Mendengkur dalam Islam: Bukan Sekadar Gangguan Tidur, Tapi Tanda Perhatian Allah
Stylesphere – Mendengkur, atau yang biasa dikenal dengan istilah ngorok, merupakan kondisi umum yang sering terjadi saat seseorang tertidur. Meski sering dianggap sepele, mendengkur sebenarnya bisa memengaruhi kualitas tidur, baik bagi yang mengalami maupun orang di sekitarnya. Bahkan, dalam beberapa kasus, kondisi ini bisa menjadi gejala awal dari gangguan kesehatan yang lebih serius, seperti sleep apnea.
Karena dampaknya cukup signifikan, banyak orang mencari berbagai cara untuk mengatasi mendengkur, mulai dari perubahan gaya hidup hingga memanjatkan doa. Dalam konteks Islam, memang tidak terdapat doa khusus yang secara eksplisit menyebutkan permohonan agar tidak mendengkur. Namun demikian, ajaran Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa memohon kesembuhan dan kesehatan dari segala penyakit atau gangguan, termasuk mendengkur.
Sakit Bukan Azab, Tapi Kasih Sayang Allah
Mengutip dari buku Jalan Takwa Meraih Bahagia karya Fajar (2016), setiap penyakit atau gangguan yang menimpa seorang Muslim sejatinya bukanlah bentuk azab, melainkan wujud kasih sayang dan perhatian Allah SWT. Dalam Islam, sakit dipandang sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, sarana untuk berintrospeksi, dan bentuk penghapusan dosa.
Oleh karena itu, jika seseorang mengalami gangguan seperti mendengkur, Islam menganjurkan untuk tidak hanya mencari solusi medis atau fisik, tetapi juga mengiringinya dengan doa dan tawakal. Berikut ini adalah contoh doa umum memohon kesembuhan yang bisa dibaca:
Doa Memohon Kesembuhan:
“Allahumma rabban-naas, adzhibil ba’sa, isyfi anta asy-syaafi, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifaa-an laa yughaadiru saqamaa.”Artinya: “Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah, Engkau-lah Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan penyakit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Langkah Bijak Mengatasi Mendengkur
Selain berdoa, Islam juga menganjurkan umatnya untuk berikhtiar secara medis dan fisik. Beberapa langkah sederhana untuk mengurangi atau menghindari dengkuran di antaranya:
- Memeriksakan diri ke dokter jika mendengkur berlangsung parah atau disertai gejala lain
- Mengatur posisi tidur (hindari tidur telentang)
- Menjaga berat badan ideal
- Menghindari konsumsi alkohol dan merokok
- Tidur cukup dan berkualitas
Mendengkur memang tampak sepele, namun bisa menjadi tanda peringatan dari tubuh. Dalam Islam, setiap gangguan fisik adalah bagian dari ujian sekaligus pengingat untuk lebih mendekat kepada Sang Pencipta. Oleh karena itu, selain berusaha secara lahiriah, jangan lupa untuk terus memanjatkan doa dan memperkuat keimanan.
Doa-doa Islami untuk Memohon Kesembuhan dari Gangguan Kesehatan Seperti Mendengkur

Mendengkur, atau ngorok, sering dianggap sebagai gangguan tidur ringan. Namun, dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat menjadi tanda masalah kesehatan serius seperti sleep apnea, yang memengaruhi kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan. Meskipun tidak ada doa khusus dalam Islam yang ditujukan secara langsung untuk mengatasi mendengkur, umat Muslim dianjurkan untuk selalu memohon kesembuhan dari segala jenis penyakit kepada Allah SWT.
Dalam ajaran Islam, penyakit bukan hanya ujian, melainkan juga bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, selain berusaha secara medis, mengiringi ikhtiar dengan doa adalah bagian penting dari pengobatan secara spiritual.
