yang terkandung dalam ayat tidak berubah. Salah satu aturan penting dalam tajwid adalah hukum bacaan iqlab, yang perlu diketahui dan diterapkan oleh setiap Muslim.

Apa Itu Iqlab?

Iqlab merupakan salah satu hukum nun sukun dan tanwin dalam tajwid. Secara bahasa, iqlab berarti “mengganti”. Dalam konteks tajwid, iqlab adalah proses mengganti suara nun sukun (نْ) atau tanwin menjadi mim (م) ketika bertemu huruf ba (ب), dengan disertai dengung (ghunnah) selama dua harakat.

Mengapa Iqlab Penting?

Kesalahan dalam membaca hukum iqlab bisa menyebabkan bacaan terdengar aneh, bahkan berpotensi mengubah arti ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, penting bagi setiap pembaca Al-Qur’an untuk memahami dan mempraktikkan hukum ini dengan benar.

Cara Membaca Iqlab dengan Benar

Untuk membaca iqlab, ada beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan:

  1. Jika terdapat nun sukun (نْ) atau tanwin yang bertemu huruf ba (ب), maka suara nun atau tanwin diubah menjadi suara mim (م).
  2. Bacaan harus disertai dengung selama dua harakat (sekitar dua ketukan).
  3. Posisi bibir harus tertutup saat membunyikan mim, seperti saat membaca huruf mim biasa.

Contoh Hukum Bacaan Iqlab dalam Al-Qur’an

Berikut beberapa contoh iqlab dalam Al-Qur’an:

سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ
Tanwin bertemu ba, maka tanwin diganti dengan bunyi mim dan dibaca dengan dengung.

ٱنۢبَتَتْ (QS. Al-Baqarah: 265)
Nun sukun bertemu ba, dibaca dengan mengganti nun menjadi mim dan disertai dengung.

Dengan memahami hukum bacaan iqlab, umat Islam dapat membaca Al-Qur’an dengan lebih baik dan mendalam. Selain memperindah bacaan, penerapan tajwid yang benar juga menunjukkan sikap hormat terhadap firman Allah SWT.

Iqlab dalam Tajwid: Arti, Hukum, dan Penjelasannya

Secara etimologis Anugerahslot, kata iqlab berasal dari bahasa Arab إِقْلَاب yang berarti “mengubah” atau “mengganti.” Dalam konteks ilmu tajwid, iqlab merujuk pada salah satu hukum bacaan ketika huruf nun sukun (نْ) atau tanwin (ـًـٍـٌ) bertemu dengan huruf ba (ب). Pada kondisi ini, bunyi nun atau tanwin diubah menjadi bunyi mim sukun (مْ), dengan disertai ghunnah atau dengung, serta pengucapan yang sedikit samar.

Menurut buku Dasar-Dasar Ilmu Tajwid karya Dr. Marzuki, M.Ag., dan Sun Choirol Ummah, iqlab termasuk dalam lima hukum bacaan nun mati dan tanwin, bersama dengan izhar, idgham bighunnah, idgham bilaghunnah, dan ikhfa.

Hal senada juga dijelaskan oleh Raisya Maula Ibnu Rusyd dalam bukunya Panduan Praktis & Lengkap Tahsin, Tajwid, Tahfiz untuk Pemula. Ia menyebutkan bahwa iqlab adalah hukum tajwid yang hanya terjadi ketika nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf ba, dan cara membacanya adalah dengan mengganti bunyinya menjadi mim sukun yang diucapkan dengan dengung.

Penegasan tentang iqlab juga ditemukan dalam syair nazham dari kitab Hidayatush Shibyan, yang berbunyi:

وَالْقَلْبُ عِنْدَ الْبَاءِ مِيْمًا ذُكِرَا
“Apabila ada tanwin dan nun mati bertemu ba’, maka wajib dibaca iqlab (diganti ke mim mati).”

Dengan demikian, pemahaman dan penerapan hukum iqlab bukan hanya memperindah bacaan Al-Qur’an, tetapi juga menjaga keakuratan makna ayat-ayat suci.

Hukum Iqlab dalam Tajwid: Wajib Dipahami Demi Keabsahan Bacaan Al-Qur’an

Dalam ilmu tajwid, iqlab merupakan salah satu hukum penting yang wajib (fardhu ‘ain) dipelajari oleh setiap Muslim yang membaca Al-Qur’an. Hal ini karena penerapan hukum iqlab menyangkut keabsahan bacaan dan keakuratan makna ayat. Mengabaikan hukum ini berisiko menyebabkan kesalahan yang bisa mengubah arti ayat suci Al-Qur’an.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Pelajaran Ilmu Tajwid oleh Rois Mahfud, iqlab berarti membalikkan atau mengganti bunyi nun sukun (نْ) atau tanwin (ـًـٍـٌ) menjadi bunyi mim sukun (مْ). Proses ini harus dibarengi dengan bacaan samar (ikhfa) dan dengung (ghunnah).

Penjelasan lebih rinci datang dari Ustaz Rusdianto dalam bukunya Juz Amma dan Tajwidnya untuk Semua Usia. Ia menyebutkan langkah-langkah membaca iqlab sebagai berikut:

  1. Ganti bunyi nun sukun atau tanwin menjadi bunyi mim sukun (مْ).
  2. Tahan suara dengan dengung (ghunnah) selama dua ketukan.
  3. Rapatkan kedua bibir seperti mengucapkan huruf mim, namun tidak menuliskan huruf mim secara eksplisit.
  4. Bacaan harus terdengar samar, tanpa memperjelas bunyi nun atau tanwin yang asli.

Ciri khas iqlab dalam mushaf Al-Qur’an juga dapat dikenali secara visual. Biasanya, terdapat huruf mim kecil (م) di antara huruf yang memiliki nun sukun atau tanwin dengan huruf ba (ب) setelahnya. Tanda ini menjadi petunjuk bahwa hukum iqlab berlaku di situ dan harus diterapkan dengan benar.

Dengan memahami dan mempraktikkan hukum bacaan iqlab secara tepat, seorang Muslim tidak hanya memperindah bacaannya, tetapi juga menunjukkan kesungguhan dalam menjaga kesucian dan makna Al-Qur’an.

Contoh Bacaan Iqlab dalam Al-Qur’an

Hukum bacaan iqlab terjadi ketika nun sukun (نْ) atau tanwin (ـًـٍـٌ) bertemu dengan huruf ba (ب), sehingga bunyinya diubah menjadi mim sukun (مْ) dan dibaca dengan dengung (ghunnah). Berikut ini beberapa contoh ayat Al-Qur’an yang mengandung hukum bacaan iqlab:

1. QS. Al-Baqarah ayat 33

قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ أَنۢبِئْهُم
Qāla yā ādamu ambi`hum

📌 Penjelasan:
Pada lafal أنۢبِئْهُم, terdapat nun sukun yang bertemu dengan huruf ba (ب). Maka bunyinya diubah menjadi mim mati dan dibaca ambi`hum disertai ghunnah.

2. QS. Ali Imran ayat 119

عَلِيمٌۢ بِذَاتِ
‘Aliimumm bidzaati

📌 Penjelasan:
Kata ‘Aliimun diakhiri dengan tanwin, yang kemudian bertemu dengan huruf ba pada kata berikutnya. Maka, tanwin diubah menjadi mim sukun dan dibaca ‘Aliimumm dengan dengung.

