Stylesphere – Dalam kehidupan, masalah adalah hal yang tidak bisa dihindari. Ia datang silih berganti—ketika satu selesai, yang lain muncul. Mungkin hari ini kita menghadapi persoalan pekerjaan, besok soal keluarga, dan seterusnya, hingga akhir hayat.
Namun, sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk melihat masalah bukan sebagai beban semata, melainkan sebagai ujian dari Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menegaskan bahwa ujian adalah bagian dari sunnatullah—aturan hidup yang pasti terjadi. Setiap manusia akan diuji dengan berbagai bentuk kesulitan.
Menurut pendakwah kondang Ustadz Adi Hidayat (UAH), langkah pertama saat menghadapi masalah adalah menerima dengan sabar dan lapang dada. Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha, tapi bentuk kesiapan mental untuk menghadapi ujian dengan tenang dan yakin bahwa semua ada solusinya.
Dalam ceramahnya yang dibagikan oleh Stylesphere, UAH menyampaikan bahwa:
“Setiap masalah datang bersama solusinya. Allah tidak menurunkan ujian tanpa disertai jalan keluar.”
Ustadz Adi Hidayat menekankan bahwa kunci utama adalah kembali kepada Allah, memperbanyak doa, istighfar, dan memperbaiki hubungan dengan-Nya. Selain itu, ikhtiar atau usaha nyata untuk mencari jalan keluar juga wajib dilakukan.
Dengan memadukan kesabaran, doa, dan usaha, seorang muslim akan menemukan bahwa masalah bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari pertumbuhan dan kedewasaan spiritual.
Maka, saat masalah datang, jangan panik. Tenangkan hati, kuatkan iman, dan percayalah bahwa Allah sudah siapkan solusinya.
Rahmat Adalah Langkah Pertama Solusi dari Allah, Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat
Dalam ceramahnya yang disampaikan melalui kanal YouTube Adi Hidayat Official, Kamis (22/5/2025), Ustadz Adi Hidayat (UAH) menekankan pentingnya kesabaran dan doa saat menghadapi masalah hidup. Ia menjelaskan bahwa ketika seorang hamba memohon kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya, maka rahmat Allah adalah hal pertama yang diberikan.
“Kalau kita terima dengan sabar dan kita minta kepada Allah, ‘Ya Allah, hilangkan masalah saya ini’, maka yang pertama Allah berikan adalah rahmat-Nya,” ujar UAH, merujuk pada QS Al-Baqarah ayat 157.
“اُولٰۤئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ”
Artinya: “Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah: 157)
UAH menjelaskan bahwa rahmat Allah merupakan bentuk terkabulnya doa, yang membawa solusi dari masalah yang tengah dihadapi. Ia menyebut bahwa rahmat bukan sekadar belas kasihan, melainkan bentuk pertolongan nyata dari Allah yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kemudahan, kekuatan hati, hingga jalan keluar yang tak disangka-sangka.
“Jadi kalau Bapak Ibu minta solusi kepada Allah, itu yang diberikan rahmat dulu. Rahmat itu adalah terkabulnya doa pada apa yang diinginkan,” lanjut UAH.
Dengan demikian, menghadapi masalah hidup bukan hanya soal mencari penyelesaian logis semata, tetapi juga menguatkan iman, bersabar, dan terus memohon rahmat serta petunjuk dari Allah SWT. Sebab, rahmat adalah awal dari segala solusi yang datang dari-Nya.
Ustadz Adi Hidayat: Masjid Adalah Tempat Meminta Solusi, Ini Doa yang Dianjurkan

Dalam salah satu ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menyampaikan bahwa salah satu langkah utama untuk mendapatkan solusi dari setiap permasalahan hidup adalah dengan memperbanyak ibadah di masjid. Masjid, menurutnya, bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga tempat terbaik untuk mencurahkan isi hati kepada Allah dan memohon rahmat-Nya.
UAH menjelaskan bahwa ketika seorang Muslim memasuki masjid, ia dianjurkan membaca doa khusus yang mengandung permohonan akan rahmat Allah. Doa tersebut berbunyi:
اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
Allahummaftha lii abwaaba rahmatik
Artinya: “Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.” (HR. Muslim)
Mengapa disebut “pintu-pintu” rahmat (abwaab), bukan hanya satu pintu? UAH memberikan penjelasan yang menyentuh. “Karena ketika seseorang masuk ke masjid, kecenderungannya adalah ingin mencurahkan isi hatinya kepada Allah, ingin memohon sesuatu. Maka ia berkata, ‘Ya Allah, bukakan untukku banyak jalan menuju rahmat-Mu’,” jelasnya.
UAH juga menyinggung bagaimana para sahabat Nabi sangat dekat dengan masjid. Mereka biasa singgah ke masjid sebelum berangkat bekerja dan kembali mampir ke masjid sepulang dari aktivitasnya—sebelum pulang ke rumah.
“Makanya, jarang ada yang marah-marah setelah pulang kerja, karena aura yang dibawa itu adalah aura masjid,” tambah UAH.
Melalui kebiasaan ini, UAH mengajak umat Islam untuk kembali menjadikan masjid sebagai pusat spiritual dan tempat pelarian utama saat menghadapi berbagai persoalan hidup. Masjid bukan hanya tempat sholat, tetapi juga tempat mendapatkan ketenangan, rahmat, dan solusi dari Allah SWT.