Doa-Doa yang Dapat Diamalkan
Berikut ini adalah beberapa doa yang dapat dibaca untuk memohon kesembuhan, baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun kerabat yang sedang sakit:
1. Doa Memohon Kesembuhan untuk Diri Sendiri
Arab:
بِسْمِ اللَّهِ الْكَبِيرِ أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ مِنْ شَرِّ عِرْقٍ نَعَّارٍ وَمِنْ شَرِّ حَرِّ النَّارِLatin:
Bismillaahil kabiir, a’uudzu billaahil ‘azhiim, min syarri ‘irqin na’aar, wa min syarri harrin naar.Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Besar, aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dari keburukan otot-otot yang robek dan dari panasnya api neraka.”
2. Doa Memohon Kesembuhan untuk Orang Lain
Arab:
شَفَى اللهُ سَقَمَكَ، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَعَافَاكَ فِي دِيْنِكَ وَجِسْمِكَ إِلَى مُدَّةِ أَجَلِكَLatin:
Syafakallahu saqamaka, wa ghafara dzanbaka, wa ‘afaka fii diinika wa jismika ilaa muddatin ajalika.Artinya:
“Semoga Allah menyembuhkanmu, mengampuni dosamu, dan menjaga agamamu serta fisikmu hingga akhir hayatmu.”
3. Doa Saat Menjenguk Orang Sakit
Arab:
أَسْأَلُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَ العَرْشِ العَظِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَLatin:
As’alullahal ‘azhiima rabbal ‘arsyil ‘azhiimi an yasyfiiyaka.Artinya:
“Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan ‘Arsy yang megah, agar Dia menyembuhkanmu.”
4. Doa Memohon Kesembuhan untuk Keluarga
Arab:
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًاLatin:
Allahumma rabban-naas, adzhibil ba’sa, isyfi anta asy-syaafi, laa syifaa-a illa syifaa-uka, syifaa-an laa yughaadiru saqamaa.Artinya:
“Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkanlah penyakit ini. Sembuhkanlah, Engkau-lah satu-satunya penyembuh. Tiada kesembuhan kecuali dari-Mu, kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.”
5. Doa Saat Merasakan Sakit
Arab:
بِسْمِ اللَّهِ . أَعُوْذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّمَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُLatin:
Bismillah (3x), a’uudzu billaahi wa qudratihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru (7x).Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah. Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari segala kejahatan yang menimpaku dan dari apa yang aku khawatirkan.”
Penutup
Menghadapi gangguan kesehatan seperti mendengkur sebaiknya tidak hanya dengan pendekatan medis, tetapi juga spiritual. Doa-doa di atas bisa menjadi bagian dari upaya mendekatkan diri kepada Allah, memohon kesembuhan, dan sekaligus menumbuhkan ketenangan jiwa. Islam mengajarkan bahwa segala bentuk penyakit adalah ujian sekaligus jalan penghapus dosa—selama dijalani dengan sabar dan ikhlas.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami gangguan tidur atau masalah kesehatan lainnya, jangan ragu untuk menggabungkan ikhtiar duniawi dan doa kepada Allah SWT sebagai bentuk tawakal dan pengharapan.
Mengenal Mendengkur: Masalah Umum yang Tak Bisa Diabaikan

Mendengkur (snoring) merupakan suara bising yang muncul saat tidur akibat aliran udara melewati saluran napas bagian atas yang tersumbat sebagian. Getaran dinding orofaring—bagian belakang rongga mulut dan hidung—menjadi penyebab utama bunyi khas yang kita kenal sebagai ngorok.
Walau sering dianggap remeh, mendengkur bukanlah masalah sepele. Gangguan ini dapat menimbulkan dampak sosial—karena mengganggu kenyamanan tidur pasangan atau orang lain di sekitar—hingga mengarah ke masalah kesehatan yang lebih serius.
Apa Penyebab Mendengkur?
Menurut Rosmala (2010), mendengkur terjadi karena otot-otot dilator pada saluran pernapasan atas gagal menjaga kestabilan jalan napas selama tidur. Akibatnya, saluran menjadi sempit atau bahkan terhambat, menyebabkan aliran udara terganggu dan menimbulkan suara dengkuran.