3. QS. Al-Humazah ayat 4

كَلَّا لَيُنْۢبَذَنَّ
Kallā layummbadzanna

📌 Penjelasan:
Lafal layunbadhanna mengandung nun sukun sebelum huruf ba. Maka, bunyinya diubah menjadi mim sukun dan dibaca layummbadzanna dengan ghunnah.

4. QS. Al-Bayyinah ayat 4

مِنْۢ بَعْدِ مَا
Mimm ba‘di mā

📌 Penjelasan:
Kata min mengandung nun sukun yang bertemu ba pada kata berikutnya (ba‘di). Maka, dibaca dengan mengganti bunyinya menjadi mim mati, yaitu mimm ba‘di.

5. QS. ‘Abasa ayat 16

كِرَامٍۢ بَرَرَةٍ
Kiraamimm bararah

📌 Penjelasan:
Tanwin pada kata kiraamin bertemu huruf ba, maka diubah menjadi mim sukun dan dibaca kiraamimm disertai ghunnah.

Dengan memahami dan memperhatikan contoh-contoh ini, pembaca Al-Qur’an dapat lebih mudah mengenali dan menerapkan hukum iqlab dalam bacaan, sehingga bacaan menjadi lebih tepat dan sesuai dengan kaidah tajwid.

Kiamat dalam Islam: Keniscayaan yang Penuh Peringatan

Stylesphere – Dalam eskatologi Islam, kiamat merupakan peristiwa pasti yang akan terjadi sebagai akhir dari kehidupan dunia ini. Meski waktu pastinya tidak diketahui oleh siapa pun, Rasulullah SAW telah memberikan isyarat bahwa hari kiamat semakin dekat. Masa kenabian beliau bahkan disebut sebagai bagian dari akhir zaman, sehingga beliau dikenal sebagai nabi penutup (khatamun nabiyyin).

Menurut Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam karyanya Ensiklopedia Kiamat, berbagai kerusakan yang terjadi di muka bumi, apabila sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, harus dipahami sebagai peringatan serius bagi umat manusia. Ia menegaskan bahwa memahami tanda-tanda kiamat bukan sekadar mengenali kronologi akhir zaman, melainkan menjadi media introspeksi diri agar manusia memperbaiki iman dan amal.

Tanda-tanda Kiamat dan Fenomena Alam

Saat satu demi satu tanda-tanda kiamat mulai tampak di sekitar kita, umat manusia sebenarnya tengah diingatkan bahwa waktu terus mengarah kepada hari pembalasan (yaumul hisab).

Meski demikian, konsep kiamat juga sering dikaitkan dengan fenomena kepunahan massal yang pernah terjadi di masa lalu. Salah satu contoh nyata adalah kepunahan dinosaurus. Banyak orang bertanya-tanya, apakah kiamat kubra kelak akan mirip dengan bencana kepunahan besar seperti itu?

Para ilmuwan telah mengemukakan beberapa teori penyebab musnahnya dinosaurus, antara lain:

  • Jatuhnya asteroid raksasa yang memicu perubahan iklim ekstrem.
  • Letusan gunung berapi berskala besar yang menyebabkan kerusakan atmosfer dan lingkungan hidup.

Kiamat dalam Al-Qur’an

Berbeda dari teori ilmiah yang menjelaskan kepunahan masa lalu, Al-Qur’an menggambarkan kiamat kubra sebagai peristiwa yang jauh lebih dahsyat. Beberapa ciri-ciri dan gambaran kiamat dalam Al-Qur’an antara lain:

  • Langit terbelah (QS. Al-Insyiqaq: 1)
  • Bintang-bintang berjatuhan (QS. At-Takwir: 2)
  • Gunung-gunung dihancurkan seperti kapas (QS. Al-Qari’ah: 5)
  • Laut meluap dan bergabung (QS. At-Takwir: 6)
  • Seluruh makhluk dibangkitkan untuk dihisab (QS. Al-Zalzalah: 6–8)

Penutup

Dengan memperhatikan gejala-gejala dan peringatan yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadis, umat Islam diingatkan untuk tidak terlena oleh kehidupan duniawi. Tanda-tanda kiamat bukan untuk ditakuti secara buta, tetapi untuk menggerakkan hati menuju pertobatan, amal saleh, dan kesiapan menyongsong akhirat.

Karena sesungguhnya, kiamat bukanlah akhir dari segalanya—melainkan awal dari kehidupan yang kekal.

Studi Terbaru: Bukan Gunung Berapi, Asteroid Jadi Penyebab Utama Punahnya Dinosaurus

Melansir ScienceDaily melalui Anugerahslot islamic, Rabu (9/7/2025), tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Universitas Yale menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik bukanlah penyebab langsung kepunahan massal dinosaurus. Sebaliknya, tabrakan asteroid dipastikan menjadi faktor utama di balik musnahnya makhluk purba tersebut.

Penelitian ini dipimpin oleh Asisten Profesor Geologi dan Geofisika, Pincelli Hull, yang dalam makalah ilmiah terbaru mereka di jurnal Science menegaskan bahwa letusan dahsyat dari kawasan Deccan Traps di India terjadi sebelum peristiwa kepunahan massal yang dikenal sebagai Kepunahan Kapur–Paleogen (K–Pg), sekitar 66 juta tahun lalu. Karena terjadi sebelum peristiwa utama, letusan tersebut tidak dianggap berkontribusi langsung terhadap musnahnya dinosaurus.

Meski banyak ilmuwan sebelumnya mencurigai aktivitas vulkanik sebagai pemicu, terutama karena letusan gunung berapi diketahui melepaskan gas seperti sulfur dioksida (SO₂) dan karbon dioksida (CO₂) yang bisa menyebabkan perubahan iklim ekstrem dan pengasaman lingkungan, penelitian Hull menunjukkan bahwa faktor gas tersebut tidak memuncak tepat pada saat kepunahan massal.

“Kami tahu gunung berapi bisa memicu kepunahan karena pelepasan gasnya yang ekstrem dapat mengganggu iklim global,” jelas Hull. “Namun, fokus studi kami adalah pada waktu pelepasan gas, bukan sekadar aliran lava.”

Untuk membuktikannya, tim ilmuwan membandingkan catatan suhu global dan perubahan isotop karbon—yakni variasi atom yang menunjukkan perubahan lingkungan—dari fosil laut dengan model iklim berbasis pelepasan CO₂. Hasil analisis mereka menyimpulkan bahwa aktivitas gunung berapi tidak terjadi bersamaan dengan lonjakan emisi gas atau perubahan iklim besar yang dapat menyebabkan kepunahan massal.

Kesimpulan ini semakin memperkuat teori bahwa tabrakan asteroid raksasa, bukan letusan gunung berapi, adalah penyebab utama berakhirnya era dinosaurus.

