Menyambut Dzulhijjah 1446 H: Amalan Puasa Sunnah Sebelum Idul Adha 2025

Menyambut Dzulhijjah 1446 H: Amalan Puasa Sunnah Sebelum Idul Adha 2025

StylesphereBulan Dzulqaโ€™dah 1446 H akan segera berakhir, menandakan datangnya bulan mulia Dzulhijjah 1446 H, yang bertepatan dengan Dzulhijjah 2025 dalam kalender Masehi. Sebagai salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT, Dzulhijjah menjadi waktu istimewa bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh.

Salah satu ibadah yang dianjurkan di awal bulan ini adalah puasa sunnah. Puasa Dzulhijjah memiliki keutamaan besar dan merupakan bentuk kecintaan kepada Allah SWT, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Terdapat tiga jenis puasa sunnah yang bisa diamalkan sebelum Hari Raya Idul Adha, yaitu:

  1. Puasa Awal Dzulhijjah (1โ€“7 Dzulhijjah)
    Dianjurkan untuk berpuasa sejak hari pertama Dzulhijjah sebagai bentuk amal saleh yang dicintai Allah.
  2. Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)
    Puasa ini memiliki nilai keutamaan tersendiri dan merupakan bagian dari tradisi umat Islam menyambut momen Arafah.
  3. Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)
    Puasa Arafah merupakan yang paling utama. Bagi yang tidak menunaikan haji, puasa ini dapat menghapus dosa dua tahun, satu tahun yang lalu dan satu tahun yang akan datang (HR. Muslim).

Niat Puasa Dzulhijjah

Niat puasa bisa diucapkan dalam hati atau secara lisan sebelum fajar, contohnya:

โ€œNawaitu shauma ghadin โ€˜an adฤโ€™i sunnati Dzulhijjah lillฤhi taโ€˜ฤlฤ.โ€
Artinya: Saya niat berpuasa sunnah Dzulhijjah esok hari karena Allah Taโ€˜ala.

Jadwal Puasa Dzulhijjah 2025

Bergantung pada hasil rukyatul hilal, estimasi awal Dzulhijjah 1446 H kemungkinan jatuh pada Selasa, 30 Juni 2025. Maka, berikut perkiraan jadwalnya:

  • 1โ€“7 Dzulhijjah 1446 H: 30 Juni โ€“ 6 Juli 2025
  • Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah): 7 Juli 2025
  • Puasa Arafah (9 Dzulhijjah): 8 Juli 2025
  • Idul Adha (10 Dzulhijjah): 9 Juli 2025

Penutup

Menghidupkan awal Dzulhijjah dengan puasa sunnah adalah amalan yang sangat dianjurkan, terlebih karena pahala amal di bulan ini dilipatgandakan. Mari manfaatkan momen mulia ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meraih keberkahan menjelang Idul Adha.

Niat dan Waktu Pelaksanaan Puasa Sunnah Dzulhijjah

Puasa sunnah di bulan Dzulhijjah dikerjakan seperti puasa-puasa lainnya, yaitu dimulai sejak terbit fajar hingga terbenam matahari.

Kapan Niat Puasa Dzulhijjah Dilakukan?

Berbeda dengan puasa wajib (seperti Ramadan) yang harus diniatkan pada malam hari, puasa sunnah seperti puasa Dzulhijjah memiliki kelonggaran dalam niat. Jika lupa berniat di malam hari, niat masih bisa dilakukan hingga sebelum zawรขl (tergelincirnya matahari atau masuk waktu Zuhur), selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar.


Lafal Niat Puasa Sunnah Dzulhijjah

Berikut adalah niat-niat puasa sunnah yang biasa dilakukan pada awal bulan Dzulhijjah:


๐Ÿ—“๏ธ Niat Puasa Tanggal 1โ€“7 Dzulhijjah

ู†ูŽูˆูŽูŠู’ุชู ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ุดูŽู‡ู’ุฑู ุฐููŠู’ ุงู„ู’ุญูุฌูŽู‘ุฉู ุณูู†ูŽู‘ุฉู‹ ู„ูู„ู‘ูฐู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰
Nawaitu shauma syahri dzil hijjah sunnatan lillรขhi taโ€˜รขlรข.

