Hal Yang Perlu Diketahui Umat Muslim Menjelang Puasa Idul Adha

Stylesphere – Menjelang Idul Adha, umat Islam dianjurkan untuk menunaikan dua puasa sunnah yang sangat utama, yaitu puasa Tarwiyah dan Arafah. Puasa ini dilakukan pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, menjelang hari raya kurban. Meskipun tidak wajib, kedua puasa ini mengandung keutamaan besar, termasuk pengampunan dosa selama dua tahun untuk puasa Arafah.

Namun, keutamaan tersebut hanya bisa diraih jika disertai dengan niat yang benar sesuai ketentuan syariat. Membaca niat adalah bagian penting dalam menjalankan ibadah puasa. Niat bisa dibaca di malam hari atau sebelum fajar, dan harus dilakukan dengan kesadaran serta keikhlasan.

Sebenarnya, puasa di bulan Dzulhijjah bisa dimulai sejak tanggal 1, namun yang paling dianjurkan adalah tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, yaitu saat puasa Tarwiyah dan Arafah.

Arti Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah dilakukan pada 8 Dzulhijjah dan menjadi awal dari dua hari penting menjelang Idul Adha. Istilah “Tarwiyah” berasal dari kata “rawa” yang berarti berpikir atau merenung. Hari ini mengingatkan umat Islam pada saat Nabi Ibrahim AS merenungkan mimpi yang berisi perintah Allah untuk menyembelih putranya, Ismail AS.

Melalui puasa Tarwiyah, umat Islam diajak untuk meneladani keteguhan dan ketaatan Nabi Ibrahim. Ini adalah waktu untuk memperdalam makna pengorbanan, keikhlasan, dan kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah SWT. Meski hanya satu hari, puasa ini memiliki nilai spiritual yang tinggi dan dapat memperkuat iman.

Berikut lafal niat untuk melaksanakan puasa Tarwiyah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’ala.”

Penjelasan Puasa Arafah

Tanggal 9 Dzulhijjah dikenal sebagai Hari Arafah, yaitu hari puncak ibadah haji saat jamaah wukuf di Padang Arafah. Bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan haji, sangat dianjurkan untuk menjalankan puasa Arafah.

Keutamaan puasa ini sangat besar: diampuni dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Namun, bagi jamaah haji yang sedang wukuf, puasa ini tidak disunnahkan, bahkan dimakruhkan. Sementara bagi yang tidak berhaji, ini menjadi peluang besar untuk meraih ampunan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Berikut niat puasa Arafah:

نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

“Nawaitu shauma arafata sunnatan lillâhi ta‘âlâ.”

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah karena Allah ta’ala.”

Cara Membaca Doa Niat Puasa Tarwiyah

Niat puasa sunnah, seperti puasa Tarwiyah dan Arafah, idealnya dibaca sejak malam hari setelah Maghrib hingga sebelum fajar. Namun, karena statusnya sunnah, niat tetap sah bila dilakukan di pagi hari—selama belum makan, minum, atau melakukan hal yang membatalkan puasa.

Hal ini sejalan dengan praktik Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis, beliau pernah berniat puasa sunnah di pagi hari setelah memastikan belum makan dan minum. Ini menunjukkan bahwa puasa sunnah lebih fleksibel dibandingkan puasa wajib.

Berikut panduan waktu niat:

  • Malam hari (sebelum tidur): Waktu paling utama dan dianjurkan.
  • Pagi hari (sebelum Dzuhur): Masih diperbolehkan jika belum melakukan hal yang membatalkan puasa.

Niat bisa dibaca dalam hati atau dilafalkan lirih. Yang penting, ada kesadaran dan kehendak untuk berpuasa karena Allah SWT.

Persiapan Menjelang Idul Adha

Menjelang Idul Adha, puasa Tarwiyah dan Arafah menjadi momentum penting untuk menyiapkan jiwa. Ini bukan sekadar ibadah sunnah, tapi latihan batin untuk merendahkan ego, membersihkan diri dari dosa, dan menyambut hari raya dengan kesadaran penuh.

Puasa ini mengajarkan bahwa pengorbanan bukan hanya soal hewan kurban, tapi juga tentang menundukkan keinginan pribadi demi nilai yang lebih besar. Ia menyiapkan hati agar lebih bersyukur, lebih lapang, dan lebih sadar akan makna hidup yang sesungguhnya.

Menjalankannya dua hari penuh—8 dan 9 Dzulhijjah—menjadi bentuk keseriusan spiritual. Tapi yang membuatnya bernilai bukan durasinya, melainkan niat. Tanpa niat yang jernih, puasa hanya menjadi rutinitas. Dengan niat yang lurus, ia menjadi jalan mendekat kepada Allah.

Bagaimana Hukum Walimatus Safar? Apakah Termasuk Bid’ah?

Stylesphere – Calon jemaah haji Indonesia tahun 2025 tengah bersiap menunaikan rukun Islam kelima. Berdasarkan jadwal Kementerian Agama (Kemenag), keberangkatan gelombang pertama dijadwalkan mulai 2 Mei 2025.

Haji merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang mampu secara finansial, fisik, dan kesehatan. Perintah ini ditegaskan dalam Al-Qur’an, surah Ali Imran ayat 97:

“Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.” (QS. Ali Imran: 97)

Di Indonesia, tradisi yang biasa dilakukan menjelang keberangkatan haji adalah menggelar walimatus safar atau acara pamitan. Tujuannya adalah memohon doa dari keluarga dan masyarakat agar calon jemaah diberi kelancaran dan keselamatan selama menjalankan ibadah, serta pulang dengan membawa predikat haji mabrur.

Lalu, bagaimana hukum walimatus safar? Apakah termasuk bid’ah?

Pertanyaan ini pernah dibahas dalam kajian oleh KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya). Ia menegaskan bahwa walimatus safar bukanlah bid’ah. Tradisi ini diperbolehkan karena termasuk bentuk silaturahmi dan permohonan doa, selama tidak mengandung unsur kemaksiatan atau berlebihan. Buya Yahya menyebut, yang tidak dibenarkan adalah ketika acara tersebut diisi dengan hal-hal yang bertentangan dengan syariat.

Jadi, walimatus safar sah-sah saja dilakukan sebagai bagian dari budaya yang mendukung nilai-nilai Islam, selama tetap dalam batas syariat.

Buya Yahya Menjelaskan

Buya Yahya menjelaskan bahwa walimatus safar adalah bentuk tasyakuran bagi calon jemaah haji, mirip dengan walimatul khitan untuk anak yang dikhitan atau walimatul ursy dalam pernikahan. Acara ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur atas kesempatan menunaikan ibadah haji.