Asteroid, Bukan Gunung Berapi, Jadi Pemicu Kepunahan Dinosaurus, Kata Studi Yale

Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Universitas Yale menyimpulkan bahwa tabrakan asteroid adalah penyebab tunggal utama kepunahan massal dinosaurus, bukan aktivitas vulkanik seperti yang lama diperdebatkan.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science, para peneliti menegaskan bahwa sebagian besar pelepasan gas vulkanik terjadi jauh sebelum asteroid menghantam Bumi pada akhir zaman Kapur (Cretaceous), dan karenanya tidak menjadi faktor penentu kepunahan tersebut.

“Aktivitas gunung berapi pada akhir periode Cretaceous memang menyebabkan pemanasan global bertahap sekitar dua derajat, tapi tidak sampai memicu kepunahan massal,” jelas Michael Henehan, mantan peneliti Yale yang menyusun catatan suhu dalam studi ini. Ia menambahkan bahwa saat itu sejumlah spesies memang sempat bermigrasi ke wilayah kutub, namun kembali lagi ke habitat asal mereka jauh sebelum asteroid menghantam Bumi.

Pincelli Hull, pemimpin tim studi, menambahkan, “Banyak orang berspekulasi bahwa gunung berapi punya peran penting dalam kepunahan K–Pg, namun hasil kami menyatakan tegas: ‘Tidak, bukan karena itu.’”

Salah satu area yang sering dikaitkan dengan aktivitas vulkanik besar adalah Deccan Traps di India, yang mengalami letusan dahsyat segera setelah peristiwa kepunahan K–Pg. Hal ini sempat membingungkan ilmuwan, karena tidak ditemukan bukti pemanasan global yang signifikan setelah letusan tersebut.

Namun, studi terbaru ini memberikan penjelasan baru. Menurut Donald Penman, peneliti pascadoktoral di Yale dan pemodel utama studi, kepunahan massal K–Pg telah mengganggu siklus karbon global secara ekstrem.

“Perubahan ini memungkinkan laut menyerap sejumlah besar CO₂ dalam waktu yang lama,” jelas Penman. “Hal ini bisa saja menyamarkan atau menyembunyikan dampak pemanasan dari letusan vulkanik setelah peristiwa kepunahan.”

Kesimpulan dari studi ini memperkuat posisi teori asteroid sebagai penyebab utama musnahnya dinosaurus, sekaligus merevisi pemahaman sebelumnya tentang peran vulkanisme dalam peristiwa tersebut.

Gambaran Dahsyat Kiamat dalam Al-Qur’an

Dalam Islam, kiamat adalah peristiwa besar yang pasti terjadi, meski waktunya hanya Allah SWT yang mengetahui. Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad ﷺ menggambarkan kiamat dengan sangat jelas, mulai dari keruntuhan tatanan kosmos hingga kebangkitan manusia untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.

Berikut ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang menggambarkan kedahsyatan hari kiamat:

1. Surat Al-Kahfi Ayat 47

“Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar, dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.”

🌋 Ayat ini menggambarkan gunung-gunung bergerak dan hancur, serta seluruh manusia dikumpulkan untuk diadili. Bumi yang dahulu penuh bentang alam akan menjadi datar dan terbuka.

2. Surat Al-Baqarah Ayat 254

“Hai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang suatu hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada persahabatan dan tidak pula syafa’at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.”

📌 Di hari kiamat, tidak ada transaksi, hubungan sosial, atau pertolongan antar manusia. Segala urusan hanya antara manusia dan Tuhannya. Ayat ini juga mendorong umat Islam untuk bersedekah sebelum terlambat.

3. Surat Al-Waqi’ah Ayat 4–6

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat. Dan gunung-gunung dihancurkan sehancur-hancurnya. Maka jadilah ia debu yang beterbangan.”

🌪️ Ini adalah gambaran kehancuran total bumi dan gunung-gunung saat kiamat. Alam semesta yang tampak kokoh akan berubah menjadi debu tak berarti. Ini menekankan betapa dahsyatnya peristiwa tersebut.

4. Surat Yunus Ayat 46

“Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari (siksa) yang Kami janjikan kepada mereka, atau jika Kami wafatkan kamu (sebelum itu), maka kepada Kami-lah mereka kembali, dan Allah menjadi saksi atas apa yang mereka kerjakan.”

📖 Ayat ini menegaskan bahwa entah kiamat terjadi dalam masa hidup seseorang atau tidak, semua manusia akan kembali kepada Allah SWT. Tak ada yang luput dari pertanggungjawaban.

Kesimpulan

Al-Qur’an menyampaikan peringatan tentang kiamat dengan bahasa yang kuat dan simbolik, agar manusia merenung dan bersiap. Tujuan utamanya bukan sekadar mengetahui kronologi, tetapi menguatkan iman, introspeksi diri, dan memotivasi untuk memperbaiki amal.

💡 Dengan merenungi ayat-ayat ini, kita diajak untuk hidup lebih sadar, bertanggung jawab, dan terus memperbaiki diri sebelum hari itu datang.

Gambaran Hari Kiamat dalam Al-Qur’an (Lanjutan)

Setelah sebelumnya dijelaskan beberapa ayat tentang peristiwa kiamat, berikut ini tambahan ayat-ayat lainnya yang memperkuat deskripsi tentang kedahsyatannya:

5. Surat Qaf Ayat 44

يَوْمَ تَشَقَّقُ ٱلْأَرْضُ عَنْهُمْ سِرَاعًا ۚ ذَٰلِكَ حَشْرٌ عَلَيْنَا يَسِيرٌ
“(Yaitu) pada hari bumi terbelah-belah menampakkan mereka (lalu mereka keluar) dengan cepat. Yang demikian itu adalah pengumpulan yang mudah bagi Kami.”

🌀 Ayat ini menggambarkan kebangkitan manusia dari kubur dengan sangat cepat saat bumi terbelah. Allah menegaskan bahwa mengumpulkan seluruh umat manusia bukanlah hal sulit bagi-Nya.

6. Surat Al-Haqqah Ayat 15–18

فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ ٱلْوَاقِعَةُ۝ وَٱنشَقَّتِ ٱلسَّمَآءُ فَهِىَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ۝ وَٱلْمَلَكُ عَلَىٰٓ أَرْجَآئِهَا ۚ وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَٰنِيَةٌ
“Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat. Dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.”

🌌 Kiamat adalah peristiwa langit terbelah, bumi hancur, dan Arsy Allah dipikul oleh delapan malaikat, menunjukkan kekuasaan Allah yang Mahaperkasa di tengah hancurnya semesta.

7. Surat Al-A’raf Ayat 187

يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلسَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَىٰهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي…
“Mereka menanyakan kepadamu tentang hari akhir: ‘Kapankah terjadinya?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang itu hanya ada di sisi Tuhanku; tidak seorang pun yang dapat menjelaskannya selain Dia. Kiamat itu sangat berat (kejadiannya) bagi yang di langit dan bumi. Ia tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.’”

📖 Allah menegaskan bahwa waktu pasti kiamat adalah rahasia-Nya. Tidak ada manusia, bahkan Nabi sekalipun, yang mengetahui kapan hari itu datang. Ia datang tiba-tiba, mengejutkan seluruh makhluk.