Artinya: โ€œSaya niat puasa sunnah bulan Dzulhijjah karena Allah Taโ€˜รขlรข.โ€


๐Ÿ—“๏ธ Niat Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

ู†ูŽูˆูŽูŠู’ุชู ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ุชูŽุฑู’ูˆููŠูŽุฉูŽ ุณูู†ูŽู‘ุฉู‹ ู„ูู„ู‘ูฐู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillรขhi taโ€˜รขlรข.

Artinya: โ€œSaya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Taโ€˜รขlรข.โ€


๐Ÿ—“๏ธ Niat Puasa Hari Arafah (9 Dzulhijjah)

ู†ูŽูˆูŽูŠู’ุชู ุตูŽูˆู’ู…ูŽ ุนูŽุฑูŽููŽุฉูŽ ุณูู†ูŽู‘ุฉู‹ ู„ูู„ู‘ูฐู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰
Nawaitu shauma arafata sunnatan lillรขhi taโ€˜รขlรข.

Artinya: โ€œSaya niat puasa sunnah Arafah karena Allah Taโ€˜รขlรข.โ€


Dengan melaksanakan puasa-puasa sunnah ini, umat Islam dapat meraih berbagai keutamaan dan pahala yang besar, khususnya pada hari-hari terbaik sepanjang tahun, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:

“Tidak ada hari-hari yang amal saleh lebih dicintai Allah daripada sepuluh hari pertama Dzulhijjah.โ€ (HR. Bukhari)

Jika Anda ingin, saya juga bisa bantu buatkan kalender puasa Dzulhijjah 1446 H dalam format visual. Mau saya bantu buatkan?

Keutamaan Puasa Awal Dzulhijjah dan Puasa Arafah

๐ŸŒ™ Puasa Awal Dzulhijjah: Ibadah Sunnah dengan Pahala Besar

Puasa pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah adalah ibadah sunnah yang sangat dianjurkan. Keutamaannya sangat besar karena hari-hari ini termasuk waktu paling dicintai oleh Allah untuk beramal saleh.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Imam At-Tirmidzi, Nabi Muhammad SAW bersabda:

ู…ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽูŠูŽู‘ุงู…ู ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูุชูŽุนูŽุจูŽู‘ุฏูŽ ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูŽุดู’ุฑู ุฐููŠ ุงู„ู’ุญูุฌูŽู‘ุฉู ูŠูŽุนู’ุฏูู„ู ุตููŠูŽุงู…ู ูƒูู„ูู‘ ูŠูŽูˆู’ู…ู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุจูุตููŠูŽุงู…ู ุณูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽู‚ููŠูŽุงู…ู ูƒูู„ูู‘ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุจูู‚ููŠูŽุงู…ู ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏู’ุฑู
โ€œTidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, dan satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar.โ€
(HR. At-Tirmidzi)


๐Ÿ•‹ Keutamaan Khusus Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)

Dari seluruh hari di awal Dzulhijjah, puasa pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) memiliki keutamaan paling besar. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa selama dua tahun, sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Muslim:

ุตููŠูŽุงู…ู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุนูŽุฑูŽููŽุฉูŽ ุฃูŽุญู’ุชูŽุณูุจู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠููƒูŽููู‘ุฑูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู†ูŽุฉูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ู‚ูŽุจู’ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู†ูŽุฉูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ู…
โ€œPuasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datangโ€ฆโ€
(HR. Muslim)


๐Ÿ“Œ Kesimpulan

Berikut ringkasan keutamaan puasa di awal Dzulhijjah:

Hari PuasaKeutamaan
Tanggal 1โ€“7 DzulhijjahSetiap hari puasa setara pahala dengan satu tahun puasa
Malam-malamnyaSetiap malam ibadah setara malam Lailatul Qadar
Hari Arafah (9 Dzulhijjah)Menghapus dosa setahun sebelumnya dan sesudahnya

Melaksanakan puasa-puasa ini adalah kesempatan besar meraih pahala berlimpah, khususnya menjelang Hari Raya Idul Adha.

Jika Anda ingin, saya juga bisa bantu buatkan infografik sederhana tentang keutamaan puasa Dzulhijjah. Ingin dibuatkan?