Walimah safar itu artinya seseorang bersyukur karena urusannya lancar untuk berangkat haji, lalu dia mengadakan syukuran. Hukumnya boleh, tidak masalah, dan bukan termasuk bid’ah. Apalagi isinya berbagi rezeki, memberi makan orang,” ujar Buya Yahya, dikutip dari kanal YouTube Al Bahjah TV, Ahad (20/4/2025).

Namun, ia mengingatkan bahwa acara ini tidak wajib. Jika calon jemaah tidak mampu, tak perlu memaksakan diri karena bisa membebani secara finansial.

“Yang tidak boleh adalah memaksakan diri. Kadang biaya untuk walimah safar justru lebih besar daripada biaya hajinya sendiri. Itu bisa menyiksa,” tambahnya.

Buya Yahya menekankan agar tradisi walimah safar tidak menjadi beban atau kewajiban sosial yang memaksa. Tradisi ini hanya baik jika dilakukan dalam batas kemampuan dan tanpa memberatkan pihak yang bersangkutan.

Pesan Buya Yahya

Buya Yahya mengimbau agar acara walimatus safar bukan menjadi sarana untuk menyombongkan diri bahwa ia akan berangkat haji. Ia mewanti-wanti jangan sampai ibadah hajinya tercoreng karena sikap tercelanya.

“Kalau masalah sedekah untuk tolak bala agar selamat di perjalanan, oke, atau mensyukuri nikmat Allah karena sudah dipanggil Allah sebagai tamu Allah, tapi kalau sudah masuk  wilayah maksain, masuk wilayah sombong, ini bermasalah. Dua saja ini yang perlu diantisipasi,” tuturnya.

Buya Yahya menyimpulkan, acara walimatus safar boleh saja digelar dan bukan perkara bid’ah. Hanya saja niatnya harus benar, bukan ingin sombong mau haji. Jika tidak dilaksanakan pun tidak apa-apa, terlebih lagi jika tak punya biaya lebih untuk haji.

Kisah Nabi Isa Al Masih Disalib Menurut Al-Qur’an

Stylesphere – Dalam ajaran Islam, perjalanan hidup Nabi Isa Al Masih mengandung banyak pelajaran tentang mukjizat, ujian, dan akhir kehidupan yang tak seperti manusia pada umumnya. Ia adalah nabi mulia yang bukan hanya dikenal oleh umat Islam, tetapi juga oleh umat Nasrani. Namun, pandangan Islam mengenai kisah hidup beliau memiliki perbedaan yang mendasar dari keyakinan agama lain.

Salah satu momen paling penting dalam hidup Nabi Isa Al Masih menurut Al-Qur’an adalah ketika Allah SWT mengangkat beliau ke langit dalam keadaan hidup. Ini menjadi bukti pertolongan Allah yang luar biasa di tengah ancaman dan penolakan dari kaumnya.

Pandangan ini bertolak belakang dengan keyakinan sebagian umat Nasrani yang menyebut bahwa Nabi Isa disalib dan wafat di kayu gantung. Islam menolak narasi tersebut, dan menegaskan bahwa beliau tidak dibunuh dan tidak disalib, melainkan diselamatkan secara langsung oleh Allah.

Peristiwa ini tidak hanya membantah klaim musuh-musuh kenabian pada masa itu, tetapi juga menjadi pengingat bagi umat Islam bahwa pertolongan Allah selalu hadir, bahkan dalam bentuk yang di luar nalar manusia.

Kisah Isa Al Masih Diangkat Menurut Al-Qur’an

Mengutip dari laman menara.baznas.go.id, kisah diangkatnya Nabi Isa AS ke langit diabadikan dalam Al-Qur’an, tepatnya dalam Surah Ali Imran ayat 55. Allah SWT berfirman:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
Artinya: “(Ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan mengangkatmu kepada-Ku.'”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa gangguan dari kaum Yahudi terhadap Nabi Isa AS terus berlanjut hingga mereka mengadukan beliau kepada Raja Dimasyq. Raja ini dikenal sebagai penyembah bintang, bagian dari golongan penganut ajaran Yunani kuno.

Kaum Yahudi memberikan laporan palsu, menuduh bahwa di Baitul Maqdis ada seseorang yang menghasut masyarakat, menyesatkan mereka, dan mengajak pemberontakan terhadap kekuasaan. Raja pun murka, lalu memerintahkan gubernurnya di Baitul Maqdis untuk menangkap dan menyalib orang yang dimaksud, bahkan memerintahkan agar kepalanya dipasangi mahkota duri sebagai bentuk penghinaan.

Setelah menerima perintah, gubernur segera bertindak dan berangkat bersama sekelompok orang Yahudi menuju sebuah rumah tempat Nabi Isa AS berada bersama para pengikutnya. Jumlah sahabat yang menyertainya diperkirakan antara 12 hingga 17 orang, menurut beberapa riwayat.

Kejadian itu berlangsung pada hari Jumat, menjelang malam Sabtu, atau setelah waktu Asar. Saat itu, rumah Nabi Isa dikepung oleh mereka yang ingin menangkapnya. Peristiwa inilah yang menjadi awal dari kisah penyelamatan Nabi Isa oleh Allah SWT dengan cara diangkat ke langit, sebelum mereka berhasil menangkap atau menyakitinya.

Nabi Isa Tidak Pernah Disalib dan Akan Turun Kembali

Kaum Yahudi merasa bangga karena mengklaim telah berhasil menyalib dan membunuh Nabi Isa AS. Namun, klaim ini dibantah secara tegas oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.

Allah berfirman:

{وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ}
“Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.” (QS. An-Nisa: 157)

Artinya, yang mereka tangkap dan bunuh bukanlah Nabi Isa, tetapi seseorang yang wajahnya diserupakan dengannya. Karena itu, mereka hanya menduga bahwa yang mereka salib adalah Nabi Isa.

Lanjut Allah SWT dalam firman-Nya:

{وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلا اتِّبَاعَ الظَّنِّ}
“Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa benar-benar dalam keragu-raguan. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka.” (QS. An-Nisa: 157)

Dengan kata lain, mereka tidak yakin siapa sebenarnya yang telah mereka bunuh. Semuanya hanya berdasarkan prasangka.

Sementara itu, Allah justru menyelamatkan Nabi Isa dan mengangkatnya ke langit:

{بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا}
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa: 158)

Menurut Al-Hasan, Allah mengangkat Nabi Isa AS ke langit dan kelak akan menurunkannya kembali menjelang hari kiamat. Saat itu, semua manusia—baik yang beriman maupun yang durhaka—akan mengakui kerasulannya.