8. Surat Ghafir Ayat 16

يَوْمَ هُمۡ بَارِزُوۡنَۖ لَا يَخۡفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنۡهُمۡ شَىۡءٌ ؕ لِمَنِ الۡمُلۡكُ الۡيَوۡمَ ؕ لِلّٰهِ الۡوَاحِدِ الۡقَهَّارِ
“(Yaitu) hari ketika mereka keluar (dari kubur); tidak ada sesuatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): ‘Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?’ Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.”

👑 Di hari itu, seluruh makhluk berdiri di hadapan Allah. Tak ada kekuasaan lain yang berlaku selain kekuasaan mutlak Allah. Semua manusia akan diadili tanpa bisa menyembunyikan apa pun.

Penutup

Ayat-ayat di atas mengajarkan kita bahwa hari kiamat adalah hari yang pasti datang, penuh dengan peristiwa luar biasa, kehancuran semesta, dan kebangkitan seluruh manusia untuk dihisab. Ini bukan hanya informasi, melainkan peringatan dan pengingat spiritual agar manusia tidak lalai dari tujuan hidupnya: beribadah dan bersiap menghadapi akhirat.

Sholat Tahajud: Keutamaan dan Tata Caranya

Stylesphere – Sholat Tahajud merupakan salah satu ibadah malam yang memiliki keistimewaan tersendiri dalam ajaran Islam. Ibadah ini sangat dianjurkan bagi umat Muslim yang ingin mempererat hubungan spiritual dengan Allah SWT. Keutamaannya begitu besar, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, Surah Al-Isra ayat 79:

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat Tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”

(Al-Isra: 79)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Sholat Tahajud bukan sekadar ibadah sunah biasa, melainkan amalan yang bisa mengangkat derajat seorang hamba ke posisi yang mulia di sisi Allah SWT.

Dalam kajian ilmiah yang dimuat Anugerahslot dalam Jurnal Al-Taqaddum oleh Ahmad Fauzi (2020), disebutkan bahwa Sholat Tahajud memberikan dampak positif yang nyata, tidak hanya bagi kesehatan spiritual, tetapi juga bagi kesehatan mental seseorang. Keheningan malam saat mayoritas manusia tertidur menjadikan Tahajud sebagai momen penuh ketenangan untuk bermunajat kepada Sang Pencipta.

Tata Cara Sholat Tahajud

Sholat Tahajud dilakukan setelah bangun tidur di sepertiga malam terakhir, biasanya setelah tidur malam meskipun hanya sebentar. Jumlah rakaatnya bervariasi, minimal dua rakaat dan bisa ditambah sesuai kemampuan, lalu ditutup dengan satu atau tiga rakaat sholat Witir.

Berikut langkah-langkah ringkas pelaksanaannya:

  1. Niat Sholat Tahajud di dalam hati.
  2. Melaksanakan sholat dua rakaat, seperti sholat sunah lainnya (berdiri, membaca Al-Fatihah dan surah pendek, rukuk, sujud, dan seterusnya).
  3. Mengulang rakaat dua-dua sesuai kemampuan.
  4. Mengakhiri dengan Witir jika belum dilakukan sebelumnya.
  5. Berdoa setelah sholat, memohon ampun dan memanjatkan harapan karena waktu Tahajud merupakan saat terbaik untuk berdoa.

Sholat Tahajud tidak hanya menunjukkan ketekunan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya, tetapi juga membawa ketenangan batin, memperkuat iman, dan menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Panduan Lengkap Sholat Tahajud: Keutamaan, Tata Cara, dan Waktu Terbaik

Sholat Tahajud merupakan salah satu ibadah malam yang sangat dianjurkan dalam Islam. Termasuk dalam rangkaian qiyamul lail, sholat ini memiliki kekhususan: hanya bisa dilakukan setelah tidur, meski hanya sebentar. Karena itulah Tahajud menjadi simbol kesungguhan dan kedekatan seorang hamba kepada Allah SWT.

Dalam Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq (1997), dijelaskan bahwa sholat Tahajud dilakukan dalam rangkaian dua rakaat dua rakaat. Hal ini merujuk pada sabda Nabi Muhammad SAW:

“Shalat malam itu dua rakaat dua rakaat. Apabila salah seorang di antara kalian khawatir masuk waktu Subuh, maka hendaklah ia shalat satu rakaat sebagai witir.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Waktu Terbaik Sholat Tahajud

Waktu paling utama untuk melaksanakan Tahajud adalah sepertiga malam terakhir, antara pukul 02.00 hingga 04.00 dini hari. Dalam hadis riwayat Muslim no. 758, dijelaskan bahwa pada waktu tersebut, Allah SWT turun ke langit dunia untuk mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

Tata Cara Sholat Tahajud

Mengacu pada berbagai sumber seperti Ensiklopedi Ibadah oleh Prof. Dr. Amirulloh Syarbini dan Fiqih Ibadah Praktis oleh KH. Muhammad Najih Maimoen, berikut tata cara lengkap pelaksanaan sholat Tahajud:

  1. Tidur terlebih dahulu, walau hanya sebentar.
  2. Bangun di sepertiga malam terakhir.
  3. Berwudhu untuk menyucikan diri.
  4. Niat dalam hati, atau dengan lafaz:
    “Ushalli sunnatat tahajjudi rak‘ataini lillaahi ta‘aala”
    (Saya niat sholat sunnah Tahajud dua rakaat karena Allah Ta‘ala).
  5. Takbiratul ihram, dilanjutkan doa iftitah.
  6. Membaca Al-Fatihah, kemudian surah dalam Al-Qur’an.
    • Nabi SAW biasa membaca surah-surah panjang.
  7. Rukuk dengan tuma’ninah dan membaca doa rukuk.
  8. I’tidal, dilanjutkan dengan doa i’tidal.
  9. Sujud pertama, dengan tuma’ninah dan doa sujud.
  10. Duduk di antara dua sujud, lalu sujud kedua.
  11. Rakaat kedua dilakukan dengan urutan yang sama.
  12. Setelah rakaat kedua, tahiyat akhir, lalu salam.
  13. Setelah sholat, disunahkan berzikir, membaca:
    • Tasbih (Subhanallah)
    • Tahmid (Alhamdulillah)
    • Takbir (Allahu Akbar)
    • Istigfar, shalawat, dan doa-doa pribadi.
  14. Melanjutkan dengan sholat Witir, minimal satu rakaat.

Jumlah Rakaat yang Dianjurkan

Rasulullah SAW biasanya melaksanakan 11 rakaat, yang terdiri dari 8 rakaat Tahajud dan 3 rakaat Witir. Ini sesuai dengan hadis riwayat Bukhari no. 1147. Namun, jumlah rakaat bisa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.

Konsistensi Rasulullah SAW dalam Sholat Tahajud

Dalam Jurnal Studi Al-Qur’an dan Hadis oleh Nur Halimah (2021), disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW tetap melaksanakan Tahajud bahkan saat bepergian. Hal ini menunjukkan bahwa sholat Tahajud adalah bagian penting dari keteladanan beliau dalam beribadah, bukan sekadar ibadah tambahan.

Sholat Tahajud bukan hanya jalan menuju kedekatan spiritual dengan Allah, tapi juga memberikan ketenangan jiwa dan kekuatan dalam menghadapi kehidupan. Dalam sunyi malam, ketika kebanyakan manusia terlelap, Tahajud menjadi ruang sakral antara hamba dan Rabb-nya.

