Stylesphere – Surat Al-Insyiqaq merupakan surat ke-84 dalam Al-Qur’an, terdiri dari 25 ayat, dan termasuk golongan surat Makkiyah. Nama “Al-Insyiqaq” berasal dari kata yang berarti “terbelah”, merujuk pada peristiwa langit yang terbelah sebagai salah satu tanda dahsyatnya hari kiamat, yang menjadi tema utama surat ini.
Dalam penelitian skripsi yang dilakukan oleh Izharul Irfan (2011), berjudul “Pemberian Catatan Perbuatan dalam Surat al-Insyiqāq (Studi Komparatif antara Tafsir Al-Misbâh dan Al-Qur’ān dan Tafsirnya)”, dijelaskan bahwa baik Tafsir Al-Misbâh karya M. Quraish Shihab maupun Tafsir Departemen Agama Republik Indonesia sepakat bahwa seluruh amal manusia, baik maupun buruk, akan mendapat balasan yang setimpal. Meski pendekatan dan gaya penafsiran kedua sumber tersebut berbeda, kesimpulannya tetap sama: setiap tindakan manusia akan diperhitungkan secara adil oleh Allah SWT.
Surat Al-Insyiqaq memberikan peringatan keras tentang peristiwa hari kiamat. Ayat-ayatnya menggambarkan betapa mengerikannya hari tersebut dan menjadi pengingat bagi manusia agar senantiasa memperkuat iman serta memperbanyak amal saleh.
Melalui Anugerahslot islamic surat ini, Allah menyeru umat manusia untuk taat, beribadah, dan mempersiapkan diri menghadapi hari pembalasan. Surat ini juga mengandung nilai-nilai penting mengenai tanggung jawab individu atas amal perbuatannya, serta keadilan Allah yang akan menilai segala sesuatu tanpa ada yang terlewat.
Surah Al-Insyiqaq: Gambaran Dahsyat Hari Kiamat

Surah Al-Insyiqaq merupakan surah ke-84 dalam Al-Qur’an dan tergolong sebagai surah Makkiyah, yakni surah yang diturunkan di Makkah. Nama “Al-Insyiqaq”, yang berarti “terbelah”, diambil dari kata pada ayat pertama surah ini (QS. 84:1), menggambarkan peristiwa langit yang terbelah sebagai salah satu tanda awal hari kiamat.
Surah ini terdiri atas 25 ayat dan masuk dalam kelompok Al-Mufasshalat, yaitu kumpulan surah pendek yang sering kali diawali dengan kata sumpah atau penanda fenomena besar alam seperti “idhā” (“apabila”). Karakteristik semacam ini umum dijumpai dalam surah-surah yang memuat peringatan dan gambaran tentang hari akhir.
Menurut mayoritas ulama, Al-Insyiqaq diturunkan pada fase akhir periode wahyu Makkiyah. Dalam urutan kronologis pewahyuan, banyak ulama menempatkan surah ini setelah Surah Al-Mutaffifin (Surah ke-83), yang juga menyoroti tema keadilan Ilahi dan balasan atas perbuatan manusia.
Dengan nada yang tegas dan penuh peringatan, surah ini mengajak pembacanya untuk merenungkan kebesaran Allah, serius menghadapi kenyataan akhirat, dan senantiasa bersiap diri dengan keimanan dan amal saleh.
Surah Al-Insyiqaq (QS 84:1–25): Gambaran Kiamat dan Pertemuan Manusia dengan Tuhan

Surah Al-Insyiqaq merupakan surah Makkiyah yang terdiri dari 25 ayat. Nama surah ini diambil dari kata al-insyiqaq yang berarti “terbelah”, merujuk pada fenomena terbelahnya langit sebagai pertanda dimulainya Hari Kiamat. Surah ini secara tegas membantah kaum yang meragukan keberadaan hari akhir, dengan menyajikan gambaran konkret tentang kehancuran kosmik sebagai bukti kekuasaan Allah.