Faktor penyebab mendengkur dapat meliputi:
- Obesitas atau kelebihan berat badan
- Struktur anatomi tenggorokan dan hidung yang sempit
- Konsumsi alkohol atau obat penenang
- Posisi tidur terlentang
- Gangguan pernapasan saat tidur
Seberapa Umum Mendengkur?
Prevalensi mendengkur cukup tinggi di masyarakat. Studi sejak tahun 1970-an menunjukkan bahwa sekitar 40% pria dan 28% wanita mengalami mendengkur secara rutin, dan angka ini meningkat seiring bertambahnya usia.
Temuan dari The Wisconsin Sleep Cohort, salah satu studi tidur terbesar, mengungkap bahwa pada kelompok usia 30–60 tahun, 44% pria dan 28% wanita melaporkan mengalami dengkuran. Data ini menegaskan bahwa mendengkur adalah kondisi yang lazim, namun tetap perlu diperhatikan.
Mendengkur dan Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Salah satu hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa mendengkur bisa menjadi gejala dari gangguan tidur serius, seperti Obstructive Sleep Apnea (OSA). OSA adalah kondisi medis di mana napas seseorang terhenti secara berulang selama tidur karena penyumbatan total atau sebagian di saluran napas.
Penderita OSA bisa terbangun berkali-kali dalam semalam tanpa menyadarinya, yang mengakibatkan kualitas tidur yang buruk dan kurang tidur kronis. Dalam jangka panjang, OSA dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, stroke, hingga gangguan kognitif.
Menurut Rosmala (2010), orang yang sering mendengkur memiliki risiko lebih tinggi mengalami OSA, sehingga penting untuk tidak mengabaikan kebiasaan ngorok, terutama bila disertai gejala lain seperti kelelahan berlebihan di siang hari, sakit kepala saat bangun, atau napas terhenti saat tidur.
Kesimpulan
Mendengkur bukan hanya gangguan ringan dalam tidur, tetapi bisa menjadi indikator awal dari masalah pernapasan serius. Memahami penyebab dan dampaknya penting untuk menentukan langkah pencegahan dan penanganan yang tepat.
Jika Anda atau orang terdekat mengalami dengkuran parah dan berlangsung terus-menerus, disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis atau spesialis tidur guna evaluasi lebih lanjut. Pemeriksaan dini dapat membantu mencegah risiko komplikasi jangka panjang, terutama terkait Obstructive Sleep Apnea.
Penyebab Mendengkur: Kenapa Kita Bisa Ngorok Saat Tidur?

Mendengkur terjadi ketika aliran udara yang melewati saluran napas mengalami hambatan sebagian, terutama saat tidur. Kondisi ini menyebabkan getaran pada jaringan lunak di tenggorokan yang menimbulkan suara khas dengkuran.
Memahami berbagai penyebab mendengkur sangat penting agar kita bisa mencari solusi yang tepat, baik secara medis maupun dengan perubahan gaya hidup.
1. Otot Pernapasan Mengendur Saat Tidur
Selama tidur, otot-otot tubuh secara alami menjadi lebih rileks, termasuk otot-otot di sekitar tenggorokan dan lidah. Jika relaksasi ini berlebihan, jaringan lunak dapat jatuh ke belakang dan menyempitkan jalan napas. Akibatnya, aliran udara terganggu dan timbul suara dengkuran.
2. Melemahnya Otot Tenggorokan dan Lidah Akibat Usia
Seiring bertambahnya usia, kekuatan otot, termasuk otot di tenggorokan dan lidah, cenderung menurun. Melemahnya otot-otot ini membuat saluran pernapasan lebih mudah tertutup saat tidur, sehingga meningkatkan kemungkinan mendengkur.
3. Pembesaran Amandel atau Tonsil
Pada anak-anak, mendengkur sering kali disebabkan oleh amandel atau tonsil yang membesar. Pembesaran ini bisa menyumbat saluran pernapasan secara fisik saat tidur. Menurut Kristiawan (2010), bila pembesaran amandel cukup parah, hal ini bisa menyebabkan penyempitan saluran napas atas yang berujung pada obstructive sleep apnea (OSA).