Tips Bangun Sholat Tahajud: Strategi Spiritual agar Konsisten Ibadah Malam

Bangun malam untuk menunaikan Sholat Tahajud adalah tantangan spiritual yang tidak mudah. Meski banyak umat Muslim memiliki niat kuat, tidak sedikit yang gagal karena kurangnya persiapan atau strategi yang tepat. Sejumlah literatur klasik dan penelitian modern memberikan panduan bagaimana agar lebih konsisten dalam menjalankan ibadah istimewa ini.

1. Niat yang Kuat dan Ikhlas

Dalam Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali yang diringkas oleh KH. A. Mustofa Bisri (2018), dijelaskan bahwa kekuatan niat dan keikhlasan hati adalah fondasi utama. Al-Ghazali menegaskan bahwa siapa pun yang sungguh-sungguh ingin bangun malam untuk beribadah, Allah SWT akan menolongnya.

“Siapa yang terbiasa tidur dengan niat ingin beribadah di malam hari, maka Allah akan bangunkan dia sesuai niatnya.”

2. Tidur Lebih Awal dan Hindari Makanan Berat

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah (1997) menekankan pentingnya menjaga pola tidur. Nabi Muhammad SAW terbiasa tidur lebih awal setelah sholat Isya dan tidak begadang tanpa keperluan. Selain itu, menjaga pola makan malam juga penting—hindari makanan berat agar tubuh tidak terlalu lelah atau mengantuk berlebihan.

Begadang dan makan berlebihan disebut sebagai dua faktor yang paling sering menghalangi kemampuan bangun untuk Tahajud.

3. Gunakan Alarm dan Dapatkan Dukungan Sosial

Dalam Jurnal Konseling Religi oleh R. Yuniarti (2020), disebutkan bahwa penggunaan alarm secara bertahap bisa melatih tubuh untuk bangun lebih mudah. Tak hanya itu, dukungan dari pasangan atau teman yang memiliki niat sama juga sangat membantu. Studi ini menunjukkan bahwa mereka yang saling membangunkan untuk sholat malam memiliki tingkat konsistensi hingga 63% lebih tinggi dibanding yang melakukannya sendiri.

4. Tingkatkan Iman dan Kecintaan terhadap Ibadah

Dr. Adian Husaini dalam bukunya Motivasi Ibadah Malam (2015) menjelaskan bahwa pemahaman mendalam tentang keutamaan Tahajud akan menumbuhkan cinta terhadap ibadah ini. Kesadaran akan besarnya pahala dan kedekatan dengan Allah SWT menjadi pendorong kuat yang mengalahkan rasa kantuk dan malas.

“Orang yang tahu nilainya tidak akan menyia-nyiakan satu malam pun tanpa berdoa pada Tuhannya.” – Adian Husaini

5. Memohon Bantuan kepada Allah

Dalam Jurnal Al-Tazkiyah oleh Lailatul Ma’wa (2021), ditemukan bahwa doa sebelum tidur yang disertai niat untuk bangun Tahajud sangat efektif. Doa semacam:

“Ya Allah, bangunkan aku di sepertiga malam-Mu untuk menyebut nama-Mu dan memohon ampunan-Mu.”

dapat memperkuat motivasi internal dan membantu seseorang bangun secara konsisten.

Kesimpulan:

Sholat Tahajud memang menuntut perjuangan, tapi bisa menjadi rutinitas indah jika disertai strategi yang tepat—dimulai dari niat yang kuat, pola tidur sehat, dukungan sosial, dan penguatan spiritual. Dengan terus berusaha dan memohon pertolongan Allah, Tahajud dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan seorang Muslim yang mendamba kedekatan dengan Tuhannya.

Keutamaan Sholat Tahajud: Ibadah Sunah yang Mengangkat Derajat dan Menenangkan Jiwa

Sholat Tahajud, atau dikenal juga sebagai sholat malam, merupakan salah satu ibadah sunah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ibadah ini memiliki kedudukan yang sangat mulia, tidak hanya dari sisi spiritual, tetapi juga membawa dampak positif secara sosial dan psikologis. Dalam Al-Qur’an, Tahajud disebut sebagai amalan para muttaqin—orang-orang yang bertakwa.

Berikut beberapa keutamaan luar biasa dari sholat Tahajud yang dirangkum dari berbagai sumber otoritatif:

1. Diangkat Derajat oleh Allah SWT

Dalam Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq (1997), disebutkan bahwa sholat malam adalah ibadah paling utama setelah sholat fardhu. Pelaksanaannya di saat sunyi, ketika kebanyakan manusia terlelap, mencerminkan keikhlasan dan ketulusan hati yang tinggi.

Keistimewaan ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:

“Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu sebagai ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
(QS. Al-Isra: 79)

Nabi Muhammad SAW juga bersabda:

“Sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.”
(HR. Muslim no. 1163)

2. Menumbuhkan Kedekatan Ruhani dengan Allah

Imam al-Ghazali dalam Mukhtashar Ihya’ Ulumuddin (disarikan oleh KH. A. Mustofa Bisri, 2018) menjelaskan bahwa Tahajud adalah jalan menuju kelembutan hati dan kedekatan spiritual dengan Allah. Orang yang terbiasa bangun malam untuk bermunajat menunjukkan tanda-tanda kedekatan dengan Rabb-nya, dan ibadah ini merupakan salah satu kunci terkabulnya doa.

3. Membuka Pintu Rahmat dan Berkah

Dalam Ensiklopedi Ibadah karya Prof. Dr. Amirulloh Syarbini (2007), disebutkan bahwa sholat Tahajud membuka pintu rahmat Allah dan mendatangkan keberkahan hidup. Rasulullah SAW bahkan tetap melaksanakan sholat malam meski dalam keadaan bepergian (safar), menunjukkan betapa istimewanya ibadah ini dalam kehidupan beliau.

4. Memberikan Ketenangan Jiwa dan Emosi

Penelitian yang dimuat dalam Jurnal Ilmiah Al-Hikmah oleh Reni Marlina (2019) mengungkapkan bahwa sholat Tahajud berdampak positif terhadap stabilitas mental. Ibadah ini terbukti membantu menumbuhkan ketenangan batin, memperkuat rasa percaya diri, dan menjadi media untuk meredakan stres dalam kehidupan modern yang penuh tekanan.

5. Meningkatkan Kontrol Diri dan Ketahanan Emosional

Dalam Jurnal Al-Mazahib: Jurnal Pemikiran Hukum Islam oleh Moh. Faqih (2021), sholat Tahajud dikaitkan dengan peningkatan kontrol emosi dan ketahanan menghadapi ujian hidup. Mereka yang rutin menunaikan ibadah malam cenderung memiliki pengendalian diri yang lebih baik dan lebih sabar dalam menghadapi kesulitan.

Faqih juga mengaitkan amalan ini dengan tanda-tanda ketakwaan, sebagaimana disebut dalam firman Allah:

“Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan di akhir malam mereka memohon ampun kepada Allah.”
(QS. Az-Zariyat: 17–18)

Penutup

Sholat Tahajud bukan sekadar ibadah sunah, melainkan sarana pembentukan karakter, pendalaman iman, dan peningkatan kualitas hidup secara menyeluruh. Dari mengangkat derajat hingga memberikan kedamaian batin, Tahajud adalah bentuk ibadah yang melampaui dimensi ritual—ia menumbuhkan hubungan personal dengan Allah SWT dan menguatkan jiwa dalam menghadapi kehidupan.