Ayat 1–2: Langit yang Patuh kepada Tuhan
“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya…”
Ayat ini menggambarkan bagaimana langit, yang selama ini kokoh dan stabil, akan terbelah atas perintah Allah. Kepatuhan langit menunjukkan bahwa bahkan unsur alam semesta pun tunduk sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Ini menegaskan bahwa tidak ada satu pun makhluk yang dapat menghindar dari kekuasaan-Nya.
Ayat 3–5: Bumi yang Memuntahkan Isinya
“Dan apabila bumi diratakan, dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya…”
Dalam ayat-ayat ini, bumi digambarkan mengalami perubahan besar: menjadi datar dan mengeluarkan seluruh isi perutnya, termasuk tulang-belulang dan jasad manusia. Menurut hadits dan pendapat mufassir seperti Ibnu Katsir, ini merujuk pada proses pengumpulan manusia di padang mahsyar, ketika bumi yang lama digantikan dengan bumi baru untuk menjadi tempat perhitungan.
Situs tafsiralquran.id menafsirkan peristiwa ini sebagai hancurnya tatanan semesta, termasuk lenyapnya bintang-bintang, yang memicu kekacauan besar dalam struktur alam.
Ayat 6: Pertemuan Tak Terelakkan dengan Allah
“Wahai manusia, sesungguhnya kamu bekerja keras menuju Tuhanmu, lalu kamu akan menemui-Nya.”
Ayat ini adalah seruan langsung kepada seluruh umat manusia. Penelitian dari UIN Walisongo (Ridwan & Muhaimin, 2024) menunjukkan bahwa ayat ini menegaskan perjuangan hidup setiap manusia—baik yang beriman maupun yang ingkar—pada akhirnya akan berujung pada pertemuan dengan Tuhan. Inilah kepastian hari perhitungan, di mana amal setiap orang akan dinilai secara adil.
Tafsir Surah Al-Insyiqaq: Alam Patuh, Manusia Dipilah

Surah Al-Insyiqaq dibuka dengan gambaran menggetarkan tentang suasana Hari Kiamat. Langit terbelah dan bumi diratakan serta memuntahkan seluruh isi perutnya, baik jasad maupun rahasia yang tersembunyi. Dalam ayat 1–5 ini, langit dan bumi digambarkan sebagai makhluk yang “patuh kepada Rabb-nya”.
Menurut Tafsir Jalalain karya Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi, kata “patuh” menunjukkan bahwa seluruh tatanan alam senantiasa mendengar dan tunduk sepenuhnya kepada perintah Allah, bahkan hingga kehancurannya pada Hari Kiamat. Hal serupa dijelaskan pula oleh Ustaz Firanda Andirja dalam Tafsir Juz ‘Amma—bahwa kepatuhan langit dan bumi menunjukkan ketaatan total kepada Sang Pencipta, tanpa pernah membangkang.
Manusia Menuju Rabb-nya: Dua Nasib yang Berbeda
Pada ayat 6, Allah menegaskan bahwa setiap manusia “berusaha menuju Rabb-nya dengan sungguh-sungguh” dan pada akhirnya akan menemui-Nya—membawa catatan amal yang tak dapat disangkal. Dalam ayat-ayat selanjutnya (7–15), manusia digolongkan ke dalam dua kelompok:
- Golongan kanan: Mereka yang menerima catatan amal dari sebelah kanan, yakni orang-orang beriman dan beramal saleh. Mereka akan menjalani hisab yang ringan dan kembali kepada keluarga mereka dengan wajah berseri, pertanda kebahagiaan dan keselamatan.
- Golongan kiri (dari belakang/punggung): Mereka yang menerima catatan amal dari arah belakang atau tangan kiri, yaitu orang-orang yang kufur. Mereka menyesal dan berseru, “Celakalah aku!”, kemudian dilemparkan ke dalam neraka yang menyala-nyala sebagai balasan atas kedurhakaan mereka.
Sumpah Ilahi dan Penolakan Manusia
Ayat 16–18 menyajikan sumpah Allah atas berbagai fenomena alam: senja, malam, dan bulan purnama. Ini adalah bentuk penegasan Ilahi terhadap kebenaran hari kiamat dan keharusan manusia untuk beriman. Namun, pada ayat 19–20, Allah menegur sikap sebagian manusia yang tetap tidak mau beriman, meskipun telah diberikan tanda-tanda yang nyata.