Memahami Hukum Kurban: Sunnah atau Wajib? Penjelasan Buya Yahya

Memahami Hukum Kurban: Sunnah atau Wajib? Penjelasan Buya Yahya

Stylesphere – Ibadah kurban merupakan salah satu amalan penting dalam Islam yang dilaksanakan setiap Hari Raya Iduladha, termasuk pada perayaan Iduladha 2025 mendatang. Meski demikian, masih banyak umat Muslim yang belum sepenuhnya memahami status hukum kurban, terutama terkait kapan kurban bersifat sunnah dan kapan bisa menjadi wajib.

Kebingungan sering muncul, terutama bagi mereka yang telah berniat untuk berkurban. Dalam ajaran Islam, khususnya menurut Mazhab Syafiโ€™i yang dianut oleh mayoritas ulama (jumhur), hukum kurban pada dasarnya adalah sunnah muakkad. Artinya, kurban sangat dianjurkan tetapi tidak bersifat wajib bagi setiap Muslim.

Namun, ada kondisi tertentu yang dapat mengubah hukum kurban menjadi wajib, salah satunya adalah jika disertai dengan nazar.

Melalui tayangan video yang diunggah di kanal YouTube @buyayahyaofficial, Minggu (18/05/2025), pendakwah kharismatik KH Yahya Zainul Maโ€™arif atau yang lebih dikenal dengan Buya Yahya, memberikan penjelasan rinci mengenai hal ini.

Menurut Buya Yahya, jika seseorang dengan tegas menyatakan niat nazar, misalnya dengan mengucapkan, โ€œAku nazar mau menyembelih kambing sebagai kurban,โ€ maka kurban tersebut otomatis menjadi wajib.

Pernyataan ini dianggap sebagai janji yang mengikat secara syarโ€™i dan tidak boleh diabaikan. Bahkan, Buya Yahya menegaskan bahwa apabila kurban dilakukan sebagai bentuk nazar, maka daging hewan kurban tersebut tidak boleh dimakan oleh orang yang berkurban maupun keluarganya, melainkan harus dibagikan seluruhnya kepada yang berhak menerimanya.

Dengan memahami perbedaan antara kurban yang bersifat sunnah dan yang menjadi wajib karena nazar, umat Muslim diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam berniat dan menjalankan ibadah kurban. Pengetahuan ini juga penting agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan dan pembagian kurban.

Bedakan Kurban Sunnah dan Kurban Nazar, Jangan Sampai Ibadah Jadi Beban

Menjelang Iduladha 2025, pemahaman umat Muslim terhadap hukum kurban kembali menjadi perhatian. Salah satu hal penting yang perlu diketahui adalah perbedaan antara kurban yang sunnah dan kurban yang wajib karena nazar. Hal ini disampaikan oleh pendakwah ternama Buya Yahya, melalui kanal YouTube @buyayahyaofficial, Minggu (18/05/2025).

Menurut Buya Yahya, jika tidak ada niat nazar yang diucapkan secara jelas, maka ibadah kurban tetap berstatus sebagai sunnah muakkad. Dalam hal ini, orang yang berkurban boleh memakan sebagian daging kurbannya, serta membagikannya kepada tetangga, kerabat, dan fakir miskin.

โ€œSelagi kurban itu sunnah, bukan nazar, maka orang yang berkurban boleh memakan dagingnya. Jangan sampai kurban yang seharusnya menjadi ibadah penuh berkah malah berubah menjadi beban,โ€ tegas Buya Yahya.

Namun, berbeda halnya jika seseorang telah menyatakan nazarโ€”misalnya dengan berkata โ€œSaya nazar akan menyembelih kambing untuk kurbanโ€โ€”maka kurban tersebut menjadi wajib, dan ada konsekuensi yang harus ditanggung.

Dalam konteks ini, Buya Yahya mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dalam mengucapkan niat nazar, karena nazar adalah janji kepada Allah yang harus ditepati. Sekali diucapkan, ia tidak bisa dicabut, dan pelaksanaannya memiliki aturan yang berbeda dengan kurban sunnah.

Jika kurban dilakukan sebagai nazar, maka seluruh bagian daging kurban wajib diberikan kepada fakir miskin. Orang yang berkurban maupun keluarganya tidak diperbolehkan mengonsumsinya, karena daging tersebut menjadi bentuk pemenuhan janji kepada Allah, bukan lagi sebagai ibadah sunnah yang bersifat fleksibel.

โ€œIni yang sering kali tidak dipahami oleh masyarakat, sehingga terjebak dalam anggapan bahwa kurban selalu wajib,โ€ ujar Buya Yahya.

Dengan memahami perbedaan mendasar ini, umat Muslim diharapkan dapat menjalankan ibadah kurban dengan lebih tepat, tenang, dan penuh keberkahan, tanpa terbebani oleh kesalahpahaman dalam niat maupun pelaksanaannya.

Buya Yahya: Kurban Adalah Ibadah Berbagi, Bukan Beban

Buya Yahya kembali menegaskan pentingnya bijak dalam bernazar, terutama terkait ibadah kurban yang akan dijalankan umat Islam pada Iduladha 2025. Ia mengingatkan bahwa kebiasaan sebagian masyarakat yang mudah mengucapkan nazar tanpa pertimbangan matang dapat menimbulkan kewajiban berat yang justru membebani diri sendiri.

โ€œJangan mudah-mudah bernazar. Nazar itu janji kepada Allah. Sekali terucap, wajib ditunaikan,โ€ kata Buya Yahya melalui kanal YouTube @buyayahyaofficial.

Lebih lanjut, Buya menjelaskan bahwa kurban yang dilakukan tanpa nazar tetap berstatus sunnah muakkad, yakni ibadah yang sangat dianjurkan tetapi tidak wajib. Dalam kondisi ini, orang yang berkurban berhak menikmati sebagian daging kurban, serta membagikannya kepada tetangga, kerabat, dan fakir miskin. Hal ini menjadi sarana berbagi kebahagiaan dan mempererat tali persaudaraan antarwarga.

Terkait pembagian daging, Buya Yahya menyarankan agar fakir miskin tetap menjadi prioritas utama. Namun, menurutnya, tidak ada larangan bagi orang mampu menerima daging kurban, selama tujuannya adalah menjaga kebersamaan dan keharmonisan sosial.

โ€œKurban jangan sampai menjadi ibadah yang penuh tekanan. Selama tidak dinazarkan, tetaplah pada status sunnah. Jalani dengan ringan, ikhlas, dan gembira,โ€ ujar Buya.

Ia juga menekankan bahwa inti dari kurban adalah niat ikhlas untuk berbagi, bukan sekadar menggugurkan kewajiban. Oleh karena itu, umat Islam diimbau untuk memahami hukum dan aturan seputar kurban, terutama terkait nazar, agar bisa melaksanakan ibadah ini dengan tenang dan penuh keberkahan.

Dengan penjelasan tersebut, Buya Yahya berharap masyarakat dapat menjalani ibadah kurban secara bijak, sadar, dan tidak terburu-buru dalam bernazar, sehingga kurban tetap menjadi ibadah yang membawa manfaat lahir dan batin.

Jangan Tergesa Nazar, Kurban Harus Dilakukan dengan Niat Tulus

Menjelang Hari Raya Idul adha 2025, pendakwah ternama Buya Yahya kembali menekankan pentingnya pemahaman yang benar dalam menjalankan ibadah kurban. Ia memperingatkan agar umat Islam tidak tergesa-gesa melafalkan nazar tanpa mempertimbangkan konsekuensinya secara matang.

โ€œNazar itu ikatan serius dengan Allah. Jika sudah terucap, maka wajib ditepati. Jangan sampai niat baik berubah menjadi beban hanya karena tidak paham hukum kurban,โ€ ujar Buya Yahya dalam video yang tayang di kanal YouTube @buyayahyaofficial.

Menurut Buya, banyak masyarakat yang belum memahami perbedaan antara kurban sunnah dan kurban yang menjadi wajib karena nazar. Kurban sunnah bersifat sangat dianjurkan namun tidak mengikat, sehingga pelaksananya boleh menikmati daging kurban dan membaginya kepada sesama. Sementara jika sudah dinazarkan, maka seluruh daging kurban wajib disedekahkan kepada fakir miskin, dan orang yang berkurban tidak boleh memakannya.

Di akhir penjelasannya, Buya Yahya mengajak umat Islam untuk menjadikan kurban sebagai momen kebersamaan dan berbagi, bukan sumber perdebatan atau tekanan. Ia mengingatkan bahwa perbedaan pendapat soal hukum kurban tidak seharusnya menimbulkan perselisihan di tengah masyarakat.

โ€œKurban adalah simbol pengorbanan dan ketulusan. Laksanakanlah dengan hati yang lapang, niat yang murni, dan semangat berbagi,โ€ pesannya.

Dengan pemahaman yang tepat mengenai hukum kurban, termasuk konsekuensi dari nazar, Buya Yahya berharap umat Islam bisa menjalani ibadah ini dengan lebih ikhlas, sadar, dan penuh keberkahan.

Semoga penjelasan ini menjadi pencerahan bagi masyarakat agar tidak lagi salah paham dan mampu melaksanakan kurban sesuai tuntunan agama, dengan niat tulus dan semangat persaudaraan.

Lebih Baik Hewan Jantan Atau Betina Ketika Berqurban?

Lebih Baik Hewan Jantan Atau Betina Ketika Berqurban?

Stylesphere – Dalam memilih hewan qurban, banyak umat Islam bingung antara memilih hewan jantan atau betina. Di masyarakat, hewan jantan sering dianggap lebih utama. Namun, harganya biasanya lebih mahal dibandingkan hewan betina, yang bisa menjadi pertimbangan tersendiri.

Pada kenyataannya, menurut para ulama, ukuran tubuh dan manfaat daging lebih penting daripada jenis kelamin hewan. Prinsip ini ditegaskan oleh pendakwah KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) dalam salah satu kajiannya.

Dikutip Jumat (26/04/2025) dari kanal YouTube @AlMadani_Channel, Buya Yahya menjelaskan bahwa inti dari qurban adalah memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi umat. Karena itu, fokus utama dalam memilih hewan qurban adalah pada besarnya manfaat daging, bukan pada bulu, tanduk, atau kondisi fisik lainnya.

Buya Yahya menekankan, semakin besar dan banyak daging hewan, semakin baik untuk dijadikan qurban. Jika hewan jantan lebih besar, maka ia lebih utama. Namun jika ada betina yang lebih besar dibanding jantan, maka betina tersebut lebih layak dipilih.

Islam Lebih Mengutamakan Substansi

Dalam ibadah qurban, tujuan utamanya adalah memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada orang lain, bukan sekadar memilih hewan berdasarkan jenis kelamin.

Terkait warna hewan qurban, Buya Yahya menjelaskan bahwa tidak ada ketentuan khusus dalam syariat. Memang, ada riwayat yang menyebut Nabi Muhammad SAW pernah menyembelih hewan berwarna putih. Namun, jika harus memilih antara hewan putih yang kurus dan hewan hitam yang gemuk, maka sebaiknya memilih yang gemuk, meskipun warnanya hitam.

Ini menunjukkan bahwa Islam lebih menekankan substansi dan manfaat dibanding tampilan fisik.

Buya Yahya juga mengingatkan agar umat tidak terjebak pada simbol-simbol lahiriah. Esensi qurban adalah ketulusan hati: mempersembahkan yang terbaik untuk Allah dan membagi kebahagiaan dengan sesama.

Hewan Qurban Harus Memenuhi Syariat

Ketulusan dalam memilih hewan qurban yang terbaik โ€” dari segi ukuran dan manfaat โ€” mencerminkan keikhlasan seorang hamba dalam menaati perintah Allah.

Buya Yahya mengingatkan bahwa hewan qurban harus memenuhi syarat syariat: sehat, cukup umur, dan bebas cacat. Setelah itu, fokus utama adalah memilih hewan yang memberi manfaat terbesar bagi penerima daging qurban.

Ukuran besar yang dimaksud bukan hanya soal fisik, tetapi juga kualitas daging yang bisa dinikmati banyak orang.

Semangat berqurban bukan sekadar menunaikan kewajiban tahunan, melainkan juga mempererat kasih sayang dan persaudaraan antarumat.

Dalam berqurban, keutamaan tidak terletak pada jenis kelamin atau warna hewan, melainkan pada seberapa besar manfaat yang bisa disebarkan.

Pesan ini menjadi pengingat bagi seluruh umat Islam untuk lebih bijaksana dalam berqurban, demi meraih pahala dan keberkahan yang lebih luas.

Penjelasa Alam Barzakh Menurut Agama Islam

Penjelasa Alam Barzakh Menurut Agama Islam

Stylesphere – Dalam ajaran Islam, ketika seseorang meninggal dunia, ia berpindah dari alam dunia ke alam barzakh. Sementara jasadnya tetap di alam kubur, ruhnya masuk ke alam barzakh, yaitu fase transisi antara dunia dan akhirat. Alam ini menjadi tempat persinggahan sebelum memasuki kehidupan akhirat sepenuhnya. Sejak zaman Nabi Adam hingga sekarang, jumlah penghuni barzakh terus bertambah.

KH Nurul Irfan menjelaskan bahwa manusia yang telah berada di alam barzakh bisa melihat alam dunia sekaligus akhirat. Ia menggambarkan barzakh sebagai sebuah sekat, di mana para penghuni kubur memiliki pandangan terhadap dua alam tersebut. โ€œMereka berada di satu tempat yang namanya barzakh, bisa melihat dunia dan akhirat,โ€ ujarnya seperti dikutip dari situs Majelis Ulama Indonesia, Senin (7/4/2025).

Terkait hal ini, seorang jemaah Al Bahjah pernah menanyakan kepada KH Yahya Zainul Maโ€™arif (Buya Yahya), apakah memungkinkan seseorang di alam barzakh bertemu dengan kerabatnya yang telah meninggal lebih dulu.

Alam Barzakh Menurut Buya Yahya

Buya Yahya menjelaskan bahwa kerabat yang telah berada di alam barzakh memungkinkan untuk saling berkunjung. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan tersebut. Hanya mereka yang termasuk dalam golongan ahli rahmatโ€”yakni orang-orang yang telah mendapat ampunan dari Allahโ€”yang dapat saling bertemu dengan mudah.

Menurut Buya Yahya, mereka yang selama hidupnya tidak berada di jalan yang benar tidak akan bisa bertemu dengan orang-orang saleh di alam barzakh. Hal ini disebabkan tidak adanya ikatan kebaikan atau kenangan amal saleh yang bisa mempertemukan mereka.

โ€œSesama ahli barzakh bisa saja saling berkunjung. Wallahu aโ€™lam bagaimana caranya, karena alam tersebut tidak terikat oleh materi. Semoga kelak kita dapat saling berkunjung dengan orang-orang saleh,โ€ kata Buya Yahya dalam tayangan YouTube Al Bahjah TV, Senin (7/4/2025).

Penjelasan dari KH Ahmad Ishomuddin

Pertanyaan tentang apakah ruh orang yang telah meninggal bisa bertemu dengan ruh orang yang masih hidup mendapat penjelasan dari KH Ahmad Ishomuddin, kiai muda dari Nahdlatul Ulama Provinsi Lampung. Ia mengatakan bahwa manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari jasad dan ruh. Ketika keduanya berpisah, itulah yang disebut kematian.

โ€œMati adalah peristiwa ketika ruh berpisah dari jasad,โ€ ujar Gus Ishom, sapaan akrabnya, dikutip dari NU Online.

Mengutip penjelasan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Gus Ishom menyebut bahwa ruh terbagi menjadi dua jenis. Pertama, ruh yang mendapat nikmat dari Allah, yang tidak dibelenggu dan diberi kebebasan, sehingga bisa saling bertemu dan mengingat peristiwa-peristiwa dunia. Kedua, ruh yang sedang disiksa dan sibuk dengan penderitaan yang dialaminya, sehingga tidak bisa bertemu atau berkunjung ke ruh lain.

Gus Ishom menambahkan, pertemuan antara ruh orang yang telah meninggal dan ruh orang yang masih hidup bisa terjadi ketika seseorang sedang tidur. Hal ini karena mimpi terdiri dari tiga jenis, dan salah satunya memungkinkan terjadinya pertemuan antara kedua ruh tersebut.