Kapan Waktu Terbaik Sholat Tahajud? Ini Penjelasan Fikih dan Kajian Ilmiahnya

Sholat Tahajud merupakan salah satu ibadah sunnah yang paling dianjurkan dalam Islam, dan dikenal karena keutamaannya yang luar biasa. Namun, penting untuk memahami bahwa pelaksanaannya memiliki syarat dan waktu khusus yang telah dijelaskan dalam berbagai kitab fikih klasik serta didukung oleh kajian akademik modern.

Waktu Pelaksanaan dalam Hadis dan Kitab Fikih

Dalam Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq (1997), dijelaskan bahwa waktu pelaksanaan Tahajud dimulai setelah sholat Isya dan tidur terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan bangun di malam hari untuk melaksanakan sholat hingga menjelang waktu Subuh.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:

“Sholat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika engkau takut masuk waktu Subuh, maka sholat witirlah satu rakaat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Sayyid Sabiq menambahkan bahwa waktu paling utama (afdhal) untuk melaksanakan Tahajud adalah sepertiga malam terakhir, sesuai dengan hadis sahih bahwa Allah SWT “turun” ke langit dunia pada saat itu dan mengabulkan doa-doa hamba-Nya (HR. Muslim no. 758).

Pembagian Waktu Malam Menurut Ulama

Menurut Ensiklopedi Shalat karya Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada (2004), malam hari dibagi menjadi tiga bagian utama:

  1. Sepertiga awal malam: setelah Isya hingga sekitar pukul 22.00
  2. Sepertiga tengah malam: sekitar pukul 22.00–01.00
  3. Sepertiga akhir malam: sekitar pukul 01.00–Subuh (sekitar pukul 04.30)

Sholat Tahajud dapat dilakukan kapan saja setelah tidur dalam rentang waktu ini, namun yang paling utama adalah di sepertiga akhir malam, karena waktu tersebut disebut sebagai saat paling mustajab untuk berdoa dan dijanjikan pahala besar.

Tidur: Syarat Sah Sholat Disebut “Tahajud”

Dalam Fiqih Ibadah Praktis oleh KH. Muhammad Najih Maimoen (2020), ditegaskan bahwa tidur merupakan syarat agar sholat malam disebut Tahajud. Jika seseorang belum tidur, maka sholat malam yang dilakukannya termasuk dalam qiyamul lail secara umum, bukan Tahajud secara khusus.

Najih menegaskan bahwa meskipun hanya tidur sebentar, selama ada jeda tidur sebelum sholat, maka ibadah tersebut telah memenuhi syarat Tahajud menurut mayoritas ulama (jumhur).

Kajian Akademik tentang Waktu Tahajud

Dalam Jurnal Al-Hikmah oleh Nur Aisyah (2021), dijelaskan bahwa waktu pelaksanaan Tahajud secara syar’i mengikuti rotasi malam di tiap wilayah. Aisyah menyoroti adanya miskonsepsi di kalangan masyarakat, yaitu menganggap Tahajud dapat langsung dilakukan setelah Isya, padahal tidur terlebih dahulu adalah syarat utama.

Sementara itu, Jurnal Studi Ilmu Keislaman oleh Siti Khadijah (2019) mengungkapkan bahwa sepertiga malam terakhir merupakan waktu dengan konsentrasi spiritual tertinggi. Berdasarkan hasil studi, pada saat itu seseorang berada dalam kondisi psikis paling tenang dan intim dengan Tuhannya, sehingga lebih mudah untuk bermunajat dan merenung secara mendalam.

Kesimpulan:

Sholat Tahajud memiliki waktu pelaksanaan yang sangat spesifik dan tidak bisa dilakukan sembarangan. Syarat utamanya adalah harus didahului dengan tidur, dan waktu terbaiknya adalah sepertiga malam terakhir, menjelang Subuh. Selain sesuai dengan sunnah, waktu ini juga terbukti secara ilmiah sebagai momen ideal untuk refleksi spiritual dan memperdalam hubungan dengan Allah SWT.

Benarkah Kotoran di Bawah Kuku Bisa Membatalkan Wudhu? Ini Penjelasannya

Stylesphere – Setiap muslim yang hendak melaksanakan sholat diwajibkan bersuci terlebih dahulu dari hadas kecil dengan berwudhu. Salah satu rukun penting dalam wudhu adalah membasuh kedua tangan hingga ke siku secara merata dengan air. Tanpa wudhu yang sah, sholat pun tidak dianggap sah di sisi syariat.

Karena itu, penting bagi kita untuk memastikan bahwa semua bagian yang wajib dibasuh benar-benar terkena air. Namun, dalam praktiknya, sering kali ada hal kecil yang terlewatkan—misalnya, kondisi kuku. Kuku yang panjang atau tidak terawat dapat menjadi tempat menumpuknya kotoran. Bila kotoran tersebut keras dan menghalangi air mencapai kulit, maka wudhu dikhawatirkan tidak sah.

Lantas, apakah keberadaan kotoran di bawah kuku bisa membatalkan wudhu?

Mengutip penjelasan dari Anugerahslot Online (Selasa, 17/6/2025), sisa kotoran di bawah kuku tidak secara otomatis membatalkan wudhu, namun bisa menggugurkan keabsahan wudhu bila kotoran tersebut menghalangi air menyentuh kulit atau bagian tubuh yang wajib dibasuh.

Dengan demikian, penting bagi setiap muslim untuk memeriksa kebersihan kuku sebelum berwudhu, terutama jika kuku dalam keadaan panjang atau terdapat bekas kotoran, tanah, atau cat yang menempel.

Menjaga kebersihan kuku bukan hanya mendukung sahnya wudhu, tetapi juga bagian dari akhlak Islam yang menekankan kebersihan sebagai sebagian dari iman.

Pembasuhan Tangan dalam Wudhu: Rukun yang Tegas dalam Al-Qur’an dan Hadis

Rukun wudhu merupakan bagian pokok yang harus dilakukan agar wudhu dianggap sah. Salah satunya adalah membasuh kedua tangan hingga siku. Ketentuan ini secara jelas disebutkan dalam Al-Qur’an, tepatnya pada Surah Al-Maidah ayat 6:

“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu, serta (basuhlah) kakimu sampai kedua mata kaki.”
(QS. Al-Maidah: 6)

Berdasarkan ayat ini, para ulama sepakat bahwa membasuh tangan hingga siku termasuk rukun wudhu yang tidak boleh ditinggalkan. Wudhu tidak sah tanpa membasuh bagian tersebut secara menyeluruh dengan air.