Penolakan terhadap Al-Qur’an
Pada ayat 20–22, Surah Al-Insyiqaq menggambarkan penolakan orang-orang kafir terhadap Al-Qur’an. Ketika ayat-ayat Allah dibacakan, mereka tidak bersujud, justru mendustakannya. Mereka menyimpan niat buruk dalam hati, namun Allah Maha Mengetahui segala isi hati dan akan memberikan balasan yang sesuai.
Nilai-Nilai Qur’ani dalam Surah Al-Insyiqaq: Relevansi Kontemporer untuk Kehidupan Modern
Surah Al-Insyiqaq (QS 84) bukan sekadar menggambarkan kehancuran kosmik di Hari Kiamat, tetapi juga menyimpan pesan mendalam tentang tanggung jawab moral, kesadaran spiritual, dan penguatan karakter. Tafsir klasik dan kontemporer sepakat bahwa surah ini sarat makna yang sangat relevan dalam konteks kehidupan modern yang cepat, kompleks, dan penuh tantangan.
1. Kesadaran Hari Pembalasan dan Pertanggungjawaban
Ayat 6–10 menggambarkan manusia sebagai kāḍḥịhun ilā rabbika—“yang berjuang menuju Tuhan.” Orang yang menerima kitab amal dari sebelah kanan akan mendapat kemudahan hisab dan kembali dalam kebahagiaan. Sebaliknya, yang menerima dari belakang akan menyesali perbuatannya dan masuk ke neraka.
Relevansi hari ini: Di tengah kesibukan dan gaya hidup konsumtif, kesadaran akan adanya pertanggungjawaban akhirat membentuk integritas dalam bekerja, bersosial, serta menjaga etika di ruang digital.
2. Introspeksi, Muhasabah, dan Perbaikan Diri
Surah ini menekankan pentingnya evaluasi diri. Semua amal dicatat dan akan dimintai pertanggungjawaban. Tafsir modern, seperti dari Mas’ulil Munawaroh, menekankan perlunya muhasabah sebagai bentuk spiritualitas Qur’ani yang kontekstual.
Implementasi masa kini: Muhasabah dapat dilakukan melalui jurnal harian, tadabbur Qur’an, refleksi mingguan, hingga penggunaan aplikasi Islami yang membantu pengingat ibadah dan evaluasi akhlak.
3. Kesabaran dan Optimisme dalam Menjalani Fase Kehidupan
Ayat 19 menyebutkan bahwa manusia “akan melalui tingkat demi tingkat”, menandakan perjalanan hidup: dari lahir, bertumbuh, menghadapi ujian, hingga kematian dan kebangkitan.
Tafsir Al-Maraghi (dalam kajian Nisa’ & Masrury) menjelaskan bahwa nilai-nilai spiritual Qur’ani adalah dasar self-healing dan kekuatan mental menghadapi stres pekerjaan, tekanan ekonomi, maupun krisis psikologis.
4. Kerendahan Hati dan Ketaatan terhadap Tanda-Tanda Allah
Ayat 16–18 berisi sumpah Allah atas senja, malam, dan bulan purnama—simbol keagungan ciptaan-Nya. Tafsir Jalalain dan Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menekankan pentingnya sikap tawadhu’ dan kesadaran akan keterbatasan manusia.
Relevansi kontemporer: Dalam dunia yang sering diwarnai kesombongan digital, FOMO, dan budaya pamer, nilai ini mengingatkan pentingnya ketakwaan dan kesederhanaan dalam bermedia dan berinteraksi sosial.
5. Peringatan Tegas, Harapan Tanpa Batas
Surah ini menyeimbangkan antara peringatan keras bagi orang kafir (ayat 20–22) dan harapan besar bagi yang beriman (ayat 24–25). Mereka yang istiqamah dan beramal saleh dijanjikan pahala kekal.
Makna kekinian: Pesan ini mendorong semangat spiritual yang produktif—menghindari sikap fatalistik dan membangun keyakinan bahwa setiap amal, sekecil apa pun, punya nilai di sisi Allah.