4. Kegemukan dan Kondisi Medis Tertentu
Kelebihan berat badan, khususnya di area leher, dapat mempersempit diameter saluran pernapasan. Linda Melone dari WebMD menyatakan bahwa akumulasi lemak di sekitar leher bisa menekan tenggorokan dan menyebabkannya kolaps saat tidur, yang pada akhirnya memicu dengkuran.
5. Konsumsi Alkohol dan Obat Penenang
Alkohol dan obat penenang dapat memperparah mendengkur karena keduanya membuat otot-otot tenggorokan menjadi terlalu rileks. Menurut Melone, minum alkohol dalam waktu 4–5 jam sebelum tidur secara signifikan meningkatkan risiko dan intensitas mendengkur.
6. Posisi Tidur Terlentang
Tidur dalam posisi terlentang memungkinkan lidah dan langit-langit lunak jatuh ke belakang tenggorokan, menyempitkan saluran napas. Hal ini membuat dengkuran lebih mungkin terjadi. Solusi sederhana seperti mengubah posisi tidur menjadi miring dapat membantu mengurangi dengkuran secara efektif.
Kesimpulan
Mendengkur bukan hanya sekadar gangguan tidur biasa, tetapi bisa menjadi indikator adanya masalah serius pada saluran pernapasan. Penyebabnya bisa beragam, mulai dari kebiasaan tidur, usia, hingga kondisi medis tertentu.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang memicu dengkuran, kita dapat mengambil langkah pencegahan atau pengobatan yang lebih tepat—baik melalui perubahan gaya hidup, pengaturan posisi tidur, atau berkonsultasi dengan tenaga medis jika diperlukan.
Dampak Mendengkur terhadap Kesehatan dan Hubungan Sosial
Mendengkur bukan sekadar suara bising saat tidur, melainkan gejala yang dapat mencerminkan gangguan serius pada kesehatan dan memengaruhi kualitas hidup seseorang, termasuk hubungan sosial dan keluarga.
1. Tanda Bahaya: Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Mendengkur yang parah dan berlangsung kronis kerap kali merupakan gejala dari Obstructive Sleep Apnea (OSA)—suatu kondisi medis di mana pernapasan terhenti berulang kali selama tidur akibat sumbatan saluran napas.
Menurut Linda Melone dari WebMD, sekitar 75% orang yang mendengkur memiliki OSA, dan hal ini meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit kronis seperti:
- Penyakit jantung: OSA membebani jantung karena tubuh terus-menerus mengalami penurunan kadar oksigen.
- Hipertensi: Gangguan tidur memicu lonjakan tekanan darah saat malam hari.
- Stroke dan diabetes tipe 2: Kekurangan oksigen dan tidur yang tidak nyenyak berdampak buruk pada metabolisme dan fungsi otak.
- Gangguan kognitif: Kurangnya pasokan oksigen ke otak secara kronis dapat menyebabkan sulit konsentrasi, pelupa, dan kelelahan yang berlebihan di siang hari.
2. Dampak Sosial dan Relasi Pribadi
Selain mengganggu kesehatan fisik, mendengkur juga dapat merusak kualitas hubungan sosial, terutama dalam kehidupan rumah tangga. Suara dengkuran yang keras dan terus-menerus dapat mengganggu pasangan tidur, menyebabkan:
- Gangguan tidur bagi pasangan atau anggota keluarga lain
- Meningkatnya iritasi atau stres dalam hubungan
- Bahkan, dalam beberapa kasus, pasangan harus tidur terpisah
Kristiawan (2010) menyebutkan bahwa kebiasaan mendengkur bisa menjadi pemicu ketegangan dalam hubungan suami-istri, terutama jika tidak diatasi atau tidak dipahami sebagai kondisi medis yang perlu penanganan.