Ketentuan ini tidak hanya bersumber dari Al-Qur’an, tetapi juga dikuatkan oleh hadis Nabi Muhammad SAW. Para sahabat telah meriwayatkan secara detail bagaimana Rasulullah melakukan wudhu. Salah satu riwayat yang terkenal datang dari sahabat Abu Hurairah RA, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim:

“Setelah menyelesaikan wudhu, Abu Hurairah RA berkata, ‘Demikianlah aku melihat Rasulullah SAW berwudhu.’”
(HR. Muslim)

Dari keterangan inilah para ulama menyusun kaidah-kaidah fiqih tentang tata cara wudhu, termasuk pentingnya memastikan air membasahi seluruh bagian tangan hingga siku. Wudhu yang benar menjadi syarat utama sahnya shalat, dan karena itu, perhatian terhadap detail-detailnya merupakan bagian dari ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah SWT.

Hukum Membersihkan Kotoran di Bawah Kuku Saat Wudhu Menurut Mazhab Syafi’i

Dalam mazhab Syafi’i, salah satu syarat sahnya wudhu adalah membasuh kedua tangan secara merata hingga siku. Para ulama juga menekankan pentingnya membersihkan segala sesuatu yang bisa menghalangi sampainya air ke kulit, termasuk kotoran yang menempel di tangan dan di bawah kuku.

Hal ini ditegaskan dalam kitab Fathul Mujib al-Qarib karya KH Afifuddin Muhajir. Dalam penjelasannya disebutkan:

“Ketiga, membasuh dua tangan sampai siku. Wajib menghilangkan segala penghalang yang ada di permukaan kedua tangan, seperti kotoran yang menumpuk dari luar, kecuali jika ada uzur (kesulitan) untuk melepaskannya. Adapun sedikit kotoran yang berada di bawah kuku, maka dimaafkan (tidak membatalkan wudhu).”
(Fathul Mujib al-Qarib, hlm. 13)

Dengan demikian, jika seseorang sudah berusaha membersihkan tangannya, termasuk bagian kuku, namun masih tersisa sedikit kotoran yang sulit dihilangkan, maka wudhunya tetap dianggap sah. Sebab, sedikit kotoran seperti itu termasuk hal yang ma’fu (dimaafkan) dalam fiqih.

Ini menunjukkan bahwa Islam memberi kelonggaran dalam ibadah, selama seseorang sudah berusaha maksimal untuk melaksanakan syarat-syaratnya. Maka, umat Islam tidak perlu khawatir secara berlebihan terhadap sisa kotoran kecil yang terselip di bawah kuku, asalkan telah berupaya membersihkannya semampunya.

Wallahu a’lam.

Misteri Keberadaan Malaikat Raqib dan Atid, Pencatat Amal Manusia

Misteri Keberadaan Malaikat Raqib dan Atid, Pencatat Amal Manusia

Stylesphere – Keberadaan malaikat Raqib dan Atid, yang bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia, masih menjadi topik menarik di kalangan umat Islam. Meski dikenal luas melalui ajaran agama, letak pasti dari kedua malaikat ini tidak pernah dijelaskan secara tegas dalam Al-Qur’an maupun hadis.

Banyak yang bertanya-tanya: Apakah malaikat Raqib dan Atid berada di tempat yang tetap atau berpindah-pindah? Apakah keduanya berada di satu sisi tubuh manusia, atau masing-masing memiliki posisi tertentu?

Perbedaan pandangan pun muncul di kalangan para ulama. Ada yang berpendapat bahwa Raqib dan Atid berada di sisi kanan dan kiri manusia—Raqib di kanan untuk mencatat amal baik, dan Atid di kiri untuk mencatat amal buruk. Namun, pendapat ini pun tidak bersifat mutlak, karena posisi mereka bukanlah sesuatu yang dijelaskan secara rinci dalam ajaran Islam.

Pembahasan ini dikutip dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah – KTB pada Minggu (11/5/2025), yang menegaskan bahwa keberadaan malaikat ini termasuk dalam perkara ghaib yang hanya diketahui hakikatnya oleh Allah SWT.

Sebagai penguat, disebutkan dalam Al-Qur’an surat Qaf ayat 18:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Raqib dan Atid.”

Ayat ini menunjukkan bahwa kedua malaikat tersebut selalu berada “di dekatnya,” yakni dekat dengan manusia, dan tidak ada satu pun ucapan atau perbuatan yang luput dari pengawasan mereka.

Oleh karena itu, meskipun keberadaan pastinya tidak bisa dipastikan secara fisik, umat Islam meyakini bahwa Raqib dan Atid selalu menyertai manusia setiap saat. Keyakinan ini menjadi pengingat agar selalu menjaga perilaku dan perkataan, karena semua akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.

Beragam Pandangan tentang Lokasi Malaikat Raqib dan Atid

Keberadaan malaikat Raqib dan Atid, dua makhluk Allah yang bertugas mencatat amal baik dan buruk manusia, menjadi pembahasan menarik dalam literatur keislaman. Para ulama dari berbagai generasi telah mengemukakan pendapat berbeda mengenai posisi kedua malaikat ini, meski semua sepakat bahwa mereka selalu dekat dengan manusia.

Imam Ad-Dhohak dan Al-Hasan menjelaskan bahwa malaikat Raqib dan Atid berada di bawah gigi geraham, tepatnya di atas tenggorokan. Letak ini menunjukkan kedekatan mereka dengan mulut, tempat ucapan manusia keluar dan menjadi bagian penting dari amal yang dicatat.

Riwayat lain, yang lebih populer di kalangan umat Islam, menyebutkan bahwa malaikat pencatat amal baik berada di sebelah kanan manusia, sementara pencatat amal buruk berada di sebelah kiri. Pandangan ini menekankan simbolisme antara kebaikan dan keburukan yang menyertai setiap langkah hidup manusia.

Dalam kitab Nuruzh Zholam halaman 19, disebutkan bahwa kedua malaikat itu masing-masing bernama Raqib dan Atid. Beberapa ulama, seperti Syekh al-Bajuri dan Jalal al-Mahalli, menjelaskan bahwa meskipun namanya terdengar sebagai satu kesatuan, sebenarnya mereka adalah dua malaikat berbeda dengan tugas yang spesifik.

Pendapat lain yang tak kalah menarik menyebut bahwa posisi mereka berada di pojok gigi geraham kanan dan kiri. Ini menegaskan kedekatan mereka dengan ucapan, sebagai aspek penting dari amal manusia.

Ada juga pandangan yang menyatakan bahwa Raqib dan Atid berada di kedua pundak manusia. Simbol ini menggambarkan keseimbangan catatan amal yang selalu mengikuti manusia ke mana pun mereka pergi.

Beberapa riwayat lain menyebut posisi mereka berada di janggut atau bahkan di bibir manusia. Meski tampak simbolis, makna di balik pandangan ini tetap sama: bahwa segala yang diucapkan dan dilakukan manusia selalu dalam pantauan dua malaikat tersebut.

Dengan beragam pandangan tersebut, umat Islam diajak untuk menyadari bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, tak pernah luput dari catatan. Ini menjadi pengingat agar senantiasa menjaga lisan, niat, dan perbuatan demi menggapai ridha Allah SWT.

Posisi Malaikat Roqib dan Atid: Fleksibel Sesuai Keadaan Manusia

Menurut Mujahid, posisi malaikat Roqib dan Atid bisa berubah-ubah tergantung kondisi seseorang. Saat seseorang duduk, salah satu malaikat berada di depan dan yang lainnya di belakang. Sementara saat tidur, satu berada di sisi kepala, dan satunya lagi di dekat kaki.