6. Pendidikan Karakter melalui Spiritualitas Qur’ani
Kajian seperti dalam Al-Mustaqbal Journal menekankan bahwa memahami Qur’an beserta tafsirnya (bukan sekadar hafalan) membentuk spiritual intelligence: kesadaran diri, empati, kendali moral, dan kecerdasan emosional.
Implikasi pendidikan: Surah ini mendukung kurikulum karakter Islami yang menyeluruh—yang menumbuhkan akhlak mulia, tanggung jawab sosial, dan pengendalian diri berbasis wahyu.
Tanya Jawab Seputar Surat Al-Insyiqaq: Makna, Kandungan, dan Relevansi
Surat Al-Insyiqaq (QS. 84) merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang sarat dengan pelajaran penting tentang Hari Kiamat dan pertanggungjawaban amal manusia. Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering diajukan mengenai surat ini, beserta jawabannya:
1. Apa arti “Al-Insyiqaq” dan mengapa dinamakan demikian?
Al-Insyiqaq berarti “terbelah”, diambil dari kata “insyaqqa” yang muncul pada ayat pertama surah ini. Kata tersebut merujuk pada peristiwa terbelahnya langit pada Hari Kiamat, sebagai salah satu tanda kehancuran alam semesta. Nama ini mencerminkan tema besar dalam surat ini, yaitu kedahsyatan peristiwa kiamat dan perubahan besar yang akan terjadi atas ciptaan Allah.
2. Surat ke berapa Al-Insyiqaq dalam Al-Qur’an dan terdiri dari berapa ayat?
Surat Al-Insyiqaq menempati urutan ke-84 dalam Al-Qur’an dan terdiri dari 25 ayat. Termasuk dalam kategori surat Makkiyah karena diturunkan sebelum hijrah Nabi ﷺ ke Madinah. Tema utamanya adalah tentang peristiwa kiamat, pencatatan amal manusia, dan balasan yang akan diterima di akhirat kelak.
3. Apa keunikan Surat Al-Insyiqaq dalam konteks bacaan salat?
Nabi Muhammad ﷺ dikenal sering membaca surat Al-Insyiqaq dalam salat, terutama salat Isya atau salat sunnah malam. Biasanya dibaca bersama surat-surat lain yang bertemakan kiamat seperti Al-Infithar, Al-Muthaffifin, dan At-Takwir. Hal ini menunjukkan pentingnya surat ini sebagai pengingat tentang akhirat agar senantiasa hadir dalam keseharian umat Islam, termasuk dalam ibadah.
4. Pelajaran apa yang bisa diambil dari surat ini dalam kehidupan sehari-hari?
Surat ini menanamkan kesadaran bahwa setiap amal manusia akan diperlihatkan dan dipertanggungjawabkan:
- 🌿 Mereka yang menerima catatan amal dari sebelah kanan akan mengalami hisab yang mudah dan kembali kepada keluarganya dengan penuh kebahagiaan.
- 🌿 Sebaliknya, mereka yang menerima catatan amal dari belakang akan menjerit penuh penyesalan dan dilemparkan ke dalam neraka.
Pesan moralnya sangat jelas: jaga amal dan niat dalam kehidupan sehari-hari agar kelak dimudahkan dalam hisab dan memperoleh balasan terbaik dari Allah.
5. Apa hubungan Surat Al-Insyiqaq dengan ilmu astronomi?
Ayat-ayat dalam surat ini menyebutkan bahwa langit akan terbelah dan bumi akan diratakan serta mengeluarkan seluruh isinya. Gambaran ini memberikan perspektif kosmis bahwa alam semesta memiliki titik awal dan titik akhir—sejalan dengan prinsip dalam ilmu astronomi modern tentang kelahiran dan kemungkinan kehancuran alam semesta. Pesan tersiratnya adalah: ilmu pengetahuan pun dapat menjadi sarana untuk merenungkan kekuasaan Allah dan keterbatasan ciptaan.
Surat Al-Insyiqaq tidak hanya berbicara tentang peristiwa akhir zaman, tetapi juga membentuk kesadaran moral, spiritual, dan ilmiah yang relevan untuk umat manusia sepanjang masa.