Meneladani Pola Tidur Rasulullah SAW dan Dampaknya bagi Kesehatan dan Rezeki

Stylesphere – Rasulullah SAW telah memberikan contoh pola tidur yang sehat dan penuh hikmah. Beliau terbiasa tidur lebih awal di malam hari dan bangun pada sepertiga malam terakhir untuk beribadah, sebuah kebiasaan yang tidak hanya bernilai spiritual tinggi tetapi juga sangat baik untuk kesehatan tubuh.

Tubuh manusia sejatinya memiliki ritme alami yang disebut dengan ritme sirkadian—jam biologis yang mengatur kapan tubuh sebaiknya tidur dan bangun. Saat kita mengabaikan ritme ini, misalnya dengan begadang hingga larut malam atau tidur di waktu yang tidak tepat, tubuh bisa kehilangan keseimbangan. Akibatnya, tidak hanya kesehatan yang terganggu, tetapi juga mood, produktivitas, bahkan potensi kesuksesan dalam hidup bisa ikut terpengaruh.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah menyinggung pentingnya menjaga waktu tidur yang tepat. Dalam QS. Al-Furqan ayat 47 disebutkan:
“Dan Dialah yang menjadikan malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangkit berusaha.”

Ayat ini menegaskan bahwa malam diciptakan sebagai waktu istirahat, sedangkan siang adalah waktu untuk bekerja dan mencari rezeki. Jika kita mengatur pola tidur sesuai dengan fitrah ini, maka tubuh akan berfungsi secara optimal—pikiran lebih jernih, energi lebih stabil, dan semangat dalam bekerja pun meningkat.

Dikutip dari NU Online Lampung, terdapat tiga waktu tidur yang sebaiknya dihindari demi menjaga kesehatan dan semangat dalam mencari rezeki. Dengan tidur yang cukup di waktu yang tepat, tubuh kita akan terasa lebih segar, sehat, dan lebih siap menjemput keberkahan dari Allah SWT.

Hindari Tidur Setelah Subuh, Waktu Penuh Berkah Rezeki dan Umur

Tidur pada waktu-waktu tertentu diyakini dapat menghalangi datangnya keberkahan, baik dalam hal rezeki maupun usia. Salah satu waktu yang sangat dianjurkan untuk tidak digunakan tidur adalah setelah sholat Subuh. Waktu ini dipandang sebagai momen turunnya berkah dari Allah SWT, terutama dalam bentuk rezeki dan panjang umur.

Habib Zain bin Smith menjelaskan dalam kitab Fawaid al-Mukhtarah bahwa tidur setelah Subuh bisa menghilangkan keberkahan tersebut. Beliau menulis:

النوم بعد الصبح يذهب بركة الرزق والعمر لأن بركة هذه الأمة فى البكور وهو بعد صلاة الفجر إلى طلوع الشمس

Artinya:
“Tidur setelah Subuh menghilangkan berkah rezeki dan umur, karena keberkahan umat ini terdapat pada waktu pagi, yakni setelah sholat Subuh hingga terbitnya matahari.”

Penjelasan ini mengingatkan kita untuk memanfaatkan waktu pagi sebaik mungkin, khususnya setelah menunaikan sholat Subuh. Di waktu inilah Allah SWT membuka pintu-pintu keberkahan bagi hamba-Nya. Maka, daripada tidur kembali, sebaiknya waktu ini diisi dengan aktivitas yang bermanfaat—baik ibadah, belajar, bekerja, atau memulai aktivitas harian dengan penuh semangat.

Menjaga waktu pagi tetap produktif bukan hanya membawa manfaat dunia, tapi juga bisa membuka jalan menuju keberkahan hidup secara menyeluruh.

Bahaya Tidur Setelah Ashar: Risiko Gangguan pada Daya Pikir

Tidur pada waktu-waktu tertentu bisa berdampak kurang baik, tidak hanya secara spiritual, tetapi juga pada kesehatan dan daya pikir. Salah satu waktu yang disarankan untuk dihindari adalah tidur setelah sholat Ashar.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW mengingatkan:

مَنْ نَامَ بَعْدَ الْعَصْرِ فَاخْتُلِسَ عَقْلُهُ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ
Artinya: “Barang siapa tidur setelah waktu Ashar lalu hilang akalnya, maka janganlah ia menyalahkan siapa pun selain dirinya sendiri.” (HR. Ad-Dailami)

Meskipun hadits ini dinilai dhaif (lemah) oleh sebagian ulama, tetap saja ia memiliki nilai penting dalam konteks fadha’il al-a’mal atau anjuran untuk mengerjakan amal-amal yang utama.

Para ulama dan ahli kesehatan juga sepakat bahwa tidur sore menjelang malam bisa menyebabkan tubuh terasa lesu, pikiran tidak segar, dan mengganggu pola tidur malam hari. Secara spiritual, waktu Ashar hingga Maghrib adalah waktu yang dianjurkan untuk memperbanyak zikir dan doa, bukan untuk tidur.

Karena itu, menjaga waktu Ashar tetap aktif dan terisi dengan kegiatan produktif bisa menjadi upaya untuk menjaga kesehatan pikiran, sekaligus meraih keberkahan dari waktu-waktu istimewa yang dianjurkan dalam ajaran Islam.

Alasan Rasulullah Tidak Suka Bergadang

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah SAW memberikan teladan mengenai adab tidur di malam hari:

كَانَ يَكْرَهُ النَّوْمَ قَبْلَ العِشَاءِ وَالحَدِيثَ بَعْدَهَا
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah tidak menyukai tidur sebelum sholat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” (HR. al-Bukhari)

Hadits ini menunjukkan bahwa tidur sebelum melaksanakan sholat Isya adalah sesuatu yang makruh, karena dikhawatirkan seseorang akan tertidur lelap hingga melewatkan waktu sholat Isya. Ini merupakan hal yang cukup sering terjadi di kalangan masyarakat, terutama saat tubuh merasa lelah di penghujung hari.

Penjelasan lebih lanjut mengenai alasan di balik kemakruhan ini dapat ditemukan dalam kitab ‘Umdah al-Qari Syarah Shahih al-Bukhari, karya Badruddin al-‘Aini:

“Makruhnya tidur sebelum Isya disebabkan karena hal itu dapat menyebabkan seseorang melewatkan waktu sholat akibat tertidur terlalu dalam. Selain itu, agar umat Islam tidak meremehkan pentingnya menunaikan sholat Isya secara berjamaah. Adapun makruhnya berbincang-bincang setelah Isya karena bisa membuat seseorang begadang dan akibatnya tertidur hingga melewatkan qiyamul lail, dzikir malam, bahkan sholat Subuh.” (juz 5, hal. 66)

Dari penjelasan ini, kita dapat memahami bahwa Islam sangat memperhatikan manajemen waktu malam, terutama terkait dengan ibadah. Tidur terlalu awal atau terlalu larut tanpa memperhatikan kewajiban dan potensi spiritualitas malam hari, dapat berdampak pada kualitas ibadah dan rutinitas keesokan harinya.

Karena itu, menjaga waktu Isya dan tidak begadang tanpa kebutuhan yang mendesak adalah bagian dari disiplin spiritual yang diajarkan Rasulullah SAW.

Leave a Reply:

Your email address will not be published. Required fields are marked *