3. Dampak pada Anak-anak
Pada anak-anak, mendengkur tidak boleh diabaikan. Mendengkur kronis dapat mengganggu tidur dan menyebabkan berbagai efek samping, seperti:
- Masalah perilaku: Anak mungkin menjadi hiperaktif, mudah marah, atau agresif.
- Kesulitan belajar: Tidur yang tidak berkualitas memengaruhi kemampuan konsentrasi dan daya ingat.
- Gangguan pertumbuhan: Tidur nyenyak sangat penting untuk pelepasan hormon pertumbuhan. Gangguan tidur berisiko memperlambat pertumbuhan fisik anak.
- Gangguan sosial: Anak bisa menjadi menarik diri atau mengalami penurunan kepercayaan diri.
Kesimpulan
Mendengkur bukan sekadar gangguan kecil yang bisa diabaikan. Jika terjadi secara rutin dan parah, mendengkur bisa menjadi sinyal dari masalah serius seperti OSA, serta berdampak besar pada kesehatan fisik, mental, dan kualitas hubungan sosial.
Penanganan dini—baik dengan perubahan gaya hidup, evaluasi medis, maupun pendekatan spiritual seperti doa—dapat membantu mengurangi dampak buruk mendengkur dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kapan Harus Waspada? Tanda-Tanda Mendengkur yang Perlu Evaluasi Medis
Meskipun mendengkur kerap dianggap sebagai gangguan ringan yang bisa diabaikan, dalam banyak kasus, dengkuran kronis dan keras justru dapat menjadi gejala awal dari gangguan kesehatan yang lebih serius.
Menurut Cleveland Clinic (2023), mendengkur yang berlangsung terus-menerus dan mengganggu tidur bisa menjadi indikator adanya Obstructive Sleep Apnea (OSA) atau gangguan tidur lain yang memerlukan penanganan medis.
Tanda-Tanda Mendengkur yang Tidak Boleh Diabaikan
Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter jika mengalami satu atau lebih dari gejala berikut ini:
1. Dengkuran Sangat Keras dan Kronis
Jika dengkuran terdengar sangat keras hingga mengganggu tidur sendiri maupun pasangan, serta terjadi hampir setiap malam, ini bisa menandakan masalah serius di saluran napas atas.
2. Henti Napas atau Terengah-engah saat Tidur
Jika pasangan atau orang di sekitar Anda menyebutkan bahwa Anda berhenti bernapas sejenak, tersedak, atau terkesiap saat tidur, ini merupakan tanda klasik dari sleep apnea, yang perlu segera diperiksa secara medis.
3. Kantuk Berlebihan di Siang Hari
Merasa lelah berlebihan atau mengantuk di siang hari meskipun merasa tidur cukup bisa mengindikasikan bahwa kualitas tidur Anda terganggu akibat gangguan pernapasan saat tidur.
4. Sakit Kepala di Pagi Hari
Bangun tidur dengan sakit kepala bisa menjadi tanda bahwa otak Anda mengalami kekurangan oksigen selama tidur malam.
5. Kesulitan Konsentrasi dan Masalah Memori
Penurunan fungsi kognitif, seperti sulit fokus, pelupa, atau performa kerja menurun, bisa jadi disebabkan oleh kualitas tidur yang buruk.
6. Perubahan Mood dan Iritabilitas
Tidur yang tidak nyenyak memengaruhi keseimbangan emosi, membuat seseorang lebih mudah marah, cemas, atau bahkan depresi ringan.
7. Tekanan Darah Tinggi
Mendengkur parah dapat menjadi salah satu faktor yang memperburuk hipertensi, karena gangguan tidur menyebabkan stres berkepanjangan pada sistem kardiovaskular.
Mengapa Konsultasi Medis Itu Penting?
Jika gejala-gejala di atas terjadi, segera temui dokter atau spesialis tidur (dokter THT atau pulmonologis). Evaluasi profesional, seperti polisomnografi (sleep study), dapat membantu mendiagnosis kondisi seperti OSA dan menentukan pengobatan terbaik, seperti terapi CPAP, penurunan berat badan, atau perubahan gaya hidup.
Mengabaikan gejala mendengkur kronis berisiko menyebabkan komplikasi serius dalam jangka panjang, termasuk penyakit jantung, stroke, dan gangguan mental.
Kesimpulan
Mendengkur bukan sekadar gangguan tidur biasa. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala yang mencurigakan, jangan ragu untuk mencari bantuan medis. Deteksi dini dapat mencegah risiko kesehatan yang lebih besar dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Diagnosis Mendengkur dan Sleep Apnea
Untuk mendiagnosis penyebab mendengkur dan menentukan apakah ada kondisi yang mendasarinya seperti sleep apnea, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Proses diagnosis ini penting untuk memastikan penanganan yang tepat.
- Tinjauan Gejala dan Riwayat Medis: Dokter akan meninjau tanda dan gejala yang Anda alami, serta riwayat kesehatan Anda. Dokter mungkin juga akan bertanya kepada pasangan Anda tentang pola mendengkur Anda untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
- Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk mencari kelainan struktural di saluran napas, seperti amandel yang membesar, deviasi septum, atau masalah lain yang dapat menghambat aliran udara.
- Tes Pencitraan: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meminta tes pencitraan seperti X-ray, CT scan, atau MRI. Tes-tes ini membantu memeriksa struktur saluran napas Anda untuk masalah seperti deviasi septum, seperti yang dijelaskan oleh Mayo Clinic Staff (2017).
- Studi Tidur (Sleep Study / Polisomnografi): Tergantung pada tingkat keparahan mendengkur dan gejala lainnya, dokter mungkin merekomendasikan studi tidur. Studi ini dapat dilakukan di rumah atau di pusat tidur. Polisomnografi adalah analisis mendalam tentang pernapasan Anda selama tidur, di mana berbagai informasi direkam, termasuk gelombang otak, kadar oksigen darah, detak jantung, laju pernapasan, tahapan tidur, serta gerakan mata dan kaki.
Perubahan Gaya Hidup untuk Mengurangi Mendengkur
Banyak kasus mendengkur dapat dikurangi atau diatasi dengan melakukan perubahan gaya hidup sederhana. Pendekatan ini seringkali menjadi langkah pertama yang direkomendasikan sebelum mempertimbangkan intervensi medis.
- Menurunkan Berat Badan: Orang yang kelebihan berat badan cenderung memiliki jaringan ekstra di tenggorokan yang dapat berkontribusi pada mendengkur. Mayo Clinic Staff (2017) menyatakan bahwa menurunkan berat badan dapat membantu mengurangi mendengkur secara signifikan.
- Tidur Miring: Tidur telentang memungkinkan lidah jatuh ke belakang tenggorokan, menyempitkan saluran napas. Mencoba tidur miring dapat membantu menjaga saluran napas tetap terbuka. Anda bisa menggunakan bantal tubuh atau menempelkan bola tenis di bagian belakang piyama untuk mencegah tidur telentang.
- Mengatasi Hidung Tersumbat: Hidung tersumbat akibat alergi atau pilek dapat memaksa Anda bernapas melalui mulut, yang meningkatkan kemungkinan mendengkur. Menggunakan semprotan hidung steroid resep atau dekongestan jangka pendek dapat membantu, seperti yang disarankan oleh Mayo Clinic Staff (2017).
- Batasi atau Hindari Alkohol dan Obat Penenang: Alkohol dan obat penenang melemaskan sistem saraf pusat, menyebabkan relaksasi otot yang berlebihan, termasuk jaringan di tenggorokan. Hindari minum alkohol setidaknya dua jam sebelum tidur.
- Berhenti Merokok: Merokok dapat menyebabkan peradangan dan iritasi pada saluran napas, yang dapat memperburuk mendengkur. Berhenti merokok tidak hanya mengurangi mendengkur tetapi juga memberikan banyak manfaat kesehatan lainnya.
- Cukupi Tidur: Kurang tidur dapat menyebabkan Anda tidur lebih nyenyak dan otot-otot menjadi lebih rileks, yang dapat memperburuk mendengkur. Pastikan Anda mendapatkan jumlah tidur yang cukup setiap malam. Linda Melone dari webmd.com menjelaskan bahwa tidur terlalu lelah membuat otot lebih lemas dan menyebabkan mendengkur.
- Jaga Kebersihan Kamar Tidur: Alergen seperti tungau debu di bantal atau bulu hewan peliharaan dapat menyebabkan reaksi alergi yang memicu hidung tersumbat dan mendengkur. Ganti bantal secara teratur dan jaga kebersihan kamar tidur.
Pilihan Perawatan Medis untuk Mendengkur
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup untuk mengatasi mendengkur, atau jika mendengkur disebabkan oleh kondisi medis yang lebih serius seperti Obstructive Sleep Apnea (OSA), dokter mungkin merekomendasikan pilihan perawatan medis.
- Alat Oral (Oral Appliances): Alat oral adalah mouthpiece gigi yang dibuat khusus untuk membantu memajukan posisi rahang, lidah, dan langit-langit lunak Anda. Ini membantu menjaga saluran udara tetap terbuka selama tidur. Alat ini harus disesuaikan oleh dokter gigi spesialis dan dipantau oleh dokter tidur, menurut Mayo Clinic Staff (2017).
- Tekanan Saluran Napas Positif Berkelanjutan (Continuous Positive Airway Pressure / CPAP): CPAP adalah metode yang sangat efektif, terutama untuk mendengkur yang terkait dengan OSA. Ini melibatkan pemakaian masker di atas hidung atau mulut saat tidur, yang mengalirkan udara bertekanan dari pompa kecil di samping tempat tidur untuk menjaga saluran napas tetap terbuka. CPAP menghilangkan mendengkur dan paling sering digunakan untuk mengobati mendengkur ketika dikaitkan dengan OSA.
- Operasi Saluran Napas Atas (Upper Airway Surgery): Ada beberapa prosedur bedah yang bertujuan untuk membuka saluran napas atas dan mencegah penyempitan signifikan selama tidur melalui berbagai teknik. Contohnya termasuk uvulopalatopharyngoplasty (UPPP) yang mengencangkan dan memangkas jaringan berlebih di tenggorokan, atau maxillomandibular advancement (MMA) yang memajukan rahang atas dan bawah. Teknik yang lebih baru seperti stimulasi saraf hipoglosal juga tersedia.
Hikmah di Balik Sakit dalam Islam
Dalam ajaran Islam, setiap kondisi yang dialami seorang Muslim, termasuk sakit, mengandung hikmah dan kebaikan. Sakit bukanlah semata-mata musibah, melainkan juga ujian dan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mengutip dari informatics.uii.ac.id, pada hakikatnya, semua keadaan yang dialami oleh seorang muslim mengandung hikmah dan kebaikan di dalamnya, termasuk sakit.
Sakit dapat menjadi pengingat bagi seorang hamba akan kerapuhan dirinya dan kebesaran Allah SWT. Dengan sakit, seorang Muslim diajarkan untuk bersabar dan rida terhadap ketetapan Allah. Kesabaran dalam menghadapi sakit akan mendatangkan rida Allah SWT, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 46 yang mendorong kesabaran dalam menghadapi kesukaran.
Salah satu hikmah terbesar dari sakit adalah terhapusnya dosa-dosa. Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap Muslim yang ditimpa penyakit atau musibah, Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini menunjukkan bahwa sakit adalah sarana pembersihan diri dari dosa, seperti diriwayatkan dalam HR. Bukhari dan Muslim.
Selain itu, sakit juga dapat menjadi ladang pahala. Meskipun aktivitas ibadah mungkin terhambat saat sakit, niat dan kebiasaan baik yang dilakukan saat sehat tetap akan dicatat sebagai pahala. Sakit juga mengajarkan pentingnya bersyukur atas nikmat sehat dan mendorong introspeksi diri.