Ibnu Zaid menambahkan bahwa ketika Isa bin Maryam turun kembali ke bumi, ia akan membunuh Dajjal. Setelah itu, tidak akan ada satu pun orang Yahudi yang tidak beriman kepadanya.

Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya akan turun di tengah kalian Isa putra Maryam sebagai hakim yang adil. Ia akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapus jizyah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa turunnya Nabi Isa adalah bagian dari tanda besar menjelang hari kiamat dan bentuk keadilan Allah dalam menetapkan kebenaran.

Perkenalkan Jin Ifrit Yang Suka Menipu dan Banyak Rupa

Perkenalkan Jin Ifrit Yang Suka Menipu dan Banyak Rupa

Stylesphere – Dalam Al-Qur’an, Jin Ifrit disebut secara jelas, menjadikannya salah satu makhluk gaib yang memiliki posisi khusus. Keberadaannya dijelaskan dalam Surah An-Naml ayat 39–40, yang memberikan gambaran tentang kekuatan dan kemampuan luar biasa yang dimiliki Jin Ifrit. Ia dikenal sebagai salah satu golongan jin terkuat dan kerap dianggap sebagai pemimpin di antara kaumnya.

Jin Ifrit bukanlah satu kelompok yang seragam. Dalam pandangan Islam, mereka terbagi menjadi dua jenis: Jin Ifrit yang beriman (Muslim) dan yang ingkar (kafir). Perbedaan ini menunjukkan bahwa, seperti halnya manusia, bangsa jin juga memiliki pilihan dalam hal keimanan. Ini sekaligus mencerminkan keragaman dan kompleksitas dunia jin dalam perspektif Islam.

Melalui Surah An-Naml, Al-Qur’an memberi kita wawasan tentang peran Jin Ifrit dalam skenario besar kehidupan, serta mengingatkan bahwa keberadaan mereka bukan sekadar mitos, melainkan bagian dari ciptaan Allah yang nyata dan memiliki fungsi dalam alam semesta. Memahami ini membantu umat Islam untuk bersikap lebih hati-hati dan proporsional dalam memandang makhluk halus sesuai dengan tuntunan agama.

Fakta Tentang jin Ifrit

Dalam buku Rahsia Jin: Tak Terhitung karya Luth Movazil, diungkap berbagai fakta menarik seputar jin ifrit, salah satu golongan jin paling berpengaruh dalam hierarki dunia gaib. Jin ifrit dianggap sebagai pemimpin tertinggi di antara bangsa jin, dengan kekuatan dan otoritas yang sangat besar.

Terdapat dua jenis jin ifrit: muslim dan kafir. Menurut informasi dalam buku tersebut, jumlah jin ifrit kafir lebih banyak dibandingkan yang muslim. Namun, dari segi kekuatan, jin ifrit muslim disebut memiliki kemampuan yang lebih unggul, menunjukkan bahwa jumlah bukan satu-satunya faktor dominan dalam dunia jin.

Jin ifrit dikenal menguasai wilayah tertentu dalam dimensi mereka, menunjukkan adanya struktur pemerintahan atau sistem penguasaan wilayah di antara para jin. Selain itu, sebagian dari mereka digambarkan memiliki sayap, meskipun tidak semua. Mereka juga dikenal memiliki singgasana megah, menambah kesan agung dan kuat dalam citra mereka.

Yang paling mencolok, satu jin ifrit dikatakan memiliki kekuatan setara dengan seribu jin biasa. Fakta ini menegaskan posisi mereka sebagai makhluk gaib yang tidak hanya berpengaruh, tetapi juga sangat ditakuti dalam tatanan dunia jin.

Jin Ifrid Apakah Jin Yang Baik?

Persepsi masyarakat terhadap jin ifrit sering kali bersifat hitam-putih, dengan anggapan dominan bahwa mereka adalah makhluk jahat. Namun, pandangan ini tidak sepenuhnya mutlak. Dalam buku Di Surga, Kita Dilarang Bersedih karya Umar Raffiq, disampaikan bahwa jin ifrit tidak harus selalu diasosiasikan dengan kejahatan.

Penulis mengangkat sudut pandang alternatif bahwa jin ifrit juga bisa memiliki sisi kebaikan. Seperti halnya manusia, mereka pun terdiri dari individu-individu dengan karakter yang beragam—ada yang jahat, ada pula yang baik. Pendekatan ini memberi gambaran yang lebih kompleks dan berimbang tentang keberadaan mereka.

Pemahaman semacam ini menekankan bahwa jin ifrit tidak bisa disamaratakan. Interaksi manusia dengan makhluk halus ini pun beragam, tergantung konteks dan pengalaman masing-masing. Ada yang melaporkan pengalaman positif, sementara yang lain mengalami hal yang menakutkan atau merugikan. Ini menunjukkan bahwa jin ifrit, seperti makhluk ciptaan lainnya, memiliki spektrum sifat dan perilaku yang luas.

Ingin Panjang Umur? Ikuti Cara Bersedekah Buya Yahya Berikut Ini

Stylesphere – Keinginan untuk hidup panjang dan memberi manfaat adalah harapan banyak orang. Dalam Islam, ada panduan spiritual yang diyakini dapat memperpanjang umur, salah satunya adalah sedekah.

KH Yahya Zainul Ma’arif (Buya Yahya) menyampaikan bahwa sedekah yang dilakukan dengan ikhlas memiliki keutamaan besar, termasuk dalam hal memperpanjang usia seseorang. Pernyataan ini disampaikannya dalam salah satu ceramah di kanal YouTube @albahjah-tv, dikutip pada Rabu (16/04/2025).

Buya Yahya menjelaskan bahwa para ulama memiliki perbedaan pandangan soal makna “panjang umur” dalam hadis Nabi. Salah satu pendapat menyatakan bahwa umur seseorang memang benar-benar bisa ditambah oleh Allah karena kebiasaan bersedekah. Pendapat ini didasarkan pada pemahaman tekstual dari sabda Rasulullah.

Dengan kata lain, dalam pandangan sebagian ulama, sedekah yang ikhlas tak hanya mendatangkan berkah dalam hidup, tapi juga dapat memperpanjang jangka waktu kehidupan seseorang sesuai dengan kehendak Allah.

Pengertian Umur Panjang

Pendapat kedua terkait makna “panjang umur” dalam hadis menyebut bahwa yang dimaksud bukan penambahan usia secara fisik, melainkan keberkahan dalam hidup itu sendiri. Artinya, meskipun seseorang hidup dalam waktu yang singkat, amal dan manfaatnya tetap terasa panjang dan terus berlanjut.