Pandangan ini menunjukkan bahwa malaikat pencatat amal tersebut tidak menempati posisi tetap, melainkan menyesuaikan diri dengan keadaan manusia. Ini mengisyaratkan kesiapsiagaan mereka dalam mencatat setiap perbuatan manusia, kapan pun dan di mana pun.

Syekh al-Bajuri menanggapi hal ini dengan sikap hati-hati. Ia menyebutkan bahwa masalah lokasi malaikat adalah bagian dari perkara gaib yang tidak bisa dipastikan secara mutlak. Oleh karena itu, beliau menyarankan agar bersikap tawaqquf—tidak mengambil kesimpulan tegas—karena hanya Allah SWT yang mengetahui hakikat sebenarnya.

Meski posisi malaikat tidak diketahui secara pasti, yang paling penting adalah keyakinan bahwa Roqib dan Atid senantiasa mencatat setiap amal, baik yang tampak maupun tersembunyi. Kesadaran ini seharusnya mendorong setiap Muslim untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berkata.

Dengan demikian, meski posisi malaikat Roqib dan Atid tetap menjadi misteri Ilahi, yang utama adalah menjaga amal perbuatan. Sebab, semua akan dimintai pertanggungjawaban kelak.

Wallahu a’lam – hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Jejak Kesabaran dan Syukur: Makam Nabi Nuh AS di Yordania

Jejak Kesabaran dan Syukur: Makam Nabi Nuh AS di Yordania

Stylesphere – Di sebuah sudut sunyi di Yordania, terdapat sebuah kawasan yang menyimpan jejak salah satu manusia paling penuh syukur dan sabar dalam sejarah umat manusia. Sosok itu adalah Nabi Nuh AS — bukan hanya seorang nabi, tetapi juga lambang keteguhan hati, kesabaran, dan keikhlasan dalam menjalankan amanah dari Allah SWT.

Nabi Nuh dikenal karena ketekunannya dalam berdakwah kepada kaumnya. Ia diutus jauh sebelum datangnya bencana besar berupa banjir dahsyat yang melanda bumi. Menurut berbagai riwayat, masa dakwah beliau berlangsung hampir seratus tahun. Namun, dari perjalanan panjang tersebut, hanya sekitar 80 orang yang menjadi pengikutnya. Fakta ini menjadi cerminan ujian luar biasa yang dihadapi oleh Nabi Nuh serta kesabarannya yang tak tergoyahkan.

Al-Qur’an menyebut Nabi Nuh sebagai seorang “hamba yang bersyukur”. Nama “Nuh” sendiri diyakini berasal dari kebiasaannya yang sering menangis — sebagai wujud penyesalan dan doa atas dosa-dosa kaumnya, seraya memohon ampunan kepada Allah SWT.

Dilansir dari tayangan video di kanal YouTube @harypurnama849 pada Jumat (2 Mei 2025), makam Nabi Nuh berada di kota Karak, tepatnya di wilayah Krak, sebuah kawasan pinggiran kota Karak di bagian selatan Yordania.

Makam tersebut terletak di dalam sebuah kompleks pemakaman sederhana dengan luas bangunan sekitar 57 meter persegi. Bangunannya terbuat dari batu dan tanah liat berwarna hijau yang khas, menambah kesan damai dan sakral pada tempat peristirahatan terakhir sang nabi.

Lokasi Makam Nabi Nuh AS di Karak, Yordania

Kementerian Pariwisata dan Antik Yordania telah menetapkan sejumlah lokasi bersejarah, termasuk makam Nabi Nuh AS di Karak, sebagai situs ziarah religi yang terbuka bagi wisatawan Muslim dari seluruh penjuru dunia.

Lokasi makam ini cukup strategis dan mudah dijangkau, baik dari ibu kota Amman maupun dari Petra—salah satu destinasi wisata paling terkenal di Yordania. Aksesibilitas yang baik ini menjadikan makam Nabi Nuh sebagai salah satu tujuan ziarah spiritual yang semakin populer.

Para peziarah yang datang ke tempat ini kerap merasakan ketenangan batin yang mendalam. Lingkungan sekitar yang hening, hembusan angin padang pasir yang menyejukkan, serta bangunan kuno yang terawat memberikan nuansa spiritual yang khas dan menyentuh.

Sebagian warga setempat meyakini bahwa kawasan di sekitar makam membawa aura yang berbeda—seakan menyimpan pelajaran luhur tentang keimanan, ketekunan, dan kesabaran yang diajarkan oleh Nabi Nuh.

Makam ini tak hanya menjadi tempat untuk berziarah, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukatif. Ia mengingatkan kembali kepada pengunjung tentang nilai-nilai keteladanan dari Nabi Nuh AS yang relevan sepanjang zaman.

Dalam Islam, ziarah ke makam para nabi bukanlah bentuk pemujaan, melainkan sebagai wujud penghormatan dan refleksi terhadap perjuangan mereka dalam menegakkan kebenaran dan membimbing umat. Kunjungan semacam ini menjadi momen untuk memperkuat keimanan dan meneladani sifat-sifat mulia yang mereka miliki.

Kisah hidup Nabi Nuh memberikan pesan yang abadi—bahwa dalam menghadapi cobaan dan rintangan hidup, kesabaran dan rasa syukur adalah kunci utama untuk meraih ridha Allah SWT. Melalui ziarah ke makam beliau, umat Islam diingatkan untuk terus menanamkan dua nilai agung tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Simbol Kesakralan dan Sejarah di Tengah Padang Yordania

Di bagian tengah kompleks pemakaman Nabi Nuh AS, berdiri sebuah kubah sederhana yang menjadi penanda utama makam beliau. Meskipun bentuknya tidak megah, kubah tersebut memancarkan aura sakral dan nuansa historis yang kuat, menjadikannya titik sentral yang khusyuk bagi para peziarah.

Baik warga lokal maupun pengunjung dari berbagai negara menganggap tempat ini sebagai lokasi yang penuh keberkahan. Banyak di antara mereka yang datang untuk berdoa, merenung, dan mengenang kembali perjalanan hidup seorang nabi yang dikenal karena ketulusan dan ketabahannya.

Menurut catatan sejarah lokal, Nabi Nuh wafat dalam usia sekitar 150 tahun. Usia yang luar biasa panjang ini dipercaya sebagai bentuk rahmat dan karunia dari Allah SWT, sebagai balasan atas dedikasi beliau dalam menyampaikan wahyu-Nya dengan penuh keikhlasan.

Keberadaan makam Nabi Nuh AS turut memperkaya khazanah situs bersejarah Islam di Yordania. Negara ini memang dikenal sebagai tanah yang dilalui oleh para nabi dan sahabat Rasulullah SAW, sehingga memiliki nilai penting dalam peta sejarah Islam.

Setidaknya terdapat 27 situs bersejarah Islam di wilayah Yordania. Selain makam Nabi Nuh, terdapat pula makam para nabi lainnya seperti Nabi Sulaiman, Nabi Harun, Nabi Syuaib, Nabi Daud, dan Nabi Luth—semuanya menjadi saksi bisu dari perjalanan panjang kenabian dan penyebaran risalah ilahi.