Buya Yahya memberi contoh, seseorang yang membangun pondok pesantren atau lembaga pendidikan akan tetap menuai pahala meski telah meninggal dunia. Selama tempat itu digunakan untuk kebaikan, amalnya terus mengalir. Inilah yang disebut sebagai umur yang panjang—kisah hidup dan kebaikannya terus dibicarakan dan memberi manfaat bagi banyak orang.

Selain itu, sedekah juga diyakini sebagai penangkal maksiat. Orang yang rajin bersedekah biasanya memiliki hati yang lebih lembut dan penuh kasih sayang. Sifat ini membuatnya lebih dekat dengan sesama dan lebih dekat pula kepada rahmat Allah.

Menurut Buya Yahya, hati yang lembut karena kebiasaan bersedekah akan mendatangkan kasih sayang Allah, bahkan di saat-saat sulit seperti sakaratul maut.

Sedekah Untuk Bahagia di Akhirat

Bagi orang yang ikhlas dalam bersedekah, Allah akan memudahkan jalan menuju husnul khatimah, atau akhir hidup yang baik.

Sedekah yang diberikan dengan tulus kepada sesama makhluk akan membuat seseorang lebih rendah hati dan terhindar dari sifat sombong.

Orang yang ikhlas memberi tidak akan mudah membanggakan diri atas apa yang dimilikinya, karena ia sadar bahwa semua itu hanya titipan dari Allah.

Buya Yahya menekankan pentingnya menjadikan sedekah sebagai amalan rutin, tidak hanya ketika sedang lapang, tetapi juga saat sempit.

Hal ini karena manfaat sedekah tidak hanya dirasakan oleh penerima, tetapi jauh lebih besar dirasakan oleh yang memberi.

Panjang umur tidak hanya dimaknai dari sisi biologis, tetapi juga dari sisi spiritual dan sosial yang memberikan dampak luas kepada kehidupan orang lain.

Oleh karena itu, siapa pun yang ingin memiliki umur yang panjang dan bermanfaat, sebaiknya memulai kebiasaan bersedekah sejak hari ini.

Kisah hidup yang panjang dan penuh berkah dapat dibentuk dari tindakan-tindakan sederhana yang dilakukan dengan niat yang lurus kepada Allah.

Buya Yahya pun mengajak umat Islam untuk menjadikan sedekah sebagai jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat yang hakiki.

Dengan sedekah, tidak hanya panjang umur yang diraih, tetapi juga ketenangan jiwa, keberkahan harta, serta kemuliaan saat kembali kepada Sang Pencipta.

Doa Idul Adha Apa Boleh Digabungkan Dengan Qadha Ramadhan

StylespherePuasa sunnah menjelang Idul Adha, seperti puasa Tarwiyah dan Arafah, sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Kedua puasa ini memiliki keutamaan besar, seperti menghapus dosa dan mendatangkan pahala yang berlimpah. Namun, bagi yang masih memiliki utang puasa Ramadhan, muncul pertanyaan: apakah boleh menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah tersebut?

Pertanyaan ini penting, karena banyak umat Islam ingin mengoptimalkan ibadah tanpa mengabaikan kewajiban. Menggabungkan dua niat dalam satu puasa—yaitu niat qadha dan niat sunnah—memerlukan pemahaman mendalam terhadap hukum Islam dan pandangan para ulama.

Secara umum, sebagian ulama membolehkan penggabungan niat qadha puasa Ramadhan dengan puasa sunnah seperti Arafah atau Tarwiyah, selama tujuan utama adalah menunaikan puasa wajib. Dalam hal ini, pahala puasa sunnah bisa tetap didapat sebagai bonus, walaupun yang diniatkan secara eksplisit adalah qadha.

Meski begitu, agar lebih aman dan jelas, disarankan untuk mendahulukan pelunasan puasa wajib, lalu mengerjakan puasa sunnah secara terpisah. Ini membantu memastikan keabsahan ibadah dan memperbesar peluang mendapatkan pahala penuh dari masing-masing jenis puasa.

Dengan memahami aturan ini, Anda bisa lebih bijak dalam menyusun jadwal puasa, menunaikan kewajiban qadha, sekaligus meraih keutamaan dari puasa-puasa sunnah menjelang Idul Adha. Berikut penjelasan tentang niat puasa Idul Adha dan qadha Ramadhan. Serta apakah keduanya boleh digabungkan, dirangkum Stylesphere

Pengertian Puasa Idul Adha

Dilansir dari laman Universitas KH. A Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas Jombang, puasa Idul Adha mencakup puasa yang dilakukan pada awal bulan Dzulhijjah, khususnya pada tanggal 8 (Tarwiyah) dan 9 (Arafah). Kedua hari ini sangat dianjurkan untuk berpuasa karena memiliki keutamaan besar.

Puasa Dzulhijjah sendiri dimulai sejak tanggal 1 hingga 7 Dzulhijjah, meskipun puasa pada tanggal 8 dan 9 memiliki nilai yang lebih utama. Puasa Arafah, yang jatuh pada 9 Dzulhijjah, dikenal mampu menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Sementara itu, puasa Tarwiyah pada 8 Dzulhijjah juga sangat dianjurkan, terutama bagi mereka yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.

Ibadah puasa di sepuluh hari pertama Dzulhijjah merupakan amalan yang sangat dicintai Allah SWT. Ini adalah bentuk persiapan spiritual menjelang Hari Raya Idul Adha—momen untuk menyucikan diri, memperkuat ketakwaan, dan meningkatkan amal. Setiap ibadah yang dilakukan pada hari-hari ini memiliki nilai tinggi dan membawa keberkahan.

Arti Puasa Qadha Ramadan

Puasa qadha Ramadan adalah puasa yang dilakukan untuk mengganti hari-hari puasa yang ditinggalkan selama bulan Ramadan. Setiap Muslim yang tidak bisa berpuasa karena alasan syar’i seperti sakit, bepergian jauh, haid, atau kondisi lain yang dibenarkan, wajib menggantinya di luar bulan Ramadan sesuai dengan jumlah hari yang terlewat.

Puasa ini tidak terikat waktu tertentu, namun dianjurkan untuk segera ditunaikan setelah Ramadan berakhir agar tidak menjadi beban. Hukum qadha puasa adalah wajib bagi yang memiliki tanggungan, sebagaimana diperintahkan dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Puasa qadha juga harus disertai dengan niat khusus yang diucapkan sebelum fajar. Meskipun sifatnya wajib, pelaksanaannya tetap harus dilakukan dengan keikhlasan dan tidak ditunda-tunda tanpa alasan yang jelas.

Apakah Puasa Idul Adha Boleh digabungkan dengan Qadha Ramadan?

Terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai boleh tidaknya menggabungkan niat puasa qadha Ramadhan dengan puasa sunnah seperti Arafah atau Tarwiyah. Dalam kitab I’anatut Thalibin dan Asnal Mathalib dijelaskan bahwa menggabungkan niat tetap dianggap sah. Artinya, meskipun niat utama ditujukan untuk qadha, pelaksana puasa tetap bisa memperoleh keutamaan dari puasa sunnah tersebut.

Meski demikian, sebagian ulama berpendapat bahwa sebaiknya utang puasa Ramadhan ditunaikan lebih dahulu sebelum menjalankan puasa sunnah. Alasannya, qadha adalah kewajiban yang harus diprioritaskan, sedangkan puasa sunnah bisa dikerjakan setelah kewajiban selesai. Jika seseorang baru mengingat utang puasanya pada hari Arafah, disarankan langsung melakukan qadha pada hari itu juga.

Kesimpulannya, penggabungan niat puasa qadha dan sunnah memang diperbolehkan menurut sebagian ulama, tetapi yang lebih utama adalah menyelesaikan kewajiban terlebih dahulu agar ibadah yang dijalankan lebih sempurna dan keutamaannya tetap maksimal.

Nama Bayi Perempuan Islami Dari Al-Quran

Stylesphere – Memberi nama untuk buah hati adalah salah satu momen terpenting bagi setiap orang tua. Nama bukan hanya penanda identitas, tapi juga doa dan harapan yang akan melekat sepanjang hidup sang anak. Karena itu, banyak keluarga Muslim memilih nama-nama Islami yang maknanya indah dan sarat makna, khususnya yang terinspirasi dari Al-Qur’an.

Nama bayi perempuan Islami dengan tiga kata kini semakin diminati. Kombinasi ini tak hanya terdengar anggun dan puitis, tetapi juga memungkinkan orang tua menyisipkan nilai-nilai Islami seperti kelembutan, kecerdasan, kesalehan, dan akhlak mulia. Tiga kata dalam satu nama memberi ruang untuk makna yang lebih dalam dan menyeluruh.

Artikel ini menyajikan 100 referensi nama bayi perempuan Islami dengan susunan tiga kata lengkap beserta maknanya. Semoga bisa menjadi inspirasi dalam memilih nama terbaik untuk putri kecil yang kelak menjadi kebahagiaan dan amanah terbesar dalam hidupmu.

100 Nama Islami Bayi Perempuan

  1. Aisyah Zahra Khalila – Wanita hidup bersih yang dicintai
  2. Nayla Azzahra Fadilah – Pemenang yang cerdas dan berbudi luhur
  3. Hana Safira Zahira – Kebahagiaan yang bersinar dan mempesona
  4. Zahira Fathiyah Inara – Cahaya kemenangan yang bercahaya
  5. Fatimah Salma Najwa – Putri lembut yang suka berbisik penuh rahasia
  6. Khalila Nur Azzahra – Sahabat bercahaya yang cerdas
  7. Rania Humaira Salsabila – Ratu pipi kemerah-merahan dari mata air surga
  8. Maryam Luthfia Hanifa – Wanita lembut yang lurus dalam iman
  9. Yasmin Thahirah Khansa – Bunga melati suci dan anggun
  10. Aulia Sakinah Raihana – Pemimpin penuh ketenangan seperti bunga surga
  11. Inara Zhafira Nailah – Cahaya kemenangan yang berhasil meraih tujuan
  12. Nurul Afifah Salwa – Cahaya kesucian yang membawa ketenangan
  13. Kanza Zahira Mufidah – Harta yang bercahaya dan penuh manfaat
  14. Syakira Mahira Karimah – Yang bersyukur, cerdas, dan mulia
  15. Balqis Hanun Najwa – Ratu yang penyayang dan penuh rahasia
  16. Salsabila Azzahra Lutfiah – Mata air surga yang cerdas dan lembut
  17. Lana Yasmin Fadhilah – Ketenangan seperti melati yang berbudi luhur
  18. Zahwa Nadira Maulida – Bunga indah yang langka dan dilahirkan dengan berkah
  19. Nura Rahma Khalida – Cahaya kasih sayang yang abadi
  20. Humaira Faiha Shafira – Pipi kemerahan yang harum dan penuh kebijaksanaan
  21. Amina Thahirah Syakira – Terpercaya, suci, dan penuh rasa syukur
  22. Raifa Hilya Zahira – Penyayang yang berhias cahaya
  23. Fariha Khairunnisa Inaya – Perempuan baik yang bahagia dan penuh perhatian
  24. Alifa Marwah Sakinah – Lembut seperti bukit Marwah yang damai
  25. Maysaa Nazwa Azzahra – Langkah anggun, penuh makna, dan kecerdasan
  26. Ilma Hanani Zahira – Ilmu dan kasih sayang yang bercahaya
  27. Yumna Fadila Hanin – Keberuntungan berbudi luhur penuh kerinduan
  28. Shaima Nabila Lathifah – Berbakat dan cerdas dengan kelembutan
  29. Laila Afifah Maisha – Malam yang suci dan penuh kehidupan
  30. Safa Nailah Rania – Kesucian yang berhasil diraih oleh sang ratu
  31. Zayna Hilya Maulida – Cantik berhias lahir di hari yang penuh berkah
  32. Rufaida Alia Zahira – Pendukung yang tinggi derajatnya dan bersinar
  33. Najma Khairina Faiha – Bintang terbaik yang harum mewangi
  34. Aliyah Zahira Thahirah – Mulia, bersinar, dan penuh kesucian
  35. Fadhila Salsabila Naira – Keutamaan dari mata air surga yang bersinar
  36. Raya Inayah Qanita – Cahaya kasih yang taat kepada Tuhan
  37. Shaffiya Kareema Zahira – Murni, mulia, dan bersinar indah
  38. Amara Zhafira Maisha – Anak perempuan yang sukses dan penuh kehidupan
  39. Naila Zahra Amirah – Pemenang yang cantik dan pemimpin
  40. Azzahra Luthfia Syakira – Cerdas, lembut, dan penuh rasa syukur
  41. Raihana Khalila Fadhilah – Bunga surga yang setia dan berbudi luhur
  42. Inayah Salma Zahira – Kasih sayang yang tenang dan bercahaya
  43. Khalida Maisha Fariha – Kehidupan abadi yang membahagiakan
  44. Marwah Yasmin Syakira – Keindahan melati dari bukit suci, penuh rasa syukur
  45. Hanun Kareema Thahirah – Penyayang, mulia, dan suci
  46. Amani Nura Zahira – Harapan yang bercahaya dan bersinar
  47. Muna Lathifah Najma – Harapan lembut seperti bintang
  48. Fatimah Rayya Inaya – Putri harum yang penuh perhatian
  49. Afifah Zahwa Maulida – Perempuan suci dan indah yang lahir dalam keberkahan
  50. Alya Hana Khairunnisa – Tempat tinggi, bahagia, dan sebaik-baik wanita

Nama Selanjutnya

  1. Hilya Zahira Salma – Perhiasan bercahaya yang penuh ketenangan
  2. Anisa Luthfia Zahwa – Perempuan lembut yang anggun dan bersinar
  3. Zahra Nabila Inayah – Bunga yang cerdas dan penuh kasih sayang
  4. Maisha Rania Thahirah – Kehidupan sang ratu yang suci
  5. Salsabila Zahira Qanita – Mata air surga yang bercahaya dan taat
  6. Shaima Yasmin Kareema – Aroma melati yang mulia
  7. Raihana Afifah Zahwa – Bunga surga yang suci dan menawan
  8. Amina Sakinah Fariha – Perempuan yang amanah, damai, dan bahagia
  9. Yumna Alifa Hilya – Keberuntungan yang ramah dan penuh pesona
  10. Naira Khairina Salsabila – Cahaya kebaikan dari mata air surga
  11. Zayna Qanita Hanifa – Cantik, taat, dan teguh pada keimanan
  12. Khalida Zahira Azzahra – Keabadian yang bersinar dan sangat cerdas
  13. Lathifah Faiha Maulida – Lembut dan harum yang lahir penuh berkah
  14. Azzahra Inaya Shaffiya – Cerdas penuh perhatian dan murni
  15. Salwa Mahira Zahira – Penghibur yang pintar dan bercahaya
  16. Nadira Lutfiah Khansa – Yang langka, lembut, dan anggun
  17. Zahara Marwah Hanani – Bunga indah dari bukit suci yang penuh kasih
  18. Yasmin Khairina Zahira – Melati yang penuh kebaikan dan cahaya
  19. Aliyah Salsabila Lathifah – Derajat tinggi dari mata air surga yang lembut
  20. Alya Nailah Fadhilah – Tempat tinggi yang berhasil dan berbudi luhur
  21. Fatimah Sakinah Faiha – Putri damai yang harum mewangi
  22. Thahirah Zahira Hana – Perempuan suci yang bercahaya dan bahagia
  23. Inayah Syakira Zahwa – Kasih sayang penuh syukur dan menawan
  24. Kareema Amara Safira – Wanita mulia, kekal, dan bijak
  25. Rania Azzahra Shaima – Ratu cerdas yang harum
  26. Maulida Anisa Zahira – Lahir sebagai wanita yang bercahaya
  27. Hana Nailah Azzahra – Kebahagiaan dari keberhasilan yang cerdas
  28. Humaira Khairunnisa Lutfiah – Perempuan baik yang lembut dan memesona
  29. Safa Aulia Zahira – Kesucian pemimpin yang bersinar
  30. Hanifa Kareema Naira – Teguh, mulia, dan bercahaya
  31. Salsabila Yumna Zahira – Mata air surga penuh keberuntungan dan cahaya
  32. Zahira Mufidah Rayya – Cahaya yang bermanfaat dan harum
  33. Afifah Salma Fariha – Perempuan suci yang tenang dan bahagia
  34. Najwa Zahwa Hanani – Bisikan hati yang anggun dan penuh kasih
  35. Amani Thahirah Luthfia – Harapan yang suci dan lembut
  36. Nura Hilya Yasmin – Cahaya yang berhiaskan bunga melati
  37. Syakira Zahra Fadilah – Bersyukur atas kecantikan dan keutamaan
  38. Zahwa Alifa Kareema – Keanggunan yang ramah dan mulia
  39. Azzahra Naira Sakinah – Cerdas, bercahaya, dan membawa kedamaian
  40. Shaima Hanun Afifah – Harum, penyayang, dan suci
  41. Rufaida Salsabila Hilya – Penolong yang seperti mata air surga dan memesona
  42. Zahra Luthfia Inayah – Bunga lembut penuh kasih sayang
  43. Balqis Naira Fadhilah – Ratu bercahaya yang berbudi luhur
  44. Aliyah Zahira Khairina – Derajat tinggi yang bersinar dalam kebaikan
  45. Hilya Azzahra Marwah – Perhiasan cerdas dari tempat suci
  46. Fariha Zayna Thahirah – Kebahagiaan yang cantik dan suci
  47. Khalila Maisha Yasmin – Sahabat hidup seperti melati
  48. Zayna Inara Lutfiah – Kecantikan yang bercahaya dan lembut
  49. Zahira Yumna Hana – Cahaya keberuntungan dan kebahagiaan
  50. Alya Faiha Zahra – Tempat tinggi yang harum dan cantik

Doa Belajar Islam Lengkap Dengan Bahasa Arab dan Latin

Stylesphere – Belajar adalah bagian penting dalam kehidupan seorang muslim. Islam memandang menuntut ilmu sebagai kewajiban, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” Namun, keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh usaha, tetapi juga oleh doa dan keberkahan dari Allah SWT.

Doa belajar dalam Islam bukan sekadar bacaan, tetapi bentuk tawakal dan pengakuan bahwa semua ilmu bersumber dari Allah. Doa ini dapat dibaca sebelum dan sesudah belajar, dengan tujuan agar proses belajar diberi kemudahan, pemahaman yang mendalam, serta ilmu yang bermanfaat.

Doa Sebelum Belajar
اللَّهُمَّ انْفَعْنِي بِمَا عَلَّمْتَنِي وَعَلِّمْنِي مَا يَنْفَعُنِي وَزِدْنِي عِلْمًا
Allahumma infa’nii bimaa ‘allamtanii wa ‘allimnii maa yanfa’ unii wa zidnii ‘ilmaa
Artinya: “Ya Allah, berikanlah manfaat dari ilmu yang Engkau ajarkan padaku, ajarkanlah ilmu yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah kepadaku ilmu.”

Doa Sesudah Belajar
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ
Alhamdulillahil ladzi hadana lihaza wama kunna linahtadiya laula an hadanallah
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk kepada kami atas ini, dan tidaklah kami mendapat petunjuk kalau bukan karena petunjuk Allah.”

Dengan mengiringi ikhtiar belajar dengan doa, seorang muslim tidak hanya mengandalkan kemampuannya, tetapi juga memohon pertolongan dari Zat yang Maha Mengetahui. Ini adalah kunci untuk mendapatkan ilmu yang tidak hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga menjadi cahaya di akhirat.

Doa Belajar Lengkap dalam Islam

Sebelum memulai belajar, dianjurkan membaca doa untuk memohon kemudahan, pemahaman, dan keberkahan ilmu. Berikut beberapa doa belajar lengkap dengan Arab, latin, dan artinya:

1. Doa Memohon Ilmu, Pemahaman, dan Kesalehan

Arab:
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا، وَارْزُقْنِيْ فَهْمًا وَاجْعَلْنِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ

Latin:
Robbi zidnii ‘ilmaa, warzuqnii fahmaa, waj’alnii minash-sholihiin

Artinya:
“Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku, berilah aku pemahaman, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang saleh.”

2. Doa Memohon Keterbukaan dan Cahaya Ilmu

Arab:
اَللّٰهُمَّ اخْرِجْنَا مِنْ ظُلُمَاتِ الْوَهْمِ…

Latin:
Allahumma akhrijnaa min dhulumaatil wahmi…

Artinya:
“Ya Allah, keluarkanlah kami dari gelapnya keraguan, muliakanlah kami dengan cahaya pemahaman, bukakanlah jalan ilmu, dan mudahkanlah karunia-Mu untuk kami.”

3. Doa Nabi Musa AS untuk Kelancaran dan Pemahaman

Arab:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي…

Latin:
Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii…

Artinya:
“Ya Rabbku, lapangkan dadaku, mudahkan urusanku, dan lancarkan lisanku agar mereka memahami perkataanku.”

4. Doa Belajar dengan Landasan Iman

Arab:
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا…

Latin:
Rodlitu billahi robba, wabi islaamidina…

Artinya:
“Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabiku. Ya Allah, tambahkanlah ilmuku dan berilah aku pemahaman.”

Doa-doa ini bisa dibaca sebelum belajar sebagai bentuk ikhtiar batin agar ilmu yang dicari bermanfaat dan penuh keberkahan.

Lanjutan Doa Belajar Islam

Doa 5 – Memohon Ilham dan Pemahaman seperti Para Nabi

Arab:
اَللّٰهُمَّ اَلْهِمْنَا عِلْمًا… وَارْزُقْنَا فَهْمًا…
Latin:
Allahumma alhimna ‘ilman nafqahu bihi awamiraka wa nawahi-ka…
Artinya:
“Ya Allah, ilhamkan kepada kami ilmu untuk memahami perintah dan larangan-Mu. Karuniakan pemahaman agar kami tahu bagaimana bermunajat kepada-Mu. Anugerahkan pemahaman seperti Nabi, hafalan seperti Rasul, dan ilham seperti malaikat-Mu yang dekat dengan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih.”

Doa ini menekankan pentingnya memahami ajaran agama secara utuh dan dalam.

Doa 6 – Perlindungan dari Ilmu yang Tidak Bermanfaat

Arab:
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ…
Latin:
Allahumma inni a’udzu bika min ‘ilmin la yanfa’u…
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tak pernah puas, dan doa yang tidak dikabulkan.”

Doa ini mengajarkan pentingnya fokus pada ilmu dan ibadah yang berdampak positif.

Doa 7 – Memohon Ilmu yang Bermanfaat

Arab:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ…
Latin:
Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an wa a’udzu bika min ‘ilmin la yanfa’u.
Artinya:
“Ya Allah, aku memohon ilmu yang bermanfaat dan berlindung dari ilmu yang tidak berguna.”

Doa pendek ini sangat cocok diamalkan setiap memulai belajar.

oa 8 – Memohon Ilmu, Rezeki, dan Amal yang Diterima

Arab:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ…
Latin:
Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an, wa rizqan tayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan.
Artinya:
“Ya Allah, aku mohon ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang Engkau terima.”

Doa ini menyeimbangkan aspek spiritual, materi, dan amal dalam kehidupan seorang penuntut ilmu.

Doa-doa ini bisa diamalkan sebelum belajar atau saat menghadapi kesulitan memahami pelajaran. Masing-masing mengajarkan pentingnya ilmu yang berkah, hati yang lapang, dan amal yang diterima oleh Allah SWT.

5 Tugas Ayah Dalam Mendidik Anak Dalam Islam

Stylesphere – Peran ayah dalam keluarga tidak hanya sebatas pencari nafkah. Lebih dari itu, ayah adalah pemimpin, pendidik, dan panutan utama dalam kehidupan anak-anaknya. Sayangnya, masih banyak yang memandang peran ayah semata-mata dari sisi ekonomi, padahal tanggung jawabnya jauh lebih luas.

Sebagai kepala keluarga, ayah memiliki tanggung jawab besar dalam menanamkan nilai moral, spiritual, dan sosial. Ia tidak hanya memastikan anak-anaknya tumbuh sehat secara fisik, tapi juga berperan penting dalam membentuk karakter dan akhlak mereka.

Rasulullah SAW telah menunjukkan contoh nyata bagaimana peran seorang ayah seharusnya dijalankan: membimbing anak-anak menjadi pribadi yang bertakwa, berakhlak baik, dan berguna bagi umat.

Dilansir dari muslimahdaily.com, berikut lima peran penting ayah dalam mendidik anak menurut ajaran Islam—peran yang mencakup tanggung jawab di dunia dan akhirat.

Memberikan Kasih Sayang

Memberikan kasih sayang adalah kewajiban setiap orang tua, termasuk ayah. Anak-anak yang menerima kasih sayang dan dukungan yang cukup akan tumbuh dan berkembang dengan bahagia dan sehat, serta terhindar dari masalah perkembangan.

Selain itu, dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan terhadap peran ayah terhadap anak. Misalnya, dalam QS. Luqman ayat 13 sampai 19 tentang kewajiban dan tanggung jawab ayah terhadap anak.

وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ 

Artinya: “(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar.

Ayat ini menceritakan tentang Luqman, seorang ayah yang bijaksana, yang memberikan nasihat kepada anaknya. Luqman mengajarkan kepada anaknya untuk senantiasa bertakwa kepada Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, dan berbuat baik kepada sesama manusia.

Sementara itu, Syekh Ahmad bin Muhammad as-Shawi dalam kitab Hasyiah al-Shawi ala al-Jalalain, mengungkapkan pentingnya peran ayah dalam membentuk budi pekerti anaknya. Ia berkata;  

يَا بُنَيَّ إِنَّ الدُّنْيَا بَحْرٌ عَمِيقٌ يَغْرَقُ فِيهِ نَاسٌ كَثِيرٌ، فَلْتَكُنْ سَفِينَتُكَ فِيهَا تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، وَحَشْوُهَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ تَعَالَى، وَشِرَاعُهَا التَّوَكُّلُ عَلَى اللَّهِ لَعَلَّكَ تَنْجُو 

Artinya: “Wahai anakku sesungguhnya dunia adalah lautan yang sangat dalam. Banyak manusia terjebak dan tenggelam di dalamnya, maka jadikanlah iman sebagai sampan, takwa kepada Allah sebagai layar agar engkau tak tenggelam dalam gemerlap lautan dunia ini” 

Meningkatkan kecerdasaan Anak

Keterlibatan aktif ayah dalam kehidupan anak terbukti berdampak positif pada perkembangan kecerdasan, baik secara emosional maupun kognitif. Anak-anak yang dekat dengan ayahnya cenderung lebih mampu menyelesaikan masalah dan memiliki risiko lebih rendah terlibat dalam perilaku menyimpang di usia muda.

Dukungan Emosional

Dukungan emosional dari ayah berperan besar dalam membentuk kepercayaan diri anak. Anak yang merasa didukung cenderung lebih siap menghadapi tekanan, lebih tenang dalam situasi sulit, dan tidak mudah diliputi rasa takut atau ragu.

Menjadi Teladan

Ayah perlu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Sikap dan perilaku yang dicontohkan akan membantu membentuk karakter positif serta kemampuan mengendalikan diri pada anak. Hal ini berkontribusi pada perilaku yang sehat, kemampuan fokus, keterampilan sosial yang baik, serta tumbuhnya sikap tulus, empati, dan kebaikan terhadap sesama.

Mempercerdas Anak

Anak-anak secara alami penuh rasa ingin tahu. Perbedaan sudut pandang antara ibu dan ayah justru bisa memperkaya cara berpikir mereka. Dari situ, anak belajar memahami berbagai perspektif dan mendapat pelajaran hidup yang membantu mereka lebih tangguh dalam menghadapi masalah.

Syarat Berkurban dan Hukumnya Dalam Islam

Stylesphere – Idul Adha merupakan momen penting dalam Islam, salah satu ibadah utamanya adalah penyembelihan hewan kurban. Meski sudah menjadi tradisi tahunan, banyak umat Islam masih bertanya-tanya: apakah kurban hukumnya wajib atau hanya sunnah?

Perbedaan pandangan ini bukan tanpa dasar. Para ulama dari berbagai mazhab memiliki pendapat berbeda, tergantung pada penafsiran dalil yang digunakan. Bahkan, ada mazhab yang membolehkan seseorang berutang demi bisa berkurban.

Karena itu, memahami hukum kurban secara menyeluruh sangat penting. Artikel ini akan memaparkan penjelasan tentang status hukum kurban, syarat yang harus dipenuhi, serta keutamaannya, berdasarkan sumber-sumber terpercaya. Tujuannya agar kamu bisa lebih mantap dalam menjalankan ibadah ini.

Penetapan Hukum Kurban Dalam islam

Penetapan hukum kurban dalam Islam merujuk pada sejumlah ayat Al-Qur’an. Salah satu yang paling sering dijadikan acuan adalah Surah Al-Kautsar ayat 2: “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!” Ayat ini menjadi dasar bahwa kurban merupakan bagian dari bentuk penghambaan kepada Allah.

Mayoritas ulama, termasuk Imam Malik dan Imam Al-Syafi’i, menyimpulkan bahwa kurban hukumnya sunnah muakkadah—sangat dianjurkan bagi yang mampu, namun tidak berdosa jika ditinggalkan.

Di sisi lain, Surah Al-Maidah ayat 27 menyatakan: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” Ini menekankan pentingnya niat dan ketakwaan sebagai syarat diterimanya ibadah kurban.

Selain sebagai ibadah personal, kurban juga mengandung dimensi sosial. Hal ini tercermin dalam Surah Al-Hajj ayat 28: “Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” Kurban bukan hanya bentuk ketaatan kepada Allah, tetapi juga wujud kepedulian terhadap sesama.

Syarat Berkurban di Idul Adha

Berikut syarat-syarat penting yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan ibadah kurban:

  1. Mampu secara finansial
    Kurban hanya diwajibkan bagi Muslim yang telah mencukupi kebutuhan pokoknya dan memiliki kelebihan harta. Tidak dianjurkan bagi mereka yang harus berutang atau mengorbankan kebutuhan pokok keluarganya.
  2. Hewan yang sah untuk dikurbankan
    Jenis hewan yang diperbolehkan antara lain kambing, domba, sapi, dan unta. Hewan harus sehat, tidak cacat, dan cukup umur: minimal satu tahun untuk kambing dan domba, serta dua tahun untuk sapi.
  3. Niat karena Allah SWT
    Niat berkurban harus murni sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, bukan karena pamer atau sekadar mengikuti tradisi.
  4. Proses penyembelihan sesuai syariat
    Hewan disembelih oleh orang yang paham tata cara penyembelihan dalam Islam, yaitu dengan menyebut nama Allah dan memotong urat leher serta saluran pernapasan dengan pisau yang tajam.
  5. Waktu penyembelihan
    Kurban hanya sah jika dilakukan setelah salat Idul Adha pada 10 Dzulhijjah dan selama tiga hari tasyrik berikutnya, yaitu 11–13 Dzulhijjah.

Dengan memperhatikan kelima syarat ini, ibadah kurban dapat dilakukan secara sah dan bernilai ibadah yang maksimal.

Pahala Ketika Berkuraban Dalam islam

Berkurban memiliki sejumlah keutamaan yang penting, di antaranya:

  • Pahala besar dari Allah SWT
    Ibadah kurban menjadi salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan dan mendatangkan pahala yang besar bagi pelakunya.
  • Menghapus dosa
    Kurban menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah sekaligus sebagai penghapus dosa bagi yang melaksanakannya dengan niat ikhlas.
  • Simbol ketaatan dan pengorbanan
    Kurban mencerminkan keteladanan Nabi Ibrahim AS dalam mematuhi perintah Allah tanpa ragu, sebagai simbol ketaatan mutlak.
  • Memberi manfaat kepada sesama
    Daging kurban dibagikan kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan, sehingga membawa manfaat sosial yang nyata.
  • Meningkatkan solidaritas dan empati sosial
    Kurban menjadi momen berbagi dan mempererat hubungan antaranggota masyarakat, terutama dalam suasana Hari Raya.

Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Lebaran Haji, merupakan momen penting dalam Islam dan dirayakan bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Penyembelihan hewan kurban menjadi salah satu amalan utama dalam perayaan